MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)
Mahasiswa lebih
senang membahas gosip terupdate mengenai
artis atau hanya bergulat dengan
pelajaran yang berhubungan dengan jurusan yang dijalaninya daripada mendiskusikan
masalah kampus dan bangsa ini. Mahasiswa lebih sering berdoa agar dosen tidak
datang daripada mengkritik dosen yang korupsi waktu. Mahasiswa lebih sering
berdoa agar soal UTS/UAS sama kayak tahun lalu dan mendapatkan pengawas yang ‘baik’ daripada belajar sungguh-sungguh
untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas. Mahasiswa lebih senang tenggelam
dengan dunianya sendiri daripada bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya
dan menularkan semangat perubahan.
Ya, itulah hal-hal yang sering ditemukan dikalangan
mahasiswa. Mahasiswa cenderung menjadi sosok yang individualis dan apatis.
Selain itu, sering ditemui mahasiswa yang hanya berorientasi pada nilai.
Akibatnya tidak jarang mahasiswa melakukan berbagai cara untuk mendapatkan
nilai A seperti titip absen pada saat kuliah, copas tugas kuliah teman,
mencontek pada saat ujian, dan sebagainya.
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang berarti orang yang
cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Hal itu didukung
pula dengan kata ‘maha’ yang disandangnya. Kedua kata tersebut mencerminkan
mahasiswa sebagai sosok yang mampu berpikir kritis dan analitis. Kemampuan
berpikir kritis dan analitis itulah yang berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai
agent of change (agen perubahan).
Mahasiswa sebagai agen perubahan berarti jika ada sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, maka mahasiswa dituntut untuk
merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Selayaknya seorang agen,
mahasiswa hanyalah penyalur perubahan, tidak menciptakan dan tidak menjadi
konsumen perubahan. Dengan kata lain, mahasiswa harus menyaring
perubahan-perubahan yang tidak sesuai standar atau tidak berkualitas agar
perubahan-perubahan itu dapat sampai kepada konsumen dengan baik sehingga
hasilnya dapat optimal dan mendatangkan kesejahteraan bagi konsumen.
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif serta
semangat dan idealisme mahasiswa yang didasari oleh hikmat yang benar menjadi
modal utama dalam melakukan perannya sebagai agen perubahan. Namun sikap
individualis dan apatis membuat mahasiswa zaman sekarang kehilangan perannya
sebagai agen perubahan. Mahasiswa zaman sekarang hanya bisa diam dan tidak
berani bertindak melawan ketidakbenaran yang terjadi. Mereka hanya menunggu
perubahan itu datang dengan sendirinya darimanapun dan oleh siapapun. Tanpa
disadari mahasiswa bukannya menjadi agen perubahan tetapi malah menjadi
konsumen perubahan yang hanya menerima perubahan yang telah dilakukan oleh
orang lain.
Lantas bagaimanakah dengan mahasiswa Kristen? Pada
umumnya mahasiswa Kristen memiliki pengertian dan fungsi yang sama dengan
mahasiswa lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada dasar pemikirannya. Mahasiswa
Kristen menggunakan firman Tuhan sebagai dasar pemikirannya untuk membentuk
dirinya sebagai garam dan terang di lingkungan sekitar termasuk di kampus. Peran
mahasiswa Kristen sebagai agen perubahan juga secara tegas dinyatakan dalam
kaitannya menjadi garam dan terang disekitarnya (Matius 5:13-16). Pernyataan ini
juga didukung dengan Alkitab yang dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam
menyelesaikan masalah yang ada, tidak hanya masalah spiritual, tetapi juga
masalah ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Ini berarti bahwa mahasiswa
Kristen seharusnya menjadi teladan utama dalam melakukan perannya sebagai agen
perubahan karena sudah memiliki pondasi yang
kuat dalam hal ini. Namun ternyata penyakit berbahaya yang menyerang mahasiswa
pada umumnya juga menyerang sebagian besar mahasiswa Kristen. Dengan kata lain
mahasiswa Kristen bukan saja kehilangan perannya sebagai agen perubahan (yang
berubah menjadi konsumen perubahan), tetapi juga kehilangan perannya sebagai
garam dan terang. Jadi bagaimanakah peran mahasiswa Kristen yang seharusnya?
Berbicara mengenai peran mahasiswa Kristen, teguran tegas
yang ditulis oleh Raja Salomo kepada para pemuda di jamannya adalah: “Ingatlah
akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan
mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku didalamnya!”
(Pengkhotbah 12:1). Mengingat Allah adalah langkah pertama yang harus dilakukan
oleh mahasiswa Kristen. Dengan kata lain, mahasiswa Kristen harus menjadikan
Allah sebagai poros kehidupannya. Menempatkan Allah di atas segalanya sebagai yang ditakuti dan
dihormati dan bukan yang lain, memberi jaminan bagi para mahasiswa Kristen
untuk mendapat pengetahuan yang benar (Amsal 1:7) dalam perannya sebagai agen
perubahan. Seperti nasihat rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika dan Efesus
supaya mereka menguji segala sesuatu (1 Tesalonika 5:21), mahasiswa Kristen
juga dituntut untuk berpikir secara kritis dan memohon hikmat Allah dalam menguji
kebenaran ilmu pengetahuan dan pengajaran yang didapatnya dengan firman Allah
sebagai patokannya.
Tuhan ingin mahasiswa Kristen berani tampil beda dengan
dunia ini ketika mahasiswa Kristen menghadapi ketidakbenaran sesuai dengan
pembaharuan budi yang dimilikinya (Roma 12:2, Matius 5:37). Hal itu menunjukkan
bahwa Tuhan tidak ingin mahasiswa Kristen menjadi sosok yang apatis dan
individualis apalagi ketika melihat ketidakbenaran yang terjadi. Tuhan ingin
mahasiswa Kristen bertindak dan berada dibarisan terdepan dalam menyatakan
kebenaran itu. Selain meneladani Yesus sendiri dalam hal melawan
ketidakbenaran, kita juga dapat meneladani Daniel, Hananya, Misael, dan Azarya.
Mereka adalah keempat pemuda yang takut akan Tuhan dan dikenal dengan
kecerdasannya (Daniel 1:17) yang berani menentang ketidakbenaran (Daniel 1:8).
Seperti nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose
untuk melakukan segala sesuatu dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia (Kolose 3:23), mahasiswa
Kristen juga harus melakukan yang terbaik dalam segala hal termasuk dalam kuliahnya
untuk Tuhan. Ingat Tuhan telah memberi kamu kesempatan untuk menjadi mahasiswa
maka jadilah seorang mahasiswa yang berkualitas! Mahasiswa Kristen juga harus berperan
aktif dalam Pelayanan Mahasiswa. Perlu disadari bahwa melayani adalah jati diri
pengikut Kristus sebab Kristus sendiri yang adalah Bapa kita, Ia datang untuk
melayani bukan untuk dilayani (Markus 10:45). Melalui pelayanan mahasiswa jugalah
dapat dibentuk karakter pribadi tiap mahasiswa, sehingga mampu menciptakan
kader-kader handal untuk berkarya dan berbakti dengan integritas yang baik di
dalam sistem-sistem birokrasi yang ada.
Kalau dahulu Allah memanggil Daniel, Hananya, Misael, dan
Azarya untuk memberikan pengaruh besar bagi Babel, tentu bukan tidak mungkin
Tuhan sedang mempersiapkan Daniel-Daniel baru di abad modern ini untuk menjadi
alat kasih Allah melalui Pelayanan Mahasiswa. Oleh sebab itu, mahasiswa Kristen
berdiri dan bergeraklah! Ingat mahasiswa
Kristen adalah agen bukan konsumen
perubahan!! Mari nyatakan kemuliaan Allah melalui perubahan di bangsa ini
khususnya di kampus Ekonomi! Semangat perubahan!!
Komentar
Posting Komentar