Metode Efektif dalam Mengoptimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh - Puja (EP 2017)
Transmisi lokal Covid-19
masih terus terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Virus yang
muncul pada akhir tahun 2009 tepatnya di Provinsi Wuhan Hubei, Cina menjadi pandemi
global yang ditetapkan oleh World Health Organizaton (WHO). Wabah yang melanda
215 negara di dunia ini telah meneror lembaga pendidikan yang mengakibatkan
pemerintah melarang pelaksanaan pembelajaran konvensional dan menegaskan untuk
menyelenggarakan pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti
No.1 tahun 2020).
Dalam hal ini, banyak
universitas dan sekolah telah merespon dengan cepat intruksi pemerintah dengan
mengeluarkan surat edaran pelaksanaan pembelajaran daring kepada para siswa
maupun mahasiswa di Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembelajaran jarak jauh
sangat dibutuhkan peran teknologi agar kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun di tengah pandemi melarang adanya massa kerumunan supaya
dapat memutuskan rantai penyebaran
Covid-19 dengan cepat.
Namun, sistem pendidikan online tidak mudah untuk dilakukan,
karena memerlukan disiplin pribadi untuk belajar secara mandiri, serta sumber
daya lainnya berupa alat teknologi itu sendiri dan pendukungnya berupa kuota
internet yang harus disediakan. Menurut data, terdapat sekitar 87% pengajar
yang hanya memberikan soal dan bahan materi tanpa dilakukannya proses belajar
mengajar dan tatap muka secara online,
serta hanya memenuhi kewajiban absensi pelajar (Menurut Survei Kemendikbud
Dikti, 2020).
Dilansir dari portal
berita Detiknews, bahwa Kemendikbud menyatakan rata-rata pelajar tidak dapat
memahami pembelajaran jarak jauh dengan baik dan tidak berkonsentrasi secara
penuh terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dirumah. Hal ini yang membuat
pelajar tidak peduli terhadap tingkat pemahamannya pada materi yang diberikan,
hanya melakukan kewajiban absensi, hadir dalam pertemuan online namun tidak
mengerti, malas bertanya, serta tidak belajar ketika ujian telah tiba karena
memanfaatkan google. Sehingga tidak mendapatkan tingkat pengetahuan akademik
yang baik seperti sebelum adanya pandemi. Secara tidak langsung, generasi ini
disebut oleh masyarakat luas sebagai generasi cacat pengetahuan karena proses
pembelajaran yang tidak efektif dan efisien akibat pandemi Covid-19 yang
mengharuskan masyarakat Indonesia untuk work
from home.
Dalam pembelajaran
daring, kita dituntut belajar secara mandiri di rumah, kuncinya untuk dapat
mengoptimalisasi pembelajaran jarak jauh ialah kita sendiri. Karena sebagian
besar permasalahan pelajar dalam proses daring bukanlah terletak pada kebutuhan
akan kuota internet, sebab hal ini sudah dilakukan pemenuhannya oleh
pemerintah. Namun, terdapat pada ketidakdisplinan pelajar dalam belajar, misalnya
menunda pengerjaan tugas, tidak belajar saat UTS karena memanfaatkan google,
tidak mengulang kembali pelajaran saat selesai daring, dan lebih banyak waktu
untuk bersantai/rebahan. Untuk itu, perlu adanya “self-management” yang mengubah perilaku seseorang dengan membuat
suatu strategi serta pengaturan diri dalam membagi waktu, mengerjakan
prioritas, dan beristirahat.
Dalam mendukung proses self-management yang baik, penulis
merekomendasikan metode “Eisenhower Matrix” untuk melakukan sesuatu secara
produktif dengan memanfaatkan waktu dengan baik. Metode ini merupakan metode
kerja produktif yang diciptakan oleh Presiden Amerika Serikat Eisenhower. Hal
ini dapat membuat pengambilan keputusan terhadap suatu tugas dan pekerjaan
menjadi lebih mudah dengan membuat suatu bagian kuadran terhadap prioritas
pekerjaan sesuai waktu dan pentingnya pekerjaan tersebut.
Metode ini dibuat dengan
4 kuadran yang dimana kuadran pertama dikenal dengan “Do it First” yang berisi list pekerjaan yang penting dan mendesak sehingga
tidak dapat ditunda pengerjaanya,
misalnya deadline tugas.
Kuadran kedua dikenal dengan “Schedule it”
yang berisi list pekerjaan yang penting namun tidak terlalu mendesak jika tidak
dilakukan dengan cepat, misalnya mengulang kembali materi daring. Kuadran
ketiga dikenal dengan “ Delegate it” yang
berisi list pekerjaan yang mendesak untuk dilakukan tetapi tidak penting, hal
ini mungkin bisa ditunda pengerjaanya dan tidak perlu dilakukan sesegera
mungkin, misalnya pekerjaan rumah. Kemudian kuadran empat dikenal dengan “Eliminate it” yang berisi list pekerjaan
yang tidak penting dan tidak menjadi suatu masalah jika tidak dilakukan dimana
pekerjaan ini dapat ditinggalkan atau dikerjakan lain waktu,misalnya hangout bersama teman ataupun beristirahat
dari aktivitas yang dilakukan.
Melalui metode ini, kita
dapat melakukan to do list dengan
baik terhadap prioritas pekerjaan kita berdasarkan penggunaan waktu yang baik.
Secara tidak langsung, akan menumbuhkan karakter kedisplinan terhadap diri
seseorang serta prioritas mereka dalam hal pencapaian target, belajar,
mengerjakan tugas, membantu orang tua, dan kegiatan organisasi yang dapat
mengeksplore diri. Karena dimasa pembelajaran jarak jauh dimana semua dilakukan
secara virtual maka perlu adanya penggunaan waktu yang efektif serta manajemen
stres yang baik.
Komentar
Posting Komentar