Resume Diskusi Online: "Manajemen Stres Di Tengah Daring"

 





     Diskusi OnlineManajemen Stres di Tengah Daring” merupakan program kedua Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU pada Semester B. Adapun sasaran kualitas dari program ini adalah peserta diskusi (AKK)  mengetahui topik yang dibahas, termotivasi untuk mampu memanajemen stres di masa daring, dan termotivasi untuk mengemukakan pendapat.

Diskusi dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Oktober 2020 pukul 19.05 melalui aplikasi conferencing video, Zoom Meeting. Moderator diskusi ialah Puja Karosekali (2017). Pemateri ialah Juliana Irmayanti Saragih, M.Psi, yang merupakan dosen fakultas Psikologi USU. Beliau adalah lulusan Magister Profesi Psikologi USU kekhususan Klinis Dewasa, penulis buku “Bahagia dengan Cara Sederhana”, dan Narasumber di stasiun TVRI dan Daai TV dll.

Diskusi diawali dengan perkenalan singkat dari moderator, dilanjutkan dengan membacakan CV dari pemateri. Selanjutnya, moderator mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materinya.

Pemateri memulai materi dengan menanyakan, Apa yang membuat peserta stres di masa  daring  ini? Kebanyakan dari  mahasiswa menjawab karena tugas, proses pembelajaran, dll. Pemateri pun menanggapi bahwa stres yang kita alami masih dikatakan ringan. Dikarenakan kita masih bisa melakukan kegiatan positif, seperti mengikuti kegiatan diskusi yang sedang berlangsung. Kita harus meyakini ada situasi yang berada di luar kontrol kita atau situasi terberi. Untuk itu, jangan habiskan waktu untuk situasi terberi. Ketika menghadapi situasi terberi (given) yang harus dilakukan adalah mengubah sikap atau cara pandang kita.

Ada dua jenis stres, yaitu eustress (berdampak positif) dan distress (berdampak negatif). Eustress ketika menghadapi situasi yang kita suka, tetapi seperti ada tantangan dan membuat kita berkata ”aku bisa” sedangkan distress terjadi apabila tekanan stresor menghambat dan menurunkan performa. Stres juga diperlukan dalam skala kecil supaya tidak merasa dalam zona nyaman terus menerus.

Tanda-tanda stres bisa mempengaruhi fisik (sakit kepala, berkeringat, peningkatan detak jantung, gemetar, darah tinggi, pegal, sakit pada otot), perilaku (peningkatan penggunaan rokok, minuman keras, obat-obatan, berteriak, agresif, perubahan kebiasaan makan perubahan kebiasaan tidur, menggigit kuku, kaki goyang-goyang, dsb), mental (sulit berkonsentrasi, penurunan daya ingat, bingung, sulit membuat keputusan, lemah dalam memberi perhatian, penurunan dorongan seksual, dsb), emosional (mudah cemas, gampang marah, lebih sensitif dari biasanya, kurang sabar, depresi, hilang rasa percaya diri, dsb). Stres terjadi ketika antara sumber daya (kekuatan yang kita miliki), dengan tuntutan itu tidak seimbang, yakni adanya tuntutan yang lebih besar. Lalu apa yang harus dilakukan ketika tanda- tanda stres mulai datang? Ada tiga cara, yaitu mengurangi sumber stres (tuntutan), berfikir positif  dan melakukan gerak tubuh. Dalam mengurangi sumber stres, yang bisa kita lakukan yaitu menerapkan strategi belajar yang efisien (tempat duduk yang memiliki senderan, menyediakan air putih atau cemilan),  fokus (jangan membuka aplikasi lain pada saat pembelajaran daring),  berfikir positif (what you think is what you get), dan self-talk (berbicara pada diri sendiri hal yang positif bahkan ketika lelah, tidak lupa mengucapkan terimakasih pada diri sendiri).

Kemudian pemateri melanjutkan materi dengan relaksasi dan mempraktikkannya kepada peserta. Bagaimana untuk bisa relaks, antara lain : gunakan pernapasan diafragma/perut yang dalam dan teratur, lakukan relaksasi otot yang teratur, gunakan imajinasi agar relaks (bayangkan hal-hal yang menyenangkan, tenang, dan saat-saat relaks), dengarkan musik favorit anda, dan ambil posisi yang relaks.

 


Setelah pemateri memberikan materinya, dikembalikan ke moderator untuk membuka sesi tanya jawab untuk 3 orang penanya. Pertanyaan pertama dari Surya Tanbenia (Akuntansi 2018). “Bagaimana kita menanggapi/menyikapi bahwa semua sumber stress kita itu berasal dari luar? Tidak ada yang dari dalam diri, semua merupakan tuntutan”. 

Setelah itu moderator mengembalikan kepada pemateri untuk  menjawab beberapa pertanyaan tadi. Jawaban dari pertanyaan Surya yaitu, “Ketika keadaan berada di luar kontrol kita, yang bisa dilakukan adalah mengubah cara pandang terhadap situasinya. Semua harus didasari kemauan. Contohnya ketika saat diskusi online jaringan hilang, kemudian kita mengeluh, maka kita akan stres. Karena jaringan yang hilang adalah di luar kontrol kita. Tetapi kita harus berpikir, apa dampak terburuk ketika jaringan hilang, apakah dunia akan runtuh? Ternyata tidak. Maka ubah pikiran negatif tadi (mengeluh) menjadi positif.    

Kemudian moderator membacakan pertanyaan kedua dari Veronika (Ekonomi Pembangunan 2019). “Bagaimana kita dapat mengendalikan emosi yang kuat dan bagaimana cara terbaik untuk bertingkah laku dan mengendalikan emosi itu?”. Kemudian moderator mempersilakan pemateri untuk menjawab. Sebelumnya rasio emosi itu berasal dari pikiran. Jadi alurnya itu pikiran, emosi, tindakan. Maka memutus emosi negatif itu dari pikiran. Jadi, sebelum mengeluarkan emosi marah, itu ada tanda-tandanya, tengkuk tengang, kepala terasa panas. Maka sebelum menjadi reaksi emosi, segera lakukakan relaksasi putus rantainya atau cuci muka. Dan semua itu dilatih dan dilakukan secara berulang-ulang”.

Kemudian lanjut kepertanyaan ketiga dari Anita Milenia Purba (Ekonomi Pembangunan 2019),  yaitu “ Kalau misalnya ada yang bilang it’s okay to not be okay, tetapi ada  saja lingkungan yang memaksa kita untuk terlihat baik-baik saja. Padahal keadaan kita tidak sedang baik-baik saja! Menurut ibu, bagaimana menanggapi itu? Lalu moderator mempersilakan pemateri untuk menjawab. “Diawal juga sudah dikatakan, jika lelah katakan lelah dan istirahat. Jadi mulai sekarang sayangi diri sendiri. Karena orang tidak ada yang peduli terhadap kita. Apapun yang dibilang orang itu negatif, tapi ketika kita udah bilang diri kita hal-hal yang positif kita akan positif. Kalau kalimat positif sudah menekan dirimu dan tidak menyenangkanmu itu adalah Toxic dan jauhi orang-orang seperti itu.

Diakhir diskusi, pemateri memberikan closing statement bahwa “Saya percaya ketika Tuhan memberikan kita masalah, pasti Dia juga memberikan jalan keluar. Maka yang kita gunakan adalah pikiran yang diberikan-Nya. Ketika ada masalah, tarik nafas, bersikap tenang maka jalan keluar yang Dia berikan akan kita temukan. Karna Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendiri.” Selanjutnya, closing statement dari moderator adalah “kontrol pikiranmu, buat situasi atau kondisi ternyaman dengan baik, lebih menghargai diri sendiri dan stop berfikir negatif”.

Diskusi pun ditutup dengan sesi foto dan doa yang dipimpin oleh CO Divisi Diskusi. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 38 AKK, dan peserta yang hadir sebanyak   46 AKK  sehingga hasil yang diharapkan secara kuantitas tercapai dan secara kualitas juga tercapai. Divisi Diskusi Campus Concern FEB berharap semakin banyak peserta diskusi yang  dapat berpartisipasi pada diskusi CC selanjutnya.

 

Komentar

  1. Terimakasih CC, semoga diskusi kedepannya lebih banyak dan semakin mengisi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?