Pemira Untuk Demokrasi atau Eksistensi? - Andre (Mnj 2019)




Pemilihan raya mahasiswa adalah pesta demokrasi untuk memilih dan menentukan Presiden, Dewan Mahasiswa dan orang-orang yang akan duduk di Organisasi Mahasiswa (ORMAWA). Pemira juga merupakan wujud adanya pembelajaran politik di lingkungan kampus. Dimana hal ini merupakan satu hal yang penting karena mengingat mahasiswa merupakan iron stock.

Sebagai kaum intelektual mahasiswa seharusnya menyadari pentingnya pengetahuan politik. Menurut F.Isjwara, politik adalah salah satu perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan atau sebagai teknik menjalankan kekuasaan. Dalam lingkungan kampus mahasiswa itu sendiri sudah mengenal sistem pemerintahan. Semua elemen yang ada dikalangan mahasiswa itu dilibatkan dengan rasa memiliki hak dan kewajiban di kampus.

Apa tujuan Pemira?
Pemira memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan Pemilu, diantaranya: perwujudan hak asasi politik, melaksanakan kedaulatan mahasiswa melaksanakan pergantian pemerintahan secara damai,aman dan tertib secara hukum, dan menjamin kesinambungan pembangunan di kampus.

Mengapa Pemira perlu diadakan?
Menurut Abdul Gaffar Karim dosen FISIPOL UGM, bahwa kehadiran Pemira merupakan representasi demokrasi yang sesungguhnya dalam dunia kampus. Sesuai tujuan dari Pemira itu sendiri, dimana kita hidup sebagai bangsa  yang demokratis dimana kedaulatan rakyat adalah yang tertinggi.

Apa dampak demokrasi sehat atau eksistensi diri?
Dari berbagai sudut pandang bisa dilihat apa saja dampak  bagi mahasiswa. Dampak yang dirasakan bagi mahasiswa juga beragam, dimana politik yang dijalankan tidak hanya soal usaha mencapai kemenangan namun usaha menjamin layak untuk menang. Dalam hal inilah satu persatu mahasiswa itu dilatih. Dalam menjalankan Pemira perlu adanya kelompok aspirasi mahasiswa atau KAM sebagai partai politik dikalangan mahasiswa itu sendiri. Proses yang ditempuh pun melalui berbagai cara dalam meraih kepercayaan dari mahasiswa lainnya.

Mahasiswa melatih kemampuan dalam bersosial, berpolitik, kepemimpinan, kekritisan, tanggung jawab, bekerja sama dan semua yang baik lainnya. Kemampuan itu pun didapat dalam proses-proses yang terjadi. Sebagai contoh, dalam hal berkoalisi antar KAM perlu adanya kemampuan dan kepercayaan serta rasa tanggung jawab agar koalisi mampu berjalan baik.

Kemampuan sosial dalam menyuarakan aspirasi, visi dan misi di setiap KAM maupun calon yang akan dipilih. Tentu saja semuanya akan mewujudkan dampak baik itu  bagi mahasiswa yang bersedia  melakukannya dengan sungguh-sungguh demi kepentingan mahasiswa itu sendiri. Di satu sisi kita mampu memandangnya bagi sesuatu yang sangat bermanfaat. Namun di sisi lain, kita dapat melihat dampak yang buruk juga yang diciptakan orang-orang yang dengan sengaja tidak mengindahkan aturan main atau memandang sebelah mata kebermanfaatan dari Pemira ini. Seperti contoh, Pemira UGM 2011 mengumpulkan suara kurang dari 10.000 suara ,sementara penerimaan mahasiswa selalu diatas 10.000 mahasiswa. Itu salah satu bentuk keapatisan yang sering terjadi dalam lingkup kampus maupun dalam lingkungan nasional. Tetapi , tak jarang di zaman sekarang ini Pemira dianggap sebagai ajang untuk eksistensi diri. Gerakan mahasiswa dan pemimpin mahasiswa yang terpilih dari Pemira dirasa kurang nyata dalam mendukung kegiatan mahasiswa secara langsung. Bahkan di beberapa tempat mereka hanya dikenal sebagai tukang demonstrasi. 

Selanjutnya mereka yang terpilih justru dinilai menjadi kelompok yang eksklusif. Benar atau tidak hal itu masih boleh diperdebatkan. Namun anggapan ini tentu muncul bukan tanpa sebab, hal ini sering diakibatkan ketidak-seriusan calon pemimpin dan semua yang terlibat dalam perpolitikannya. Termasuk untuk eksistensi KAM ataupun calon yang diusung. Ambisi akan eksistensi seringkali menggoyahkan mahasiswa dalam keseriusannya dalam menjadi iron stock. Hal ini tentu saja mempengaruhi bagaimana kelanjutan mahasiswa di tingkat setelah jenjang perkuliahannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang yang sedari dulu menanam hal yang negatif akan bertumbuh dan berbuah menjadi negatif juga. Dengan dihadapkan dengan situasi menjadi calon pemimpin, terkadang visi dan misi menjadi goyah boleh disebabkan oleh faktor internal dari pribadi ataupun teman-teman yang mendukung untuk mendapat kursi di PEMA atau ORMAWA. Hal ini tentu tidak diinginkan karena dapat membahayakan demokrasi kedepannya.  Semoga mahasiswa dalam menjalankan kehidupan mahasiswanya terkhusus dalam demokrasi mampu menjadi representative dari demokrasi bersih yang sesungguhnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?