Academic Burnout di Kalangan Mahasiswa: Waspada! Oleh Iin Eleni Br Sembiring
Pernahkah kamu merasa lelah dan stress dengan kegiatan kuliah sehingga akhirnya merasa bosan dan kehilangan motivasi belajar yang berakibat penurunan prestasi? Jika pernah, maka kamu harus waspada, karena bisa saja itu adalah gejala academic burnout. Asing dengan istilah Academic Burnout? Mari kita bahas!
Academic burnout diartikan sebagai reaksi negatif secara emosional, fisik dan mental terhadap pembelajaran sebagai dampak dari kelelahan, frustasi, serta berkurangnya motivasi dan kemampuan belajar. Hal ini bisa dikarenakan adanya tekanan akademik, ekspektasi, tuntutan dan persyaratan terkait pendidikan.
Mahasiswa adalah orang yang memiliki risiko paling tinggi mengalami academic burnout. Hal ini bukan tanpa sebab. Banyak hal yang memicu academic burnout bisa terjadi, di antaranya adalah waktu belajar yang sangat lama, membandingkan kesuksesan akademik dengan orang lain, terlalu banyak mata kuliah, jadwal kuliah yang padat, maupun penurunan nilai tak terduga. Memprioritaskan kesuksesan akademik di atas segalanya adalah salah satu pemicu paling umum yang berdampak pada kesehatan mental mahasiswa. Jika kondisi ini berlangsung dalam jangka panjang, maka akan semakin sulit pula untuk keluar dari situasi ini.
Pembelajaran daring juga dianggap pemicu kuat mahasiswa mengalami academic burnout karena melakukan aktivitas yang sama setiap harinya yaitu duduk di depan PC atau menatap layar handphone sepanjang waktu, ditambah mengerjakan tugas kuliah yang diberikan oleh dosen.
Ada beberapa gejala jika seseorang itu sedang mengalami academic burnout, di antaranya adalah:
Kurangnya kemampuan berkonsentrasi dalam menerima pelajaran
Hilangnya rasa percaya diri dalam hal akademik
Menurunnya tingkat imunitas dan sering merasa lelah sekalipun cukup istirahat
Merasa bosan dan tidak memiliki motivasi belajar
Mengalami perubahan emosi yang ekstrim
Selain itu, academic burnout menimbulkan banyak dampak negatif karena academic burnout dikaitkan dengan penurunan capaian akademik dan motivasi belajar sehingga membawa efek negatif pada lingkungan pergaulan dan kondisi pribadi. Kondisi ini erat kaitannya dengan efikasi diri (kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa dapat sukses). Ketika burnout, efikasi diri cenderung menurun, penurunan kepercayaan diri, kelelahan emosional, dan penurunan prestasi. Penurunan efikasi diri menjadikan seseorang pesimis dan apatis terhadap dunia akademik, menurunkan motivasi belajar dan academic engagement, serta berakibat mengasingkan diri dari lingkungan pertemanannya.
Lantas, bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi academic burnout? Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terjauh atau bahkan terlepas dari academic burnout, antara lain adalah:
Istirahat yang cukup
Tidur cukup akan meningkatkan mood, memperkuat jantung, meningkatkan fokus dan produktivitas, serta meningkatkan ingatan. Idealnya, tubuh membutuhkan 6-8 jam untuk tidur sehingga sebaiknya jangan membiasakan diri kurang tidur yang akan hanya akan memicu stress dan akhirnya berakibat semakin mudah mengalami academic burnout.
Berolahraga
Berolahraga bisa memicu sekresi hormon endorphin, yang berperan dalam meningkatkan rasa senang dan bahagia sehingga hal itu bisa berdampak pada peningkatan mood dan juga baik untuk kesehatan tubuh.
Mengindari mengerjakan tugas mendekati deadline
Mahasiswa tentunya sering kali mengerjakan tugas saat sudah mendekati deadline. Padahal hal itu bisa menyebabkan kita memaksa diri secara berlebihan yang menguras banyak energi dan akhirnya merasa tertekan serta kelelahan secara fisik maupun psikis.
Melakukan break saat sedang belajar
Break di sini maksudnya adalah dengan tidak terlalu memaksa diri untuk belajar selama berjam-jam tanpa adanya jeda untuk istirahat. Mengambil beberapa menit jeda setelah beberapa saat belajar akan lebih baik agar tidak terlalu membebani diri. Misalnya break selama 5 menit setelah satu jam belajar atau cara lain yang sesuai dengan kebutuhan.
Berinteraksi dengan keluarga dan teman
Berkomunikasi dengan orang terdekat akan memberi tenaga dan meningkatkan mood. Dengan berinteraksi dengan keluarga dan teman, kita juga bisa mengeluarkan keluh kesah sehingga perasaan akan membaik dan mengurangi kemungkinan stress. Berkumpul dengan sahabat atau keluarga juga dapat menjadi pilihan yang tepat. Bagi orang dengan karakter introvert, mungkin bersosialisasi akan menguras tenaga. Maka cara lain adalah dengan melakukan me-time untuk mere-charge diri.
Refreshing
Setelah mengerjakan tugas dan mengikuti mata kuliah yang melelahkan yang mengharuskan kita untuk terus berkutit dengan handphone atau PC yang berkepanjangan, refreshing adalah salah tips agar terjauh dari academic burnout. Namun mengingat masih pandemic Covid-19, maka selagi refreshing jangan lupa untuk tetap menjaga diri, ya!
Bagi kita yang sedang berjuang, semangat, ya! Jangan terlalu memaksa diri sampai burnout. Kita tetap manusia yang punya batas maksimal, kalau kita memaksa diri sendiri terlalu keras, yang rugi siapa? Kita sendiri, ‘kan? Jadi, semangat!
Komentar
Posting Komentar