Grivsel ( Be Grateful, Productive, and Self-Love) Dalam Mengatur Emosi - Gelnesia (Manajemen 2020)
Sikap emosional seperti stres bisa terjadi pada siapapun termasuk pada mahasiswa. Stres bisa disebabkan ketidakmampuan dalam melakukan kewajibannya sebagai mahasiswa. Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang biasa terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. Menurut definisi Daniel Goleman dalam bukunya, Emotional Intelligence, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins (penulis Awaken the Giant Within) menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan. Di sini ia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekadar respon, tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki.
Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa meskipun ada ratusan jenis emosi, namun ada empat emosi dasar di titik pusatnya (takut, marah, sedih dan senang), dengan berbagai variasi atau nuansanya yang mengembang keluar dari titik pusat tersebut. Emosi berkaitan erat dengan pikiran dan tindakan yang akan dilakukan. Emosi terbagi menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif adalah perasaan positif yang dialami yang mempengaruhi pikiran dan tindakan menjadi positif, seperti bahagia, gembira, dan semangat. Sedangkan emosi negatif adalah sebaliknya yaitu perasaan negatif yang dialami yang membuat pikiran dan tindakan menjadi negatif pula, seperti sedih, cemas, takut, marah dan khawatir.
Dikarenakan perubahan yang dialami mahasiswa dari kuliah yang berbasis offline menjadi berbasis online hal itu tentu membuat adanya perubahan emosi mahasiswa menjadi kurang stabil sehingga perlunya kemampuan untuk mengelola emosi. Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan dalam mengarahkan emosi kepada tindakan yang benar, memiliki sifat bersungguh-sungguh dan sifat dapat dipercaya dengan menunjukan integritas dan sikap tagging jawab dalam mengeloa diri sendiri, dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan dan menyadari segala perasaan positif maupun negatif dan mengarahkan emosi kepada tindakan yang benar. Kemampuan mengelola emosi akan membuat seseorang akan merasa lebih bahagia, percaya diri dan optimis.
Marie Arapakis berkata “Bebaskan dan buatlah ruang baru untuk apa yang baru dan apa yang akan datang. Bebaskan dan nikmati kesenangan untuk tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Bebaskan dan terbukalah bagi segala kemungkinan. Bebaskan jika tiba saatnya untuk menghasilkan. Bebaskan, dan dengan melakukannya, raihlah kebebasan. Bebaskan dan menyerahlah pada kedamaian jiwa yang lebih luas.”
Hal yang harus dimiliki oleh setiap orang adalah landasan be greatful atau bersyukur. Bersyukur adalah suatu hal kecil namun membawa dampak besar pada diri kita sendiri. Dengan bersyukur akan mengubah perspektif negatif pada diri menjadi perspektif yang positif begitu juga dapat mengatasi emosi yang tidak stabil. Bersyukur dapat mengubah emosi menjadi motivasi. Jika kita mengalami sesuatu yang membuat kita merasa stres atau frustasi, fokuslah pada hal yang dapat kamu lakukan untuk membuatnya lebih baik. Mengubah emosi menjadi motivasi benar-benar dapat membantumu menjaga sikap dan profesionalisme. Sehingga apapun hal yang datang pada kita baik itu tidak sesuai dengan harapan, ekspetasi dan pencapaianmu, kita cukup berdamai dengan diri sendiri dengan bersyukur yang akan mendorong diri kita kembali bangkit dan mencoba kembali.
Selanjutnya, cobalah untuk productive. Sebagai mahasiswa kita dapat aktif dalam berbagai kegiatan event kampus. Mengingat juga saat ini masih dalam masa pandemi, kamu bisa mengikuti kegiatan event kampus secara virtual dan juga mengikuti webinar online untuk mendukung keseharianmu yang lebih aktif. Produktivitas ini dapat mencakup sikap mental patriotik yang memandang hari depan secara optimis yang berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya pengendalian emosi yang efektif dan produktif.
Setelah kita dapat mengungkapkan emosi dengan tepat,hal yang harus dilakukan adalah Self love atau cinta pada diri sendiri yaitu perwujudan penghargaan terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan diri yang mengingatkan pada nilai dan kebutuhan kita. Mungkin sulit buat kita untuk mengekspresikan self love karena tidak ingin terlihat narsis atau egois. Namun, kita berhak untuk bahagia, Itulah sebabnya kita perlu mengenal potensi diri dan mendengarkan suara hati, belajar menerima diri sendiri, dan menerapkan self love. Ketika kita mempraktikkan self love, kita akan menjadi lebih percaya diri serta membangun ketahanan dalam menghadapi kesulitan dan emosi pada diri.
Bersyukur, tetap productive dan cinta pada diri sendiri adalah beberapa hal yang dapat kita terapkan dalam memanajemen perasaan emosi yang kita alami. Dalam ketiga poin tersebut dapat pula dilakukan dengan memulai hal-hal kecil di setiap elemennya. Contohnya seperti, meski saat ini kita sedang menjalani perkuliahan secara daring, ini bukan menjadi batasan dan memicu kita stress dan sulit mengendalikan emosi namun kita harus juga bersyukur kita bisa mengikuti perkuliahan secara daring dan masih bisa berinteraksi aktif dengan dosen dan teman lainnya melalui virtual.
Komentar
Posting Komentar