Merdeka Belajar Dimasa Pandemi Menuju Indonesia Emas - Veronika (Mnj 2019)



1.     Bagaimana Proses belajar daring mahasiswa ?

Pembelajaran secara daring dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar tetap jalan di tengah pandemi corona. Meski telah disepakati, cara ini menuai kontroversi. yang nggak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Meskipun Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa/mahasiswa berbeda-beda. Nggak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemot, gawai begitu, pembelajaran harus terus berlanjut. Saat ini, metode pembelajaran di berbagai institusi pendidikan tidak selalu harus diselenggarakan melalui tatap muka. Terdapat model pembelajaran lain yang bisa digunakan oleh tenaga pengajar sebagai media penyampaian ilmu pengetahuan, yaitu pembelajaran daring dan pembelajaran campuran (kombinasi dari dua metode pembelajaran yaitu tatap muka dan pembelajaran daring). Pembelajaran full online dianggap kurang dapat mengakomodasi seluruh kebutuhan maka pembelajaran campuran atau blended learning menjadi salah satu alternative yang cukup diminati oleh tenaga pengajar. Pada dasarnya, metode pembelajaran daring tidak menuntut mahasiswa untuk hadir dikelas. Mahasiswa dapat mengakses pembelajaran melalui media internet. Penggunaan teknologi yang tersedia disekitar kita apabila diimbangi dengan diskusi dan panduan maka akan menjadi alat pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Perkembangan teknologi ini memudahkan penggunaan internet untuk mengakses materi pembelajaran, berinteraksi dengan konten, instruktur, dan pelajar lain; dan untuk mendapatkan dukungan selama proses belajar, untuk memperoleh pengetahuan, untuk membangun pribadi makna, dan tumbuh dari pengalaman belajar. Umumnya, setiap tenaga pengajar / dosen dalam institusi perguruan tinggi dapat memiliki pertimbangan sendiri untuk memilih model pembelajaran mana yang dianggap paling cocok untuk diselenggarakan pada pembelajaran mahasiswa. Berkaitan dengan adanya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020, pemerintah kemudian mengeluarkan himbauan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah. Hal ini dilakukan demi memutus rantai penyebaran virus dan menjaga keamanan serta keselamatan peserta didik dan tenaga pendidik. Dengan adanya himbauan tersebut maka proses pembelajaran pun dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi dan media internet. Beberapa institusi perguruan tinggi yang sebelumnya melakukan pembelajaran tatap muka di kampus masing-masing, kini harus mengadaptasi model pembelajaran e-learning atau yang biasa disebut pembelajaran daring. Pembelajaran daring memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik dosen maupun mahasiswa. Bagi mahasiswa, pembelajaran daring muncul sebagai salah satu metode alternatif belajar yang tidak mengharuskan mereka untuk hadir di kelas. Pembelajaran daring juga akan membantu mahasiswa membentuk kemandirian belajar dan juga mendorong interaksi antar mahasiswa. Sedangkan bagi dosen metode pembelajaran daring hadir untuk mengubah gaya mengajar konvensional yang secara tidak langsung akan berdampak pada profesionalitas kerja. Model pembelajaran daring juga memberi peluang lebih bagi dosen untuk menilai dan mengevaluasi progress pembelajaran setiap mahasiswanya secara lebih efisien.

2.     Bagaimana Program Merdeka Belajar Demi Mewujudkan Indonesia emas 2045 ?

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, merupakan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil. Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, pada Pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan: 1) mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan 2) mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.Pertukaran pelajar/mahasiswa diselenggarakan untuk membentuk beberapa sikap mahasiswa yang termaktub di dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020, yaitu menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; serta bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Banyak mahasiswa yang memiliki passion untuk mewujudkan karya besar yang dilombakan di tingkat internasional atau karya dari ide yang inovatif. Untuk mewadahi hal tersebut, studi/proyek independen dijalankan untuk menjadi pelengkap dari kurikulum yang sudah diambil oleh mahasiswa serta dapat untuk melengkapi topik yang tidak termasuk dalam jadwal perkuliahan, tetapi masih tersedia dalam silabus program studi atau fakultas. Indonesia banyak mengalami bencana alam, baik berupa gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, bencana hidrologi, dsb. Perguruan tinggi selama ini banyak membantu mengatasi bencana melalui program-program kemanusiaan, namun pelibatan mahasiswa selama ini bersifat voluntary dan hanya berjangka pendek. Dengan adanya kegiatan ini maka perguruan tinggi dapat menyiapkan mahasiswa unggul yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika, serta melatih mahasiswa memiliki kepekaan sosial untuk menggali dan menyelami permasalahan yang ada serta turut memberikan solusi sesuai dengan minat dan keahliannya masing-masing. Tujuan kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka, program “hak belajar tiga semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.

3.     Bagaimana pengOptimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh Untuk Membantu Keberhasilan Program Merdeka Belajar Demi Indonesia emas 2045?

a.     Pertama adalah rata-rata lama sekolah. Pada bagian pendahuluan, telah disebutkan bahwa rata-rata lama usia sekolah masyarakat Indonesia adalah 8 tahun. Jika mengacu pada tahapan peta jalan di atas, masih tersisa 4 tahun lagi untuk mengejar rata-rata lama sekolah 10 tahun. Gerakan merdeka belajar harus mulai melihat indikator ini dalam merumuskan kebijakan. Salah satunya adalah mengevaluasi kebijakan belajar 9 tahun dan meningkatkannya menjadi 12 tahun. Ternyata di saat kita sedang mengejar target wajib belajar 9 tahun, negara maju di ASEAN sudah di atas rata-rata 10 tahun. 

b.     Kedua, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi harus mencapai 60% di tahun 2045. Berdasarkan data dari www.mediaindonesia.com, APK Perguruan Tinggi saat ini sebesar 32,5%. Angka ini di bawah negara Malaysia (38%), Singapura (82%), bahkan Korea Selatan (92%). Dalam waktu 25 tahun mendatang, Indonesia harus mengejar minimal 27,5% peningkatan APK untuk mencapai target 60%. Menurut hemat penulis, persentase kenaikan APK Perguruan Tinggi di Indonesia tidak signifikan karena beberapa faktor, diantaranya: faktor finansial sehingga lulusan SMA/sederajat lebih memilih untuk bekerja daripada kuliah dan minimnya kepercayaan sebagian masyarakat terhadap kemampuan Perguruan Tinggi untuk menjamin lulusannya diterima di dunia kerja. Alasan ke dua ini bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengangguran yang bergelar sarjana dijadikan sebagai pembenaran oleh mereka untuk tidak menyekolahkan anaknya. Bagi mereka, kuliah atau tidak, pada akhirnya akan menganggur juga. 

 

Pada tahun ini Merdeka Belajar sudah disahkan oleh Kemendikbud dan beberapa kampus juga sudah menerapkan nya. Namun setelah melihat dari program-program Merdeka Belajar diatas bagaimana mungkin mahasiswa ataupun kampus dapat melaksanakan segala program itu di masa pandemic . Namun walaupun begitu pemerintah mengharapkan kepada kampus ataupun mahasiswa yang sudah menerapkan merdeka belajar agar lebih memanfaatkan teknologi yang ada. Di masa milenial ini pemikir anak muda sudah lebih aktualisasi terhadap perkembangan teknologi.  teknologi-teknologi yang sudah berkembang pesat, cara pemanfaatannya pun berbeda-beda. Pendidikan teknologi informasi dan komunikasi ini secara umum dimaksudkan agar mahasiswa dapat memahami perangkat-perangkat teknologi dan cara memanfaatkannya dengan tepat, sehingga tidak terjebak dengan kecanduan teknologi seperti dunia maya secara berlebihan tanpa menggunakannya secara berfaedah. Apalagi di zaman millenial ini, Generasi millenial dituntut untuk dapat melahirkan serta mengembangkan inovasi-inovasi baru guna meningkatkan kualitas unggul sumber daya manusia, tidak terperdaya globalisasi, namun dapat menaklukkannya dan mengubah dunia menjadi lebih baik lagi. Teknologi-teknologi yang semakin canggih tentunya memberikan manfaat yang sangat besar kepada para penggunanya, namun ada juga yang terlena dalam perangkap dampak negatif teknologi. Bagaimana kita memaknai kemerdekaan dalam konteks pendidikan saat ini? Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, beberapa waktu lalu melontarkan gagasan penting terkait merdeka belajar. Upaya untuk menghadirkan kemerdekaan dalam pembelajaran ini, haruslah didukung oleh pelbagai pihak, menjadi tanggung jawab bersama. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membangun target dalam lima belas tahun ke depan, dalam konteks transformasi pendidikan kita. Road map ini juga menjadi ruang akselerasi untuk menjemput Indonesia Emas pada momentum Satu Abad kemerdekaan, yakni pada 2045 nanti. Pemerintah Indonesia juga telah menyiapkan berbagai langkah dalam konteks penyiapan Indonesia Emas, di antaranya dengan program-program beasiswa perguruan tinggi dan pendidikan lanjutan, sekaligus pelbagai macam proyek infrastruktur untuk memangkas kesenjangan ekonomi di kawasan Jawa dan luar Jawa. Upaya untuk menjemput Indonesia Emas tentu saja membutuhkan dukungan dan kerjasama dari pelbagai pihak. Kolaborasi, komitmen, kerja keras dan kebersamaan visi merupakan kunci untuk mensukseskan merdeka belajar, untuk menggapai Indonesia Emas. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?