RESUME PEMBEKALAN YOUTH FOR CHANGE "CRITICAL THINKING"
Kritis
(KBBI) berarti bersifat tidak lekas percaya, bersifat selalu berusaha menemukan
kesalahan atau kekeliruan, tajam dalam penganalisisan. Sementara itu dasar kita
pemuda Kristen perlu berpikir kritis adalah kasih atau berbelas kasih. Ayat
alkitab yang menjadi dasarnya adalah Filipi 1 : 9 dan hukum yang utama.pemateri
juga menyampaikan bahwa esensi berpikir kritis bukan supaya jadi tahu segala
hal, melainkan jadi ingin tahu. Ingin tahu tidak sama dengan kepo. Hal ini yang menjadi salah satu
latar belakang pentingnya berpikir kritis. Pemateri menambahkan bahwa semua
keputusan seharusnya memiliki landasan. Begitu juga dengan berpikir kritis,
yaitu menyangkut kepekaan kita.
Ingin tahu
itu curious, care. Menembus batas
sudut pandang (empati) yaitu belas kasihan. Pemateri juga menjelaskan bahwa
dalam berpikir kritis perlu menantang
dan menguji bias. “Dalam berpikir kritis kita perlu menempatkan diri kita
sebagai orang yang berempati kepada orang lain, mau ikut merasakan yang orang
lain rasakan. That’s the point of love
(berbelas kasih)”, ungkap pemateri.
Selanjutnya
dalam critikal thinking, perlu adanya
berpikir kritis terhadap kepemimpinan yang telah terbentuk. Pemateri juga
menyampaikan ada beberapa kesalahan dalam kepemimpinan :
1. Yakin dan meneruskan tanpa
pemahaman
2. Melaksanakan tanpa
pertimbangan
3. Bertahan dalam perasaan terjebak
Selanjutnya
pemateri juga menyampaikan bagaimana cara memandang sesuatu dengan konsep enam
topi berpikir yang dirancang oleh psikolog Edward Bono pada tahun 1985. Konsep
berpikir ini lebih dikenal dengan nama “Six
Thingking Hat”. Melalui konsep ini kita diajari untuk memahami sebuah
budaya atau nilai dalam organisasi sehingga kita bisa menyesuaikan topi warna
apa perlu dipakai.
.
Gambar konsep berpikir six thingking hat
Selanjutnya pemateri menjelaskan
bahwa berpikir kritis dapat membentuk jiwa kepemimpinana seseorang. Seorang
pemimpin dalam berpikir kritis mampu melihat dari berbagai sudut pandang; sudut
pandang yang dilayani dan yang melayani (kita, aku, kamu,dsbg) dengan
mengikutsertakan rada empati dalam memahami orang lain.
Pemateri juga menyampaikan bahwa
dalam kepemimpinan yang akan
terbentuk,perlu adanya analisis SWOT dan SMART+ER agar visi dan misi menyasar
pada segmentasi yang tepat. Hal ini bisa dilakukan dengan analisis alat SCAMPER
. SCAMPER adalah singkatan dari Substitute,
Combine, Adapt, Modify,Put to another use, Eleminate, Reverse. Penjelasan
dari SCAMPER:
a.
Substitute adalah mengganti
faktor .
b.
Combine adalah cara untuk mencampur
atau mengolaborasi sumber daya
c.
Adapt adalah upaya untuk
menyusaikan dengan keadaan
d.
Modify adalah usaha untuk
menambah,mengubah dan menegaskan sesuatu.
e.
Put to
another use adalah usaha yang dilakukan untuk menambah fungsi dari sesuatu.
f.
Eleminate adalah usaha untuk memangkas yang tidak perlu
g.
Reverse adalah usaha untuk memutar
balik ke cara yang lama apabila ada sesuatu yg lebih baik dilakukan ketika cara
lama lebih efektif.
Dalam penerapan SCAMPER, semua elemen tidak mutlak harus
dilakukan/diterapkan, akan tetapi dilaksanakan tergantung kebutuhan—elemen mana
yang perlu untuk diterapkan. Pemaparan materi ditutup dengan sebuah ungkapan
dari pemateri. Beliau mengungkapkan,
“Kamu adalah terang dunia. Kota
yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak
menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantan, melainkan di atas kaki
dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga”.
Seusai pemaparan materi, MC membuka
sesi tanya jawab dengan peserta pembekalan. Pertanyaan pertama datang dari Aris
(Manajemen 2018) mengenai cara kita menempatkan critical thingking dalam isu
omnibus Law yang saat ini sedang ramai dibahas.
“biasanya
kita merasa kritis setelah melihat bias, melihat pro dan kontra,
berdasarkan IG banyak yang pro dan banyak yang kintra, dan ada juga yang pro,
kita harus melihat mengapa ada orang yang pro terhadap itu dan sebaliknya. Saat
melihat asumsi kita harus berpikir bagaimana dan kenapa dan lebih baik kita
menguji sendiri”, jawab pemateri.
Pertanyaan berikutnya datang dari
Oktavia Veronika Sinaga ( Ekonomi Pembangunan 2019), “menurut kutipan Najwa
Shihab, Orang kritis belum tentu kreatif dan orang kreatif sudah pasti kritis.
Menurut kakak, apa analisis kontekstual diantara keduanya itu kak? Lalu berikan
sebuah contoh studi kasus agar tampak pembedanya dimana, dan analisis pembeda analytical thinking dan critical thinking apa ?”.
“Kritis kita tahu artinya tidak
mudah percaya dan menganilisis dengan tajam, sementara kreatif berarti memiliki
daya cipta , kritis tidak sama dengan kreatif, kritis itu menganalisis tajam
dan kreatif itu mempunyai daya cipta, contohnya bapak – bapak yang saya lihat
di warung kopi yang sangat kritis namun tidak memiliki daya cipta. Kreatif
sudah pasti kritis , kenapa seseorang mampu menciptakan sesuatu, tentu karena
ia sudah melihat ada sesuatu yang kurang, ia sudah berpikir kritis terlebih
dahulu. Kritis itu tidak cukup, kritis harus dilanjutkan dengan kreatif ,
karena kritis masih sebatas berpikir. Crtical dan analytical , analytical itu
adalah menganilisa dengan tajam jadi analytical
adalah bagian dari critical”, jawab
pemateri.
Pertanyaan selanjutnya disusul oleh
David Rumahorbo (Ekonomi Pembangunan 2017) mengenai alasan yang mengharuskan
kita untuk berpikir kritis dan kaitannya dengan lahirnya critical thingking.
“dasar berpikir kritis adalah Filipi 1 : 9 dan
hukum yang terutama, alasan utama kita harus berpikir kritis adalah belas kasih
, utamanya berpikir kritis itu adalah selain berempati juga berangkat dari
sudut padang kita ikut merasakan orang lain. Contoh ketika kita bertemu dengan
orang yang menderita autis, dari sudut pandang lain aku merasakan sulitnya
merawat orang autis, padahal tidak pernah merasakan merawat orang autis dan aku
membuat proyek social pada mereka. Jadi maksudnya dari Filipi 1: 9 adalah
berbelas kasih yang tidak cinta buta. Maksudnya percaya dan tanpa reasoning yg
jelas. Kita butuh cinta yang sadar, yang melibatkan akal budi dalam mengasihi.
Selain berpikir kritis juga kita perlu kreatif, berpikir kritis harus
dilanjutkan dengan berbuat sesuatu. Berpikir kritis tanpa bertindak, sama
dengan terang dalam gantang. Pemikiran radikal dan kritis, kalau radikal belum
diketahui dari hubungannya dengan kritis, namun menurut saya apabila berangkat
dari radical together, berarti sesuatu yang menembus batas, independen, tidak
terikat hukum, dalam artian melawan dengan sistem yang sudah terbentuk namun
berani menciptakan gerakan yang ada. Berpikir radikal menurut pemateri
cenderung kreatif tapi berpikir kritis lebih banyak dan lebih luas tujuan
akhirnya. Dan orang yang berpikir radikal dlam arti ambisisus yang postif
dimana mereka harus ada aksi. Sementara pemikiran kritis cenderung lebih netral
dlam memahami fenomena”, ungkap pemateri.
Pertanyaan selanjutnya berasal dari Leonardo Manullang (Manajemen 2019), “berpikir kritis punya hambatan, salah satunya egosentris, dimana seseorang yang memilikisifat ini merasa dirinya itu benar dan mempertahankan keyakinan sesuai kepentingannya, pertanyaannya bagaimana caranya agar kita tidak mengandalkan ego dan kepentingan kita dalam berpikir kritis, karena jika berhadapan dengan orang lain akan cenderung mencari hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan bukan kebenaran itu sendiri”
“ kalau menurut pemikiran saya, itulah sebabnya dibentuk Bono’s Thinking Hat karena saat kita mengidentifkasi kita tidak tahu itu emosi semata atau itu adalah fakta. Kalau egosentris itu muncul karena perasaan dilaksanaan sebagai topi putih, dia mengira itu adalah topi putih ternyata itu hanyalah topi merah, yaitu topi yang menndakan emosi semata. Karena inti dari beroikir krtitis itu sadar, bukan egosentris (tidak sadar kalau dia merasa yang dia yakini itu benar). Nah ketika tidak dalam perdebatan, kita harus sadar apakah kita dalam satu kubu, apakah sebetulnya sedang memikirkan dalam satu kubu saja. Kalau memanag belum sadar itulah gunanya alat dan cara supaya sadar sedang dilanda egosentris, yaitu dari teman-teman yang diluar sudut pandang, teman bisa menjadi cermin bagi diri kita”, jawab pemateri.
Pembekalan diakhiri dengan pemberian kuis oleh pemateri. Kuis dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi quiziz yang berisi pertanyaan mengenai materi yang telah dijelaskan. Dalam pembekalan ini, Campus Concern memberikan penghargaan untuk peserta dengan kategori peserta dengan pertanyaan terkritis dan pemenang kuis. Adapun kategori pertanyaan terkritis dimenangkan oleh Oktavia Veronika Sinaga (Ekonomi Pembangunan 2019) dan kuis dimenagkan oleh Surya Tan Benia (Manajemen 2019).
Selanjutnya MC mengambil alih forum dan menutup webinar dengan berdoa bersama. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 38 AKK, dan yang bergabung dalam webinar sebanyak 41 AKK (12 pengurus CC & 29 partisipan). Divisi Jaringan berterimakasih kepada setiap orang yang terlibat dalam pembekalan ini dan berharap semakin banyak AKK yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Campus Concern FEB USU selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar