DISKUSI PANEL: BIROKRASI KAMPUS
DISKUSI PANEL
“Birokrasi
Kampus”
(Transformasi
Birokrasi Kampus: Antara Realitas dan Harapan Mahasiswa)
Diskusi panel ini berjudul “Transformasi Birokrasi Kampus: Antara Realitas dan Harapan Mahasiswa”
merupakan program kedua dari Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU semester B
tahun 2023. Adapun sasaran kualitas dari program ini yaitu peserta diskusi
(AKK) mengetahui kondisi birokrasi kampus, peserta diskusi termotivasi untuk menyiapkan
diri menghadapi transformasi birokrasi kampus, peserta diskusi termotivasi
untuk mengemukakan pendapat.
Diskusi Panel dilakukan pada hari Sabtu, 11 November
2023 pukul 09.00 WIB berlokasi di Jl. Marakas No.5. Moderator diskusi adalah Steven
Nababan (Akuntansi FEB USU 2020).
Pembicara Diskusi Panel ini terdiri dari 3 narasumber yaitu Jansen Vernando
Sihotang (Ketua KPU FEB USU), Timothy Atmanegara Mea (Demisioner HMD EP FEB USU),
dan Johan Dermawan Silaban (Demisioner CC FEB USU). Diskusi Panel ini diawali
dengan ibadah singkat dengan lagu dan doa pembuka serta pengenalan Campus
Concern secara singkat yang dibawakan oleh moderator.
Selanjutnya moderator mempersilakan narasumber pertama
untuk memaparkan birokrasi kampus. Menurut Jansen Vernando Sihotang, birokrasi adalalah
sistem yang didalamnya terdiri dari rantai komando yang struskturnya piramid.
Jadi, birokrasi bertujuan untuk mengatur administratif, sosial, prosedur,
spesialisasi tugas serta penilaiannya seperti apa. Birokrasi kampus terdiri
berdasarkan tingkat yang pertama yaitu rektor, wakil rektor, dekan dan masi
panjang sistemnya. Dampak negatif dari birokrasi yaitu keterlambatan dan sikap
ke kakuan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan infomasi yang diperoleh oleh narasumber
Jansen FEB mempunyai sistem birokrasi yang baru yaitu pada 23 Agustus 2023 BEM
melakukan kongres di mes USU di Berastagi, dengan urgensi 3 poin yaitu menghasilkan
UUD MASMA, mengubah PEMA menjadi BEM, dan mengubah bentuk dan strukturan dari
BEM/PEMA sebelumnya. Ini merupakan perjalanan terbentuknya salah satu birokrasi
di USU. Setiap universitas mempunyai rantai komando atau pun sistem birokrasi yang berbeda, jadi
tidak bisa disamakan sistem birokrasi antar satu universitas dengan universitas
lain.
Selanjutnya moderator bertanya mengenai perihal
administrasi yang error sehingga menimbulkan kesulitan bagi mahasiswa dalam
mengaksesnya. Moderator memberikan pertanyaan tersebut kepada narasumber Johan
Dermawan Silaban. Pada tahun 2021 ketika menjadi koordinator divisi Diskusi
beliau mengalami hal yang sama yaitu banyak keresahan yang dialami AKK dalam
mengurus adminitrasi, jadi mereka membuat satu surat tentang keluhan-keluhan mahasiswa
dan mereka kirim kan ke pihak dekanat. Jadi, administrasi adalah sebuah
rangkaian kegiataan, perencanaan, pengorganisasian, pengawasan untuk mencapai
sebuah tujuan yang lebih efisien dalam lingkup kampus. Setiap sistem pasti ada
yang namanya cacat, sebenarnya sistem yang ada sudah sangat membantu mahasiswa
hanya saja diperlukan adaptasi agar lebih menyesuaikan dengan sistem yang baru.
Walaupun sudah terlanjur nyaman dengan sistem yang lama namun dibutuhkan
pembaharuan agar setiap mahasiswa dapat mengikuti perkembangan tersebut. ASA
USU adalah salah satu wadah yang sudah mempermudah mahasiswa USU dalam mengurus
surat walaupun terkadang ada plus minusnya tapi itulah yang namanya sistem.
Selanjutnya moderator bertanya kepada narasumber Timothy
Atmanegara Mea terkait transpormasi birokrasi kampus yang terjadi saat ini. Beliau
menekankan bahwa transpormasi itu harus ada target dan harus ada perubahan.
Konsep digitalisasi di kampus sebenarnya adalah efektif dan efisien, yang
dikatakan efektif yaitu yang menjalani (mahasiswa), dilansir dari Max Weber
birokrasi yang sehat itu ada beberapa poin diantaranya:
1. Pejabat
tidak diperbolehkan menggunakan jabatannya untuk keperluan pribadi
2. Jabatan
harus memiliki tingkatan hierarki dari atas ke bawah juga samping;
3. Setiap
jabatan dalam hierarki tersebut memiliki spesifikasi kerjanya masing-masing;
4. Setiap
jabatan memiliki kontrak jabatan yang harus dijalankan dan menjadi tanggung
jawab pemegang jabatan;
5. Penyeleksian
pegawai dilakukan atas dasar kualifikasi profesionalitasnya dan dengan
kompetitif;
6. Setiap
pegawai memiliki gaji dan hak untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan
jabatan dalam hierarki yang ada;
7. Adanya
struktur pengembangan karier yang jelas berupa promosi yang berdasar pada
sistem merit dan hasil baik pekerjaan yang dapat dibuktikan;
8. Setiap
pegawai tidak dibenarkan untuk menggunakan jabatan ataupun resources instansinya untuk kepentingan pribadi;
9. Setiap
pegawai berada di bawah pengawasan sistem yang dijalankan secara disiplin.
Setelah
pemaparan maka dilanjutkan dengan sesi sharing dan tanya jawab dimana terdapat 1
orang penanya.
·
Pertanyaan pertama
diajukan oleh Jeri yaitu, "Nihilnya keinginan mahasiswa untuk
berpikir kritis, dan apasih benefit yang didapatkan mahasiswa untuk mencampuri
urusan itu, karena sistem di kampus bukan mengarah kesitu melainkan mengarah ke
sistem akademik, karena disaat adanya ancaman seperti itu mahasiswa bingung.
Berdasarkan pengalaman keikutsertaan mahasiswa dalam birokrasi kampus ataupun pergerakan kampus jiwa-jiwa kritis banyak mahasiswa yang tidak
tau outputnya kemana?" "sebagai mahasiswa orientasinya adalah
berpikir dalam artian peka terhadap segala sesuatu. Mahasiswa harus punya nilai.
Terkait minimnya keikutsertaan mahasiswa dapat diatasi dengan cara
disosialisasikan, dikomunikasikan dan disampaikan. Orientasi tiap mahasiswa itu
berbeda, tapi pergerakan itu harus dimulai dari mahasiswa." Jawab oleh
narasumber Jansen Vernando Sihotang. “Akal sehat yang tertidur membangunkan
monster jadi mahasiswa itu secara akademik dan lingkungan dilatih untuk
mengasah pikirannya. Mahasiswa yang tidak dibekali dengan akal sehat itu
seperti robot dan mengakibatkan mahasiswa tidak peka. Jika dipelajari segala
informasi yang disampaikan oleh pemerintah itu disampaikan oleh universitas dan
rektor mengolah informasi tersebut dan disampaikan melalui pemimpin mahasiswa. Mahasiswa
itu ada untuk menghentikan pergerakan dan oknum nakal supaya terjadi perubahan
dari regulasi yang salah menjadi benar. Informasi terkait dunia pasca
perkuliahan pun banyak disebarkan melalui organisasi jadi hanya orang-orang
yang tercepat yang bisa mendapatkan kuota tersebut yaitu orang-orang yang di
dalam organisasi itu. Selain itu orang-orang kristen juga diberikan tugas dan
tanggung jawab oleh Tuhan menjadi garam dan terang. Keikutsertaan mahasiswa
dalam diskusi dan memperbanyak literasi dapat membuka pikiran mahasiswa untuk
lebih berpikir kritis dan peka terhadap situasi. Selain itu mahasiswa yang
berorganisasi memiliki banyak relasi dan dapat mengasah kemampuan diri untuk
menjadi pemimpin,” jawab oleh narasumber Timothy Atmanegara Mea.
·
Pertanyaan kedua kembali
diajukan oleh Jeri “Kebanyakan dari budaya organisasi yang terjadi
sekarang itu lebih banyak memakan waktu ketimbang dunia kampus, karena
organisasi mengaharuskan kita untuk terjun terus didalamnya. Persyaratan yang
ada sekarang justru memaksa mahasiswa untuk mengharuskannya dalam
keorganisasian. Jadi bagaimana pandangan abang terkait hal yang terjadi
dikampus saat ini?”. “Hidup itu pilihan jadi kita diajarkan untuk bertanggung
jawab atas pilihan tersebut. Didalam organisasi ketika kita memiliki banyak
kegiatan kita akan belajar yang namanya manajemen waktu. Ada orang yang secara
akademik kurang tapi secara organisasi dia unggul, dan banyak juga tokoh-tokoh
yang sukses dari orgaisasi. Ijazah itu hanya mengantarkan sampai tamat wawancara
dan administrasi artinya ijazah itu bukti pernah sekolah bukan bukti pernah
berpikir. Jadi kita bisa mencari organisasi yang tidak mengganggu akademik
sehingga ketakutan-ketakutan yang dialami mahasiswa seperti Jeri bisa
dipatahkan,” jawab narasumber Timothy Atmanegara Mea.
Sebagai closing
statement dari para pemateri yaitu semoga Campus Concern bisa menjadi pelopor
untuk mengubah dan menyampaikan aspirasi. Jadilah mahasiswa yang peka melihat
permasalahan dari dinamika yang dialami. Mulailah buat perubahan dari hal yang
kecil dan hal besar akan mengikuti.
Kegiatan Diskusi Panel pun berakhir dan ditutup dengan
doa dan sesi foto bersama serta penyerahan sertifikat kepada para pemateri.
Dalam kegiatan Diskusi Panel ini dihadiri oleh 15 partisipan. Dari segi
kuantitas diskusi ini tidak tercapai. Dari segi kualitas, terdapat tiga sasaran
kualitas. Diantaranya yaang pertama yaitu peserta diskusi (AKK) dibukakan
mengenai kondisi birokrasi kampus, peserta diskusi termotivasi untuk menyiapkan
diri menghadapi transpormasi birokrasi kampus, dan peserta diskusi termotivasi
untuk mengemukakan pendapat.
Komentar
Posting Komentar