Bridging the Gap: Financial Literacy as the Foundation for Lasting Positive Change

 

Bridging the Gap: Financial Literacy as the Foundation for Lasting Positive Change

Oleh: Steven Nababan

Di tengah dinamika ekonomi global, literasi keuangan memegang peran sentral dalam membentuk masa depan finansial yang stabil dan berkelanjutan bagi individu dan masyarakat. Apa sih literasi keuangan? Seberapa penting literasi keuangan itu dilakukan?.

Literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan keuangan masyarakat.

Pelaksanaan edukasi keuangan dalam rangka meningkatkan literasi keuangan masyarakat sangat diperlukan karena berdasarkan survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2022, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia yaitu sebesar 49,68 persen, naik dibanding tahun 2013, 2016 dan 2019 yang masing-masing hanya 21,84 persen, 29,70 persen, dan 38,03 persen.

Kegiatan edukasi keuangan tersebut dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan mendapatkan materi edukasi keuangan sekurang-kurangnya mencakup:

a.     Karakteristik sektor jasa keuangan;

b.     Karakteristik produk dan/atau layanan, yang terdiri atas: deskripsi, manfaat, risiko, biaya, hak dan kewajiban, cara mengakses, dan penanganan pengaduan dan penyelesaian sengketa.

c.     Pengelolaan keuangan; dan

d.     Perpajakan terkait produk dan/atau layanan.

            Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat, yaitu: 

·       Merupakan bentuk investasi jangka panjang yang bermanfaat dalam mengelola dan menjaga kondisi keuangan agar tetap terjaga atau stabil;

·       Meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan.

Agar masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bagi masyarakat, Literasi Keuangan memberikan manfaat yang besar, seperti:

1.    Mampu memilih dan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai kebutuhan; 

2.    Memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan​ keuangan dengan lebih baik;

3.    Mampu bertanggung jawab pada keputusan keuangan yang diambil;

4.    Terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas;

Literasi Keuangan juga memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan. Lembaga keuangan dan masyarakat saling membutuhkan satu sama lain sehingga semakin tinggi tingkat Literasi Keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.namun, Literasi keuangan juga memiliki tantangan finansial: pertama yaitu ancaman serangan siber yang semakin banyak bermunculan seperti peretasan, pencurian identitas atau penipuan online. Hal ini yang menjadi risiko yang dihadapi oleh pengguna dan penyedia layanan keuangan digital.Kedua, literasi keuangan dan literasi digital masyarakat yang belum merata. Melihat dari survei literasi dan inklusi  keuangan OJK di Tahun 2022 menyebutkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat sebesar 49,68%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inklusi keuangan yang mencapai 85%. Sedangkan, literasi digital baru mencapai 41,48%.

Oleh karena itu kita masyarakat, Pemerintah dan Lembaga swasta, lembaga non-profit  Harus berkolaborasi dapat menjadi kunci untuk mempercepat peningkatan literasi keuangan. Ini mencakup penyediaan sumber daya, regulasi yang mendukung, dan program-program bersama. Pentingnya literasi keuangan tidak dapat diabaikan, dan untuk mencapai dampak yang lebih luas, kolaborasi antara sektor pemerintah, swasta, dan lembaga non-profit menjadi krusial. Pemerintah memiliki peran signifikan dalam menciptakan regulasi yang mendukung pengembangan program literasi keuangan, sementara perusahaan swasta dapat memberikan kontribusi melalui inovasi teknologi dan sumber daya keuangan. Kolaborasi ini dapat mencakup penyediaan pelatihan, pembentukan program bersama, dan penyebaran informasi melalui saluran yang lebih luas. Melalui sinergi ini, kita dapat mencapai penetrasi dan dampak yang lebih besar, memastikan bahwa literasi keuangan bukan hanya menjadi hak segelintir, tetapi juga hak universal yang diakses oleh semua lapisan masyarakat. Penerapan praktik terbaik dari sektor swasta, seperti kemitraan dengan lembaga keuangan dan perusahaan teknologi, dapat memperkaya program-program literasi keuangan, sementara keterlibatan pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan dan sumber daya yang diperlukan. Kolaborasi ini menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan dan penyebaran literasi keuangan, menjembatani kesenjangan pengetahuan dan memberdayakan masyarakat untuk mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.

Menatap ke depan, perencanaan yang matang untuk literasi keuangan menjadi esensial dalam memastikan kelangsungan dan efektivitas upaya-upaya saat ini. Inisiatif jangka panjang yang melibatkan pemerintah, swasta, dan lembaga non-profit perlu diformulasikan dengan cermat. Dengan merangkum seluruh aspek kolaborasi dan rencana masa depan dalam pengembangan literasi keuangan, kita dapat menyimpulkan bahwa literasi keuangan bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi fondasi yang membentuk pondasi perubahan positif yang berkelanjutan. Melalui kerja sama erat antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga non-profit, kita telah membuka pintu menuju akses universal terhadap pengetahuan keuangan yang kritis. Rencana-rencana jangka panjang yang terarah menuju pendidikan dan pelatihan literasi keuangan memberikan gambaran masa depan yang cerah, dimana setiap individu memiliki alat yang diperlukan untuk mengelola keuangan mereka dengan bijak. Dengan upaya bersama ini, kita tidak hanya menciptakan masyarakat yang lebih tangguh secara finansial, tetapi juga memberdayakan individu untuk menjelajahi potensi ekonomi mereka dengan keyakinan dan keberanian. Literasi keuangan bukan hanya mengubah individu; itu juga menjadi pendorong utama menuju perubahan positif dalam skala yang lebih besar, membentuk fondasi yang kokoh untuk kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan sosial.

 

Sumber: ojk.go.id


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?