Mengulik Keadaan Mahasiswa seputar Isu Tatap Muka, Nyaman Belajar Online atau Offline ? - Angel Petra Neisty Lase (Manajemen 2019)

 Adaptasi mahasiswa terhadap kebijakan pembelajaran daring selama hampir dua

tahun mungkin telah mencapai klimaksnya. Pasalnya serba daring dalam berbagai aktivitas

tak hanya aktivitas perkuliahan sudah menjadi rutinitas setiap orang yang mengenyam

pendidikan formal ataupun nonformal. Mahasiswa sudah cukup nyaman dan adaptif sehingga

telah menjadi ruang aktivitas menyenangkan tersendiri dalam kehidupan mahasiswa.

Dilansir dari Kompas TV, Universitas Sumatera Utara berencana menggelar kegiatan

kuliah tatap muka pada November ini, namun karena beberapa pertimbangan rencana

kebijakan ini ditunda pengimplementasiannya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh

vaksinasi mahasiswa yang belum merata atau sebagian besar masih belum di vaksin. Dalam

rri.co.id total mahasiswa USU yang sudah divaksin kini mencapai 12.000 orang dari total

39.000 mahasiswa yang menjadi target vaksin. Universitas Sumatera Utara berharap dapat

memvaksin seluruh mahasiswa aktif dari berbagai tingkatan untuk menekan kerentanan

infeksi covid 19 sehingga tidak menghambat jalannya kuliah tatap muka kelak. Jalannya

kuliah tatap muka menuntut mahasiswa untuk kembali bertempat tinggal di tempat yang

berjarak dekat dengan kampus sehingga dapat menjangkau kampus dengan tepat waktu alias

kembali menyewa kamar kos. Banyak mahasiswa yang sudah tidak bertempat tinggal di

sekitar kampus dan memilih untuk mengangkat barangnya. Sementara untuk yang terjauh

mengangkat barangnya ke rumah family di kota Medan. Hal ini berkaitan dengan biaya yang

bisa dikurangi terkait tempat tinggal. Selain itu kebutuhan akan makanan juga dapat

dikurangi sehingga tak membebani orang tua. Isu kuliah offline mungkin akan menjadi

kegalauan tersendiri di kalangan mahasiswa khususnya di Universitas Sumatera Utara karena

akan muncul adaptasi baru setelah berlalu-lalang dalam kehidupan kuliah dan aktivitas yang

serba online. Isu kuliah offline masih belum pasti dan jelas kapan tanggal dan waktu yang

tepat namun sudah dapat dipastikan bahwa ini akan segera direalisasi mengingat kasus Covid

19 pasca pemberlakuan berbagai level PPKM di berbagai daerah di Indonesia yang

berdampak pada pengurangan mobilisasi masyarakat sehingga risiko tertular Covid 19

menurun. Berdasarkan paparan di media berita newssetup.kontan.co.id kasus Corona di

Indonesia makin menurun namun bukan berarti harus sepele dalam menerapkan protocol

kesehatan. Mengutip data Satgas Covid-19, hingga Kamis (4/11) ada tambahan 628 kasus


baru yang terinfeksi Corona di Indonesia. Dus, total menjadi 4.246.802 kasus positif Corona.

Sementara itu, jumlah yang sembuh dari kasus Corona bertambah 837 orang sehingga

menjadi sebanyak 4.091.938 orang. Sedangkan jumlah orang yang meninggal akibat virus

Corona di Indonesia bertambah 19 orang menjadi sebanyak 143.500 orang. Jumlah kasus

aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 11.364 kasus, berkurang 228 kasus aktif dibanding

sehari sebelumnya. Meski melandai, pemerintah meminta masyarakat memiliki tanggung

jawab yang tinggi dan kolektif untuk mematuhi protokol kesehatan. Karena untuk menekan

wabah Corona, dimulai dari menekan angka penularan.

Di balik fakta tersebut, perkuliahan online sudah menjadi zona nyaman yang cukup

diapresiasi mahasiswa dan sulit untuk ditinggalkan. Sifatnya yang fleksibel dan bisa

dilaksanakan dimana saja menimbulkan kecenderungan untuk tak perlu bersiap-siap terlalu

matang karena semuanya terlihat instan. Penyampaian materi dari dosen, tugas-tugas, hingga

ujian terlaksana melalui media internet dengan berbagai platform yang digunakan seperti

zoom meeting, classroom, google meeting, dan situs web kampus. Penyampaian informasi

oleh kampus terkait keperluan administrasi juga dikumpulkan secara daring dan

dipublikasikan pengumumannya melalui media social kampus, fakultas, dan prodi.

Fleksibilitas waktu belajar menjadi salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh kuliah dalam

jaringan. Baik mahasiswa maupun dosen bisa sama-sama mengatur agenda di tengah-tengah

waktu luang tanpa perlu bertemu langsung di tempat yang sama. Hal ini menciptakan bentuk

tanggung jawab baru bagi kedua belah pihak dalam mengatur manajemen waktu perkuliahan.

Pada umumnya, jumlah mahasiswa yang mengikuti satu sesi perkuliahan daring akan lebih

sedikit dibandingkan kuliah tatap muka di dalam ruangan. Hal ini dapat meningkatkan

interaksi antara mahasiswa dengan dosen, maupun mahasiswa satu dengan yang lainnya.

Hasilnya, penyampaian materi serta kegiatan diskusi bisa dilakukan secara lebih eksklusif

dan menyeluruh. Sistem dan metode pembelajaran yang terintegrasi kian menciptakan

pengalaman belajar yang dinamis. Kita juga bisa berperan secara langsung dalam memilih

program, materi, atau mata kuliah yang disesuaikan dengan kebutuhan. Sebagai seorang

mahasiswa, tentu kenyamanan dan kemudahan terkadang menjadi pilihan yang tepat.

Dibandingkan kuliah offline yang membutuhkan energy dan ruang fisik yang nyata tentu

akan lebih efisien dan nyaman bila perkuliahan online tetap diteruskan.

Melihat fakta antara mana yang lebih nyaman apakah kuliah offline atau online tentu

kembali kepada mahasiswa itu sendiri. Bagi mereka yang menginginkan interaksi nyata,

langsung dan lebih terkesan tentu meyakini bahwa kuliah offline adalah pilihan yang tepat


dalam perkuliahan namun bagi mahasiswa yang menyukai fleksibilitas dan kemudahan

dimanapun dan kapanpun akan menyuarakan perkuliahan online sebagai pilihan mereka.

Intinya, perkuliahan harus tetap jalan dan terlaksana sesuai prosedur, ilmu terdistribusi secara

merata dan dapat diterima serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia

kerja kelak oleh mahasiswa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?