Memahami Makna Hidup: Mengalir atau Mendayuh? - Josephine Indriani Simatupang (Ekonomi Pembangunan 2019)
Dalam kehidupan, tidak sedikit orang yang terlalu bersantai dalam menjalankan hidupnya. Mereka melaksanakan keseharian sebagai suatu rutinitas yang biasa dilakukan. Bangun, makan, scroll tiktok seharian, makan, tidur lagi, begitu seterusnya hingga tidak terasa tahun-tahun yang seharusnya diisi dengan ‘sesuatu’ malah terbuang sia-sia.
“Ah, hidup cuma sekali! Jangan dibikin rumit! Biarin aja mengalir seperti air!”
Beberapa anak muda, termasuk mahasiswa dengan bangga menerapkan cara hidup ini. Kalimat tersebut seolah menyembuhkan kekhawatiran akan pertanyaan- pertanyaan yang bersangkutan dengan mau dibawa kemana hidup kedepannya, serta bagaimana cara mengatasi berbagai hambatan yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa disadari mereka terjebak dalam cara pandang yang salah tentang prinsip kerja air. Ia selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, tidak pernah berusaha untuk naik ke atas. Kehidupan yang terlalu santai dan tanpa perencanaan tidak akan membawa hidup seseorang menuju tahap yang lebih baik.
Memahami kehidupan membuat kita lebih bersyukur dalam menjalani hidup meskipun banyak tantangan yang menghadang. Oleh sebab itu, perlunya menumbuhkan kesadaran dalam diri untuk menemukan makna kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan, terutama kepada para mahasiswa yang seharusnya telah memahami tujuan dan arah hidupnya. Memahami kehidupan tentu saja hanya dapat dilakukan dengan kesadaran penuh dalam proses pengenalan jati diri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk diantaranya adalah dengan penerapan konsep ikigai.
Ikigai adalah istilah Jepang untuk menjelaskan kesenangan dan makna kehidupan. Kata itu secara harfiah meliputi iki, yang berarti kehidupan dan gai, yang berarti nilai. Ikigai kadang diekspresikan sebagai “alasan untuk bangun di pagi hari”. Ikigai-lah yang memberikan motivasi berkelanjutan untuk menjalani hidup, atau bisa juga dibilang bahwa ikigai-lah yang memberikan gairah hidup yang membuat semangat dalam menyambut kedatangan setiap hari baru. Ikigai juga seringkali diartikan sebagai prinsip hidup yang dapat mengatasi rasa jenuh dalam menghadapi rutinitas sehari-hari.
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ikigai)
Penerapan konsep ikigai ini dapat dilakukan dengan menjawab beberapa pertanyaan, yakni:
Apa yang saya suka?
Apa kemampuan saya?
Apa yang dapat saya lakukan hingga mendapat bayaran?
Apa yang sedang dibutuhkan dunia?
Beberapa pertanyaan diatas akan membawa kita kepada pengenalan yang lebih jauh tentang beberapa poin penting dalam memahami jati diri kita ; Passion, profession, vocation, dan mission. Keempat hal ini yang mendorong kita agar dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang mungkin akan dihadapi kedepannya.
Passion merupakan himpunan antara hal-hal yang disukai dan hal-hal yang menjadi kemampuan kita. Passion adalah dorongan dari dalam diri, hasrat, dan antusias yang menimbulkan perasaan bahagia saat melakukan sesuatu sehingga hal ini cenderung dianggap sebagai salah satu hal yang paling penting agar seseorang dapat mengetahui bakat apa yang seharusnya diasah. Mengasah sesuatu yang merupakan passion biasanya terasa lebih mudah karena menyangkut hal-hal yang kita sukai.
Profession sendiri menunjukkan hal-hal yang menjadi kemampuan kita dan hal-hal yang dapat kita lakukan hingga mendapat bayaran. Dua himpunan ini mengarahkan kita dalam memilih pekerjaan apa yang cocok untuk pribadi kita. Dengan mengetahui proffesion, seseorang dapat terhindar dari rasa khawatir akan bekerja sebagai apa kedepannya karena ia sudah mengetahui kemampuan dalam bidang apa yang membuatnya dapat menghasilkan uang.
Vocation atau keahlian adalah himpunan antara what the world needs dan what you can be paid for. Vocation juga menunjukkan pekerjaan yang dapat kita lakukan hingga mendapat bayaran. Dengan memahami profession, seseorang lebih mampu mengenal vocation karena dengan menjadi professional dalam suatu bidang yang menjadi kemampuan, ia dapat lebih mudah mengatasi persoalan yang sedang dibutuhkan dunia. Sehingga, ia mendapatkan bayaran melalui pekerjaan tersebut.
Terakhir, mission adalah jawaban antara dua pertanyaan: apa yang saya suka dan apa yang dibutuhkan dunia. Hal ini mendorong seseorang lebih semangat dalam menjalani hidup karena dengan melakukan sesuatu yang ia sukai, ia dapat membantu persoalan yang dihadapi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal ini mengatasi kejenuhan yang mungkit saja terbersit karena menjalankan mission membuat hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang.
Poin-poin tersebut membantu dalam membuat rencana-rencana yang dapat dilakukan kedepannya. Seseorang yang sudah merencanakan hidupnya tentu saja lebih mengetahui mau dibawa kemana hidup yang telah dipercayakan Allah kepadanya. Arah yang jelas memupuk pertimbangan yang lebih baik dan tentu saja memberikan peluang lebih besar dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan hidup.
Setiap orang, termasuk kita wajib mengubah cara pandang tentang hidup yang tenang dan mengalir seperti air. Kita adalah subjek yang diciptakan untuk berusaha bergerak ke arah yang tepat menuju tempat yang lebih baik, bukan objek yang pasrah dan seolah mengalah kepada nasib yang telah ditetapkan Tuhan. Bahkan sejak semula, Tuhan telah memerintahkan manusia untuk mengusahakan kehidupannya. Dalam Kejadian 2 : 15 tertulis: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”
Ya, kehidupan memang seperti bentangan perairan yang panjang, tapi kita berada diatasnya, diperintahkan untuk membawa perahunya kearah yang benar. Jangan diam, arus akan membawa perahumu ke arah yang mungkin saja bukanlah tujuan yang ditetapkan kepadamu. Mendayunglah kearah yang menurutmu benar, mendayuhlah meski akan lelah melawan arus. Eitss… Jangan lupa meminta petunjuk Tuhan, juga!
Komentar
Posting Komentar