Resume Forum Group Discussion (FGD) Strategi Pemulihan Ekonomi: Mahasiswa Bisa Apa?

Forum Group Discussion (FGD) online yang mengangkat judul “Strategi Pemulihan Ekonomi: Mahasiswa Bisa Apa?” merupakan program terakhir Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU pada Semester A tahun 2021. Adapun sasaran kualitas dari program ini adalah peserta FGD (AKK) mengetahui bagaimana strategi pemulihan ekonomi di Indonesia, termotivasi untuk berkontribusi memulihkan perekonomian Indonesia serta termotivasi untuk mengemukakan pendapat.

FGD dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Juni 2021 pukul 19.00 WIB melalui aplikasi conferencing video, Zoom Meeting. Moderator diskusi ialah Santun Bernado Nainggolan (Manajemen 2019). Pemateri dalam training ini adalah Candra Haris Lubis, SE, MA, CSA yang merupakan seorang Risk Management Manager. Beliau pernah menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara dan National Hwa University, Taiwan, serta latar belakang pendidikan lainnya. Selain itu, beliau juga memiliki pengalaman bekerja di beberapa perusahaan dan aktif di Lembaga Areopagus.

FGD diawali dengan ibadah singkat dari moderator, dilanjutkan dengan pembukaan dan pembacaan rules acara oleh moderator, serta penyampaian kata sambutan oleh Ketua Campus Concern FEB USU, Ryan Fernandes Panggabean. Moderator mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi FGD sesuai topik yang akan dibahas. Pemateri memulai pembahasan materi dengan membukakan keadaan perekonomian global, termasuk Indonesia, sejak adanya pandemi Covid-19. Selanjutnya, pemateri menjelaskan mengenai pengertian pertumbuhan ekonomi dari sisi teori klasik (teori Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus) dan teori pertumbuhan neo klasik (teori Harrod Domar, Schumpeter, dan Robert Solow).

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, jumlah pajak yang dikenakan pada pelaku ekonomi akan semakin besar. Peningkatan pajak akan menaikkan modal pembangunan pemerintah untuk melakukan investasi kepada sektor publik. Jika public sector investment naik akan mempengaruhi kenaikan private sector investment, sehingga pihak swasta akan gencar melakukan investasi. Investasi dari sektor publik dan swasta inilah yang akan mendorong produktivitas. Yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi, diantaranya:

Sisi Pendapatan (Demand Side), yaitu dengan cara meningkatkan konsumsi, menaikkan pengeluaran pemerintah, menaikkan suku bunga, atau devaluasi nilai tukar.

Sisi Penawaran (Supply Side), yaitu dengan cara meningkatkan produktivitas, meningkatkan teknologi, meningkatkan investasi, menemukan bahan baku, dan peningkatan angkatan kerja.

Sektor yang paling terdampak dari adanya Covid-19, diantaranya perdagangan reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi makanan dan minuman, jasa penerbangan, jasa pembiayaan kredit motor, dan industri pengolahan. Sementara sektor yang sedikit terdampak namun masih harus tetap berjalan, yaitu sektor pendidikan, konstruksi, jasa kesehatan dan sosial, adminitrasi pemerintahan, pengadaan listrik dan gas, pengadaan air, pengolahan sampah dan limbah daur ulang, serta jasa lainnya.

Pada bulan Maret 2020 merupakan puncak terendah dari indeks harga saham gabungan sehingga forecast pertumbuhan ekonomi juga akan menurun. Tahun 2020 menjadi dampak terburuk dari pandemi Covid, salah satunya harga minyak dunia menurun hingga seharga 0 rupiah. Pada triwulan I tahun 2001, kondisi pertumbuhan ekonomi mencapai -0,74% (sudah lebih baik daripada di awal krisis). Sektor yang tidak mengalami penurunan menurut lapangan usaha adalah pertanian (tumbuh sebesar 2,95) dan berdasarkan pengeluaran ditempati oleh sektor ekspor (tumbuh sebesar 6,74). Beberapa kebijakan fiskal dibenahi untuk semakin memperkuat kondisi perekonomian di tahun ini dan diikuti dengan kebijakan moneter dan keuangan. 

Menurut buku The Paradox of Plenty, banyak dengan sumber daya alam yang melimpah justru menjadi negara miskin. Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut cenderung tidak produktif. Indonesia berada pada peringkat ke 73 dunia dari sisi kemudahan bisnis. Dalam menghadapi Revolusi 4.0, Indonesia memiliki tantangan akan sumber daya manusia yang memadai dengan skill dalam bidang digitalnya. Industri padat karya akan semakin berkurang digantikan dengan industri berbasis pengetahuan. 

Setelah pemaparan materi, moderator membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama  yang disampaikan dari moderator untuk pemateri yaitu: “Strategi ekonomi yang direncanakan oleh pemerintah membutuhkan dana yang besar. Di tengah pandemi seperti ini, para investor dan orang yang menanam modal akan lebih berhati-hati dalam melakukan investasi. Bagaimana pandangan pemateri dalam menjalankan strategi ini? Dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, apakah yang menjadi kunci yang harus diperhatikan oleh negara untuk menumbuhkan perekonomian khususnya dari krisis pandemi ini?” Candra Haris (pemateri) menjawab “Dalam kondisi krisis, pemerintah Indonesia melakukan  pinjaman dana dari lembaga asing dengan memperhatikan keefektifan penggunaan dana pinjaman tersebut. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan sekuritisasi aset, misalnya ikut berinvestasi dalam suatu aset dengan negara lain dan dilakukan bagi hasil. Salah satu faktor yang diperhatikan dalam mengejar ekonomi ditengah pandemi adalah memberikan perbaikan dan pergerakan pada sektor yang paling berdampak, misalnya UMKM karena paling banyak menyerap tenaga kerja.

Pertanyaan kedua disampaikan oleh Ryan Fernandes Panggabean, “Bagaimana cara menjaga hak-hak dari para pekerja karena sering terjadi eksploitasi oleh pelaku ekonomi besar kepada pekerjanya?”. Candra Haris menanggapi pertanyaan tersebut, “Perlu diperhatikan bahwa terjadi dilema dimana banyak pekerja yang tidak punya pilihan sementara pemerintah tidak punya kontrol yang mengikat terhadap pelaksanaan Undang-Undang Perburuhan. Pekerja yang dilakukan semena-mena karena tidak memiliki daya tawar. Pemerintah seharusnya meningkatkan law inforcement.”

Sebelum memasuki breakout room, moderator membacakan mekanisme FGD. Kemudian masing-masing room mempresentasikan hasil diskusi mereka di dalam main room. Presentasi pertama dipaparkan oleh kelompok dua yang mengangkat case mengenai UMKM yang mengalami depresiasi di masa pandemic Covid 19. Adapun solusi yang ditemukan oleh kelompok dua, antara lain: mahasiwa dapat mendukung UMKM dengan menggunakan produk lokal hasil UMKM, melakukan digitalisasi UMKM dalam hal pemasaran dan promosi produk, mahasiswa diharapkan mau terlibat dalam menggerakkan bisnis UMKM, perlunya dukungan pemerintah dalam hal promosi sehingga produk UMKM dapat lebih dikenal masyarakat, membuat aplikasi kreatif untuk menunjang UMKM, UMKM diharapkan mampu membuat variasi produk, serta memanfaatkan sosial media. 

Presentasi berikutnya adalah pemaparan dari room tiga dengan case daya beli di tengah pandemic Covid 19. Hasil diskusi kelompok tiga, diantaranya: mahasiswa membuat bisnis digital dengan bantuan media sosial dengan tampilan konten yang, sosialisasi pertanian yang efektif, menggalakkan UMKM dengan platform digital, membuat tawaran usaha seperti free ongkir agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan tambahan biaya ongkos kirim, melakukan promo seperti buy 2 get 1, cashback, dan sebagainya, serta memberi saran atau aspirasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih efisien.

Hasil diskusi berikutnya dipaparkan oleh kelompok empat yang mengangkat masalah mengenai investasi. Poin-poin solusi yang ditemukan oleh kelompok empat, diantaranya: karena lapangan pekerjaan yang menurun dan perkembangan pembangunan di Indonesia yang stagnan menyebabkan sulitnya mempertahankan dan menemukan negara asing untuk berinvestasi. Mahasiswa dapat melakukan strategi seperti membantu melatih skill masyarakat sehingga sumber daya manusia di Indonesia menjadi lebih baik, memberi peluang pelatihan bagi masyarakat yang mau belajar untuk meningkatkan softskill.

Kelompok terakhir yang memaparkan hasil diskusinya adalah room pertama dengan case UMKM. Poin-poin solusi yang ditemukan berupa memanfaatkan ilmu kewirausahaan untuk diterapkan bagi diri sendiri dan oranglain, menerapkan ilmu ekonomi dan membagikannya kepada publik melalui sosial media, mengikuti volunteer yang concern terhadap peningkatan UMKM, mendukung program pemerintah yang mendukung UMKM, serta membeli dan mereview produk UMKM di sosial media.

Setelah sesi tanya jawab antar kelompok, Candra Haris memberikan tanggapannya,”Mengenai UMKM atau startup seringkali terkendala di masalah modal. Di Negara Jepang ada lembaga khusus yang membiayai startup dengan melengkapi proposal usaha. Sementara di Indonesia, hal ini bukan sebagai program yang massal, hanya berbentuk lomba atau dengan syarat minimal lama pendirian. Dari investasi yang paling rumit masalah perizinan dan daya beli, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.”

Pemateri juga menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh Andilolo Berutu melalui kolom chat, “Apakah pernyataan dari Presiden Jokowi mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bisa meroket hingga 7% dapat teralisasi di tahun ini mengingat data hutang Indonesia di luar negeri naik sebesar 4%?”. Candra Haris memaparkan bahwa, “Naik 7% bukanlah sesuatu yang sulit karena dalam kondisi normal bisa tumbuh sebesar 6%. Yang terpenting pertumbuhan ekonominya berkualitas. Pernyataan ini tidak jauh di angan-angan meskipun hutang terlalu besar asalkan dapat dimanfaatkan dengan benar. Pandemi sebelumnya juga membuktikan bahwa Indonesia dapat melewati semua krisis tersebut.”

Diakhir diskusi, pemateri menyampaikan closing statement, “Mumpung teman-teman masih di tahap usia muda, sebaiknya teman-teman melakukan kegiatan produktif, meningkatkan skill agar suatu saat masuk di usia tua, teman-teman tidak menjadi  beban negara. Sebagai mahasiswa dan generasi muda, dengan meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri, secara tidak langsung sudah membantu negara untuk meningkatkan perekonomian. Semoga teman-teman bisa menjadi orang yang berhasil, bisa membanggakan orangtua, bisa melayani Tuhan dimana pun, di profesi apapun. Waktu cepat berlalu, pandemi sudah berjalan hampir dua tahun, jadi manfaatkanlah waktu yang ada. Kesusahan terbesar manusia adalah bukan kesulitan itu sendiri, tetapi  ketika mengalami kesulitan ia tidak belajar sesuatu di balik kesulitan itu sendiri.” Dilanjutkan Closing statement dari moderator, “Yang menjadi poin penting untuk lepas dari situasi pandemi ini adalah peningkatan sumber daya manusia. Sebagai mahasiswa yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kapasitas diri agar sebagai mahasiswa kita bisa menjadi agent of change ditengah pandemi seperti ini.”

Diskusi pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh moderator dan sesi foto yang dipimpin oleh BPH Campus Concern. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 40 AKK, dan yang hadir sebanyak 31 peserta (31 AKK) sehingga hasil yang diharapkan secara kuantitas tidak tercapai. Dari tiga segi kualitas yang telah ditentukan, ketiganya sudah tercapai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?