KAJIAN: ''MELEK FINANSIAL''

        Menurut Anthes (2004), melek finansial adalah sebagai kemampuan membaca, menganalisis, mengelola dan berkomunikasi tentang kondisi keuangan pribadi yang mempengaruhi materi kesejahteraan. Sedangkan menurut Fauzi (2006) melek finansial termasuk dalam 10 macam kecerdasan yang harus dimiliki manusia. Dengan menerapkan pengelolaan keuangan pribadi secara benar, maka individu diharapkan mendapatkan manfaat yang maksimal atas uang yang dimilikinya.

        Kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan menjadi masalah serius. Termasuk Indonesia sendiri, Mastercard dalam Indeks Financial Literacy 2014 menggarisbawahi bahwa kemajuan dalam meningkatkan kesejahteraan keuangan tahun 2014, tetap stagnan di sebagian besar pasar di Asia Pasifik termasuk di Negara Indonesia yang berada di urutan ke-14 dari 16 negara (Fauzi:20006). Melek finansial menjadi sebuah kemampuan atau keahlian yang penting dikuasai oleh semua kalangan, terlebih mahasiswa. Mahasiswa--sebagai agen perubahan--cenderung memiliki kebebasan dalam memutuskan bagaimana dia mengatur keuangannya sehingga kemampuan literasi keuangan sangat penting sebagai pegangan dalam memutuskan bagaimana dia mengatur keuangannya. Menurut Huston (2010), seseorang dikatakan melek finansial ketika memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut. 

         Divisi Kajian dan Tulisan telah melakukan survei cepat melalui tautan (bit.ly/SurveyAKKFEB) yang bertujuan untuk mengetahui apakah mahasiswa, khususnya AKK Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU sudah memahami dan menerapkan melek finansial atau belum.

         Menurut Chen dan Volpe (1998) terdapat empat indikator melek finansial, diantaranya pengetahuan umum tentang keuangan, simpanan dan pinjaman, asuransi, dan investasi. Kajian ini dibuat dengan menggunakan data kuesioner yang disebar kepada AKK FEB USU. Pertanyaan di dalam kuesioner bermuara kepada indikator seseorang dikatakan sudah melek finansial oleh Chen dan Volpe. Pertanyaan dalam kuesioner dibagi empat bagian besar: pengetahuan umum tentang melek finansial, tabungan dan pinjaman, dana darurat, dan pengetahuan keuangan yang meliputi asuransi dan investasi. Kuesioner tersebut berhasil mengumpulkan 136 respons (mewakili 1/2n + 1 dari 226 jumlah AKK yang dibina di UKM KMK FEB USU).

 

Pengetahuan Tentang Melek Finansial     

    

          

Dokumen Campus Concern FEB USU
Berdasarkan survei cepat yang dilakukan, 93,4% (127) responden menyatakan bahwa, responden sudah mengetahui dan memahami pengertian dari manajemen keuangan. Namun, ketika ditanyakan apakah sudah melakukan manajemen terhadap keuangan pribadinya, hanya 50% yang menjawab sudah, artinya masih ada 50% AKK FEB USU yang belum mengaplikasikan manajemen keuangannya: 47,1% (64) sudah memikirkan tetapi belum merealisasikan dan 2,9% (4) AKK sama sekali belum memikirkan untuk memanajemen keuangannya. Hal ini mengindikasikan eksekusi/perilaku melek finansial di kalangan mahasiswa-AKK FEB USU cenderung moderat karena 50% sudah menerapkan, tetapi jumlah yang sudah merencanakan tetapi belum melaksanakan juga besar.

               Berdasarkan data yang diperoleh, AKK FEB USU tidak memiliki perencanaan pengeluaran, mereka melakukan pengeluaran secara spontan namun masih dengan pertimbangan. Pertimbangan yang dilakukan adalah terhadap harga. Hal ini ditunjukkan bahwa sebanyak 83,8 % (114) AKK membeli sesuai dengan kebutuhan, 91,2% (124) membandingkan harga produk terlebih dahulu, dan 79,4% (108) AKK tidak tergesa-gesa dalam menentukan proses pembeliannya. Sebanyak 71,3% (97) tidak memiliki catatan perencanaan pembelian barang (pengeluaran) dan 65,4% (89) tidak memiliki catatan pengeluaran, namun 75,7% (103) dari responden mengetahui arus kas mereka. Bisa disimpulkan bahwa AKK FEB USU cenderung spontan dalam mengeluarkan uang mereka. 

 

Tabungan dan Pinjaman

 

       
Dokumen Campus Concern FEB USU

            Berdasarkan data yang diperoleh, 41,2% (56) dari responden sudah menabung secara periodik. Sebanyak 41,2 % (56) responden (AKK FEB USU) sudah merencanakan untuk menabung hanya saja belum merealisasikannya. Berdasarkan perolehan data ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku menabung nyaris tersebar secara merata mengingat jumlah responden yang berencana menabung mengimbangi responden yang sudah mengimplementasikan perilaku menabung. Sisanya, sebanyak 16,2% (22) belum melakukan dan belum terpikir untuk menabung secara periodik. 

 

        

Dokumen Campus Concern FEB USU
     Terdapat beberapa motivasi AKK dalam menabung. 23,5% (32) mengaku menabung menabung untuk berhemat, 66,2% (90) untuk memenuhi kebutuhan masa depan, sementara sisanya mengaku belum memiliki tabungan. Dalam hal melakukan pinjaman, 97,1% (132) mengaku tidak akan meminjam uang untuk membeli barang yang diinginkan. Dan 90,4% (123) setuju bahwa pinjaman kredit untuk kegiatan produktif lebih baik daripada pinjaman kredit untuk kegiatan konsumtif sedangkan sisanya tidak setuju akan hal ini. Dapat disimpulkan bahwa AKK paham mengenai apa itu pinjaman dan dampaknya bagi kondisi keuangan mereka apabila tidak dilakukan dengan cermat dan bijak.


Dana Darurat

        Menyediakan dana darurat adalah salah satu ciri orang yang memiliki kemampuan atau melek finansial. Dana darurat berbeda dengan tabungan. Secara sederhana, dana darurat adalah dana yang disediakan untuk digunakan jika ada keperluan mendadak sedangkan tabungan adalah sejumlah uang yang disisihkan dengan tujuan digunakan untuk konsumsi barang/jasa tertentu yang sudah direncanakan. 

        Beberapa diantara kita mungkin berpikiran bahwa untuk masyarakat yang berpenghasilan kecil seperti mahasiswa menyisihkan uang untuk dana darurat merupakan hal yang kurang penting karena kemampuan finansial seorang mahasiswa masih dalam cakupan pemenuhan kebutuhan konsumsi. Padahal kebiasaan yang baik dimulai dari hal yang kecil dan ditanamkan sejak dini. Mahasiswa tetap dapat mengimplementasikan ‘dana darurat’ dengan cara memperkecil konsumsi sesuai dengan kemampuan finansialnya namun tetap dengan cara yang wajar.

         

Dokumen Campus Concern FEB USU

Berdasar kepada respons kuesioner diperoleh sebanyak 63,2% (86) tidak menyisihkan penghasilannya untuk dana darurat, dan 19,1% (26) bahkan tidak pernah memikirkan untuk membuat dana darurat. Hanya 17,6% (24) yang sudah memiliki dana darurat. Hal ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan dana darurat, mahasiswa (AKK FEB USU) masih rendah tingkatnya. Dalam merespons kerusakan barang secara tiba-tiba, respons yang diterima juga berbeda, 52,8% (78) memutuskan untuk memperbaiki sendiri atau membeli yang baru menggunakan dana darurat. 10,4% (14) memilih menggunakan garansi, dan 31,3% (42) memilih meminta uang kepada orang tua untuk membeli yang baru.

 

Pengetahuan Keuangan

        Pengetahuan keuangan terbagi menjadi empat aspek, diantaranya pengetahuan dasar (basic financial knowledge), simpan dan pinjam (saving and borrowing), proteksi (insurance), serta investasi (investment). Berdasarkan data yang diperoleh, dalam hal proteksi, 74,3% (101) setuju menyimpan uang di rumah tidak sepenuhnya aman dan sisanya memilih opsi tidak setuju. Kemudian, dalam hal pemahaman mengenai tabungan (pembukaan rekening dan penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, tata cara perhitungan, dan pembukuan bunga tabungan, serta penutupan rekening), 52,2 % (71) tidak terlalu memahaminya, 44,9 % (61) mengaku paham, dan sisanya mengaku tidak paham.

         Asuransi menjadi hal yang penting dalam kehidupan, termasuk asuransi kesehatan. Nampaknya secara garis besar, AKK FEB USU sepakat akan pernyataan ini. Hal ini dibuktikan dengan penemuan data dalam kuesioner, dimana 89% (121) mengaku penting untuk memiliki asuransi kesehatan, hanya 6,6% (9) yang menganggap tidak terlalu penting, dan sisanya memilih lainnya dengan berbagai alasan. Namun 63,2% (86) mengaku kurang memahami premi asuransi. Dan hal ini berdampak pada ketidaktahuan AKK dalam memilih jenis asuransi yang tepat, 63,2% (86).  

        Berdasarkan data yang diperoleh 27, 9% (38) AKK mengaku memahami dengan baik instrumen keuangan seperti: obligasi dan saham, 68,4% (93) mengaku tidak terlalu paham, dan sisanya 27,9% (5) mengaku tidak paham. Namun 95,6 % (130) AKK mengaku mempertimbangkan terlebih dahulu untung dan rugi melakukan investasi. Artinya ketika AKK tidak begitu paham mengenai instrumen keuangan--obligasi dan saham--dan ingin berinvestasi, kemungkinan munculnya masalah finansial dapat diatasi karena adanya itikad untuk mencari tahu dan mempertimbangkan untung dan rugi melakukan investasi.

        Berdasarkan hasil survei secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (AKK FEB USU) telah memahami pengetahuan umum tentang memanajemen keuangan. AKK FEB USU juga lebih memilih menahan keinginannya untuk membeli barang dibandingkan harus meminjam uang untuk memenuhi keinginannya. Namun, dalam penerapan persiapan dana darurat dan menabung secara periodik, masih belum sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 


        Kedepannya, AKK dapat menerapkan dan memperdalam pengetahuan keuangan terutama memahami instrumen keuangan, seperti obligasi dan saham. membuat daftar barang yang akan dibeli setiap bulannya juga harus disusun berdasarkan skala prioritas. Menabung dan memiliki dana darurat juga bisa membantu untuk berjaga-jaga maupun bersiap untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Salam sehat para petarung ide!

       

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?