Literasi Keuangan: Kunci Suksus Menuju Masyarakat yang Sejahtera
Literasi Keuangan: Kunci Suksus Menuju Masyarakat yang Sejahtera
Oleh: Novi Tryani
Uang bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya butuh uang. Begitulah kira-kira kalimat yang sering saya dapati ketika mendengar pembahasan mengenai uang. Saya pribadi setuju akan kalimat tersebut, karena semua kebutuhan manusia memang melibatkan uang. Oleh karena itu, uang menjadi hal yang penting bagi setiap individu. Bukan hanya bagi seorang individu, namun bagi sebuah negara, uang juga berperan penting dalam perekonomian.
Kita tentu menyadari bahwa perekonomian dunia akan senantiasa mengalami pertumbuhan dan kemajuan. Indonesia sebagai bagian dari dunia tentunya mengalami hal yang serupa. Perekonomian yang senantiasa bergerak dinamis memberikan pengaruh pada laju inflasi di Indonesia. Setiap tahunnya Indonesia mengalami inflasi, dan hal ini memberikan pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, harga yang tidak stabil dan pengaruh-pengaruh lainnya. Dikarenakan hal inilah, masyarakat Indonesia harus mempunyai literasi keuangan yang baik untuk mendukung kemajuan bagi suatu negara. Dilansir dari OJK.go.id, Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar 49,68 persen, naik dibanding tahun 2019 yang hanya 38,03 persen. Meskipun mengalami kenaikan, namun angka tersebut masih tergolong kecil dan berakibat pada rendahnya pemanfaatan produk keuangan. Masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan dapat berakibat pada banyaknya masyarakat yang mudah terjebak dalam praktik jasa keuangan yang illegal.
Kasus mengenai masyarakat yang terjerat pinjamana online, membeli investasi bodong, dan tertarik akan penipuan penggandaan uang menjadi bentuk nyata kurangnya literasi keuangan. Yang cukup mengejutkan adalah, mahasiswa sebagai orang-orang yang dipandang sebagai kaum intelektual dan punya akses akan akan informasi mengenai literasi keuangan, banyak terjerat dengan pinjaman online. Bukan hanya 1 atau 2 kasus yang terjadi, dan hal ini sangat memprihatinkan.
Banyaknya anak muda yang tertarik pada dunia investasi tentu merupakan hal yang baik, disinilah peran dari literasi keuangan bekerja, anak-anak muda tidak akan mudah tergiur dengan keuntungan instan yang diiming-imingi oleh oknum-oknum dalam investasi bodong, mereka akan mampu menyaring dengan baik mana investasi yang legal dan illegal. Akan sangat disayangkan jika anak-anak muda yang diberangkatkan untuk menuntut ilmu dan memperoleh kehidupan yang layak dimasa depan, justru membawa masalah baru dengan terjerat pinjaman online dan investasi bodong. Perlu dipahamai bahwa hal-hal tersebut dapat dihindari atau diminimalisir jika memiliki pengetahuan dan keterampilan keuangan yang baik.
Hal ini menunjukkan gentingnya pemahaman mengenai cara mengelola keuangan yang baik. Kemudahan dalam memperoleh pinjaman uang menjadi pendorong banyak masyarakat yang melakukan pinjaman online. Sebenarnya, pinjaman online bukanlah hal yang sepenuhnya salah, ketika sedang benar-benar terdesak, dan digunakan untuk hal yang benar-benar penting dan bermanfaat, kemudahan pinjaman online dapat membantu. Namun, terdapat beberapa hal yang harus dipahami yaitu ukuran cicilan utang bulanan maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Hal ini sering diabaikan dan belum diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Oleh sebab itu, pentingnya literasi keuangan bagi suatu negara bukanlah bualan semata. Melalui literasi keuangan masyarakat akan memahami bahwa aset lancar yang dimiliki nilainya minimal 3 kali pengeluaran bulanan, sedikitnya 10 % dari penghasilan penghasilan disisihkan untuk menabung atau berinvestasi dan total utang maksimal 50% dari total nilai asset.
Dengan literasi finansial kita akan memperoleh manfaat antara lain (kemdikbud.go.id):
- Memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan.
- Memahami manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan.
- Memahami manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keungan.
- Terhindar dari aktivitas investasi pada instrument keuangan yang tidak jelas
Setiap anak-anak muda akan punya penghasilan dan mengelola keuangannya sendiri, kemandirian finanasial akan terbentuk melalui literasi finansial. Terlebih lagi, diperkirakan Indonesia akan menghadapi era bonus demografi pada tahun 2030-2040. Dampak baik akan diterima Indonesia jika pada era tersebut warganya punya kemampuan pengelolaan keuangan yang baik. Sebaliknya, bonus demografi akan terasa sia-sia jika anak-anak muda terdiri dari orang-orang yang tidak melek finansial. Efeknya, negara kita akan kesulitan mencapai Indonesia emas 2045.Pada akhirnya kita semua nantinya akan mengelola sendiri penghasilan yang kita miliki. Jadi, literasi keuangan yang baik akan memberikan dampak positif bahkan mendorong terciptanya kesejahteraan. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni mengenai pengelolaan keuangan akan memperkecil risiko mengalami penipuan keuangan. Akan sangat disayangkan bukan, bila penghasilan yang diperoleh melalui kerja keras, tidak dikelola dengan baik dan justru membawa pada kesengsaraan.Setiap orang bebas memilih untuk hidup menjadi orang yang seperti apa. Pilihan ada ditangan kita masing-masing. Namun yang menjadi pertanyaannya, sebagai mahasiswa, apakah kita anak-anak muda mau membuang dengan sia-sia kesempatan untuk punya hidup yang lebih baik melalui literasi finansial serta mengabaikan kerja keras orang tua kita untuk hal-hal yang justru membawa kesengsaraan? Saya yakin semua orang ingin hidup sejahtera dan bebas dari kesengsaraan finansial, untuk itu kita anak-anak muda sudah seharusnya mempunyai literasi keuangan yang baik dan memberi dampak positif bagi kemajuan negara disamping memperoleh kesejahteraan pribadi.
Komentar
Posting Komentar