Pemira, Sudah Efektifkah?? (Afni, Manajemen 2015)


 Pemira merupakan ‘pesta demokrasi’ bagi mahasiswa ,tapi pada kenyataannya Pemira belum berjalan secara optimal.

Pemira alias Pemilihan Raya? Siapa sih yang belum kenal dengan istilah ini? Bahkan mahasiswa awam sekalipun pun pasti tahu dengan istilah ini. Mungkin di masyarakat lebih dikenal dengan Pemilu, tapi perlu di ketahui sistem kerjanya sama dan tujuannya juga sama, yaitu memilih pemimpin yang akan menanggung jawabi suatu jabatan.
Pemira adalah sebuah tradisi tahunan pemilihan perangkat lembaga kemahasiswaan dan dianggap sebagai miniatur pemilu dengan lingkup fakultas atau universitas. Pemira pertama kali dilakukan  oleh Universitas Indonesia pada tahun 1974 dan pemilihan yang dilakukan adalah pemilihan Dema (Dewan Mahasiswa). Pemira sangat penting dalam kehidupan kampus, jika pemira tidak ada maka tidak akan ada regenerasi kepemimipinan mahasiswa dalam kampus. Dengan kata lain birokrasi mahasiswa akan terganggu dan menjadi amburadul karena tidak ada sistem yang mengelolanya. Dalam kampus, mahasiswa sebagai agent of change dituntut untuk belajar dan mengaplikasikannya pengetahuan yang didapatnya untuk membawa manfaat besar bagi manusia, bangsa dan negara Indonesia, salah satunya dibidang perpolitikan. . Untuk  itu Pemira hadir  menjadi sebuah wadah bagi mahasiswa untuk belajar politik dan mengasah kemampuannya dalam perpolitikan. Mahasiswa diajarkan untuk mampu melihat dan membedakan mana politik yang sesungguhnya dan politik abal-abal sehingga terciptalah mahasiswa yang kritis, analitis dan tidak mau terbawa arus.


Pemira pada dasarnya akan menjadi sukses jika dalam persiapan dan pelaksanaannya dilakukan dengan efektif. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah PEMIRA yang kita lihat sudah berjalan efektif? Jawabannya TIDAK. Seringkali pemira yang dilakukan hanya sebuah event semata yang dilaksanakan hanya sebagai rutinitas dan formalitas. Efektif yang dimaksud adalah apakah pemira yang dilakukan dapat memberikan pengaruh terhadap mahasiswa dan kampus serta menghasilkan sesuatu yang bisa membawa perubahan. Pihak penyelenggara pemira harus membukakan kepada mahasiswa apa itu pemira, pentingnya pemira dan bagaimana SOP dalam pemira tersebut.  Mahasiswa pun harus mampu diajak terlibat dalam pemira tersebut, sehingga terjadinya dua arah yang saling mendukung satu sama lain dan menghasilkan Pemira yang efektif. Tanpa adanya keterlibatan mahasiswa dalam pemira, semua hal yang dipersiapkan akan menjadi omong kosong.
Tanpa adanya sinergi diantara mahasiswa dan pihak penyelenggara, PEMIRA yang ada hanyalah sebuah retorika.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?