Resume Diskusi Daring: "Organisasi? Masih Zaman?!"

 




        Diskusi daring “Organisasi? Masih Zaman?!” merupakan program pertama Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU pada Semester B. Adapun sasaran kualitas dari program ini adalah peserta diskusi dibukakan tentang konsep berorganisasi di era new normal, peserta diskusi termotivasi berorganisasi secara efektif, serta peserta diskusi termotivasi untuk mengemukakan pendapat.

        Diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Oktober 2020 pukul 19.00 melalui aplikasi conferencing video, Zoom. Moderator diskusi ialah Justina Sirait (Manajemen 2018). Pemateri ialah Andreas Prayuda Aprindo, S.H (Menteri UKM PEMA USU 2019-2020), Rizki Devina Sihombing (ketua AIESEC 2020), dan Riskiadi (ketua Indonesia Milenial Connect Medan 2020). Diskusi diawali dengan doa pembuka, dilanjutkan dengan perkenalan singkat dari moderator. Selanjutnya, moderator mengarahkan diskusi ke arah organisasi saat ini.

        Pemateri Andreas Prayuda Aprindo adalah Menteri UKM PEMA USU 2019-2020, ketua UKM Catur USU 2019-2020, sering mengikuti dan menjuarai ajang perlombaan catur UKM di USU dan saat ini sedang melanjutkan studi S2-nya di USU. Pemateri kemudian mengawali diskusi dengan memperkenalkan UKM di USU. UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah organisasi kemahasiswaan internal kampus berdasarkan minat, bakat, kegemaran, kesejahteraan mahasiswa, penalaran, keilmuan, serta pengabdian masyarakat yang berkoordinasi langsung dengan BKK USU serta di bawah Wakil Rektor I. Menurutnya juga, UKM adalah organisasi sebagai tempat belajar. Pemateri sharing bahwa beliau di tahun pertamanya aktif di kegiatan UKM KMK fakultas hukum kemudian di tahun kedua mulai mencari informasi mengenai catur dan sampai sekarang terlibat aktif di UKM Catur. Pemateri menambahkan bahwa kegiatan berorganisasi di masa pandemi ini dengan sebelum pandemi memiliki perbedaan, yaitu kegiatan hanya dilakukan di rumah serta waktu bertemu secara virtual singkat. Di masa pandemi ini juga masih ada kegiatan organisasi yang memerlukan kegiatan secara langsung sehingga mengharuskan pertemuan secara tatap muka degan memperhatikan protokol kesehatan. Namun, beberapa unit kegiatan mahasiswa lebih memilih memvakum kegiatan mereka karena kegiatan mengharuskan interaksi tatap muka.



        Moderator melanjutkan diskusi dengan bertanya mengenai konsep berorganisasi yang berubah sebelum dan setelah pandemi. Pemateri yang tergabung di UKM Catur membagi pengalamannya selama pandemi ini, seperti pergeseran pelatihan olahraga catur dari yang tatap muka beralih ke website chess.com, adanya koneksi jaringan yang lemah, dan kurangnya interaksi antar sesama pemain. Pemateri menambahkan mengenai keuntungan bergabung ke UKM, yaitu meningkatkan bakat yang dimiliki, menambah profil CV, mendapat uang saku dan menambah relasi. Pemateri mengimbau peserta diskusi untuk tetap berdoa, pintar membagi waktu, menjaga kesehatan, dan semangat, fokus serta tidak menyerah ataupun takut gagal.

        Veronica (Manajemen 2019) bertanya melalui kolom chat mengenai pendaftaran UKM BKK. Namun pemateri meluruskan bahwa tidak ada UKM BKK. BKK adalah biro kemahasiswaan di bawah Rektor 1, berkaitan dengan beasiswa,  unit kemahasiswaan, serta pencairan dana ke UKM sendiri melalui BKK. Untuk pendaftaran UKM, peserta bisa menghubungi langsung ketua ataupun pengurus organisasi tersebut.

        Kemudian moderator mengalihkan diskusi pada Rizki Devina mengenai organisasi saat ini yang menaunginya. Pemateri adalah mahasiswa aktif semester 7 jurusan Agrobisnis, Pertanian USU dan merupakan Local Committee President of AIESEC in USU 2020. Pemateri menjelaskan bahwa saat ini kita sedang mengalami pandemi yang berdampak segala sektor, yaitu ekonomi, jasa, pertanian, dan dunia pekerjaan. Pelamar pada masa pandemi ini mencapai 20.000 namun proses pelamaran lama dan tidak banyak loker yang tersedia. Oleh karenanya kita harus mempersiapkan diri untuk mandiri dan siap secara finansial karena kita akan bersaing dengan freshgradute. Hanya saja tingkat pengangguran dari lulusan universitas semakin meningkat. Ini menunjukkan gelar tidak akan menjamin pekerjaan. Dari sini pemateri mengimbau peserta untuk mulai menginvestasi diri dan waktu mereka karena apa yang kita lakukan hari ini berdampak pada masa depan serta tidak membatasi diri menggapai hal yang disukai

        Pemateri berbagi pengalamannya, bahwa dia memulai organisasi AIESEC di semester keduanya dan dari organisasi ini dia belajar public speaking, me-manage proyek, konsep kerja dan kegiatannya yang berkontribusi pada masyarakat. Beliau juga mengikuti lomba mahasiswa berprestasi dan merupakan 1st runner up Mahasiswa Berpretasi 2020.

        Alasan lain organisasi bagus untuk kita adalah karena apa yang didapat dikampus hanya sebagian kecil dari hal di luarnya. Kegiatan perkuliahan hanya mencakup sampai 10 dan 20 persen saja yaitu belajar dari peristiwa dan momentum. Sedangkan kegiatan berorganisasi mencakup 70 persen, yaitu belajar dari pengalaman dan integrasi pembelajaran di tempat kerja. Pemateri menyarankan peserta yang ingin bergabung organisasi di masa pandemi untuk mencari organisasi yang bisa beradaptasi di masa pandemi, mengetahui kemampuan kita, dan penuhi diri dengan informasi yang terkini melalui media sosial serta ambil kesempatan pendaftaran organisasi sehingga lebih baik gagal karena mencoba daripada tidak pernah mencoba sama sekali. Kita sebagai pemuda juga harus memiliki kemampuan untuk problem solving, critical thinking, decision making, creativity, dan lainnya. Serta jangan lupa mengandalkan Tuhan.

        Moderator kemudian melanjutkan diskusi dengan mengalihkan diskusi kepada pemateri Riskiadi. Riskiadi adalah mahasiswa semester 6 dari Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, Ketua Organisasi IM (Indonesia Milenial) Connect Regional Medan, aktif di BEM sebagai Menteri Koordinator Pemberdayaan Mahasiswa dan Kebudayaan, dan Himpunan Mahasiswa Deli Serdang. Pemateri menekankan bahwa semua orang berhak untuk aktif dan mengemukakan pendapatnya. Oleh karenanya organisasi akan terus ada dimanapun kita berada, mengingat organisasi bukan mengenai sosial saja, tetapi sistem di perusahaan dan pemerintahan. Organisasi mengatur struktur organisasi, job desk, dan tugas-tugas yang diserahkan oleh ketua organisasinya. Salah satu contoh organisasi adalah keluarga. Organisasi penting karena dapat menambah ilmu dan pengalaman, kepemimpinan, soft skill baru, dan relasi. Selain itu dapat belajar memanajemen diri, waktu, dan organisasi, menyelesaikan masalah, public speaking. Pemateri pun mengimbau agar peserta bisa merasakan organisasi dari yang terkecil hingga terbesar karena masa pandemi bukanlah penghalang untuk berorganisasi, berprestasi, dan mengikuti perlombaan. Hal ini berguna untuk lebih produktif dan dalam mencari pekerjaan nanti dimana perusahaan tidak melihat gelar, namun apa yang telah kita lalui selama di masa perkuliahan.

        Moderator melanjutkan diskusi mengenai efektifnya organisasi di masa pandemi. Pemateri Andreas menanggapi bahwa tidak ada bedanya organisasi sebelum dan sesudah pandemi ini, asalkan ada tujuan yang jelas, maka kegiatan itu akan bermanfaat, serta pergunakan waktu seefektif mungkin. Pemateri Rizki menanggapi bahwa mengikuti organisasi di saat ini efektif. Namun sesuaikan dengan passion agar waktu tidak terbuang sia-sia.

        Melalui kolom chat, Puja (Ekonomi Pembangunan 2017) dan Elfri (Manajemen 2018) bertanya mengenai time management pemateri yang menurutnya tidak bisa membagi waktu dikarenakan masa perkuliahan dan kegiatan organisasi dilakukan secara daring. Menurut pemateri Riskiadi, hal ini memang sering dialami di masa pandemi, terlebih lagi semua tugas baik perkuliahan maupun organisasi berderet. Pemateri menyarankan untuk menyediakan waktu me-time untuk introspeksi diri dan menghabiskan waktu bersama teman ketika kita sudah merasa sibuk dan jenuh mengerjakan berbagai kegiatan. Pemateri Andreas juga menambahkan bahwa organisasi menambah pengalaman baik dan berdampak bagi kita.

        Melalui moderator, Andre Ramses (Manajemen 2019) bertanya mengenai strategi berorganisasi, yaitu elemen yang paling kuat agar organisasi bisa bertahan menghadapi masa sulitnya. Pemateri Rizki menanggapi bahwa tujuan atau dasar organisasi itu berdiri serta hubungan baik antar anggota. Masalah yang dihadapi membuat organisasi itu ada sehingga dapat mencapai visi yang jelas.

        Asima Sihotang (Manajemen 2019) bertanya mengenai strategi yang bisa digunakan untuk memulai ikut berorganisasi. Pemateri Riskiadi menanggapi bahwa kita bisa menggali potensi dalam diri kita sendiri, memulai berinteraksi secara online yang dapat memicu interaksi tatap muka nantinya.

        Leonardo Bona Tua Manullang (Manajemen 2019) bertanya mengenai pandangan pemateri mengenai mahasiswa yang bergabung organisasi di tahun ketiganya atau di atasnya dan bergabung dengan dua organisasi. Pemateri Andreas menanggapi bahwa tidak ada masalah dengan bergabung dua organisasi sekaligus. Diperlukan sikap menghargai ketika memulai dan masuk organisasi sehingga kita dapat mengenal siapa pengurus dan mendapat relasi. Pemateri Rizki menambahkan bahwa tidak ada kata telat untuk memulai sesuatu yang baru daripada tidak mendapat apa pun sama sekali karena semua orang memiliki jatah gagalnya sendiri dan jangan lupa untuk bangkit kembali.

        Sebagai penutup diskusi, pemateri Andreas menekankan bahwa bahwa orang organisasi adalah orang yang keren karena mereka adalah orang yang mau mengambil peran, jangan menyerah dan tetap menjaga protokol kesehatan serta tetap menjaga relasi dengan Tuhan. Pemateri Riskiadi mengimbau peserta untuk jangan menjadi orang yang menyerah, dan tidak masalah dengan sok baik. Pemateri Rizki mengibaratkan kita sebagai anak panah. Anak panah yang ditarik ke belakang mengartikan bahwa kita harus mengorbankan sesuatu untuk mencapai tujuan. Pemateri Rizki berharap bahwa kita terus fokus, semangat dan sukses.

        Di akhir diskusi, moderator mengumumkan peserta yang aktif diskusi (Herna Manalu-EP 2018), memberikan pertanyaan kritis (Puja Saraswati Karosekali EP 2017), dan pernyataan yang bagus kepada (Leonardo Bona Tua Manullang (Manajemen 2019). Apresiasi terhadap peserta diberikan melalui penambahan pulsa.

        Diskusi pun ditutup dengan doa penutup yang diarahkan moderator. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 38 AKK, dan yang hadir sebanyak 40 peserta (37 AKK dan 3 non-AKK) sehingga hasil yang diharapkan secara kuantitas tidak tercapai. Sasaran kualitas juga tidak tercapai karena bebarapa peserta belum termotivasi berorganisasi secara efektif di masa pandemi ini. Divisi Diskusi Campus Concern FEB berharap semakin banyak peserta diskusi yang  dan berpartisipasi pada diskusi CC selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?