Review Buku : Manusia apa Robot ? oleh Asima Sihotang (Manajemen 2019)

 


Bahagia, satu kata yang menjadi impian semua orang. Sepanjang hidup tidak henti-hentinya kita sebagai manusia mencari dan mengejar hal yang membuat kita bahagia. Sebagian mungkin mendefenisikan bahagianya dengan mendapatkan  uang, jabatan, dan promosi. Sebagian lagi mungkin dengan cinta, seks, atau kebutuhan lain yang memuaskan diri. Secara keseluruhan, kita mungkin merasa bahwa dengan mendapatkan atau menghasilkan sesuatu barulah kita dapat merasa bahagia. Ternyata semua itu salah dan alasan itulah yang menjadi fokus dari buku yang ditulis oleh seorang psychological health trainer pertama di Indonesia ini, William Budiman.

Buku ini merupakan kumpulan esai yang ditulis oleh William sendiri dan sudah diterbitkan pula pada blog pribadinya. Bak lapisan bawang, buku ini secara lengkap meninjau ulang lapis demi lapis defenisi kebahagiaan dan prioritas utama manusia dalam hidup demi kehidupan yang lebih bahagia. Isi dari buku ini dikupas dari sudut pandang psikologi dan menghidangkannya dengan bahasa yang lebih sederhana namun sangat bermakna. Setiap judul, subjudul, bahkan paragrafnya sangat membuka pikiran tentang ‘kesalahan’ kita menilai, mencari, dan mengejar kebahagiaan. Tiga gerbong utama yang saling berkaitan dalam buku ini, yakni #SehatPsikologis, #Pendidikan, dan diakhiri dengan perenungan yang lebih dalam pada gerbong #SelfDevelopment

Awalnya, kita akan dibawa jauh mendalami arti kebahagiaan dari sisi psikologi. Gaya penulisan yang ringan dan terkadang dibumbui dengan perumpaan melalui pengalaman sehari-hari membuat kita lebih memahami maksud dan tujuan akhir si penulis, yakni kehidupan yang lebih bahagia. Kehidupan yang lebih bahagia akan mendukung proses belajar seseorang. Pernyataan inilah yang menjadi pintu gerbong kedua, yakni #Pendidikan. Pada bagian ini, penulis semakin spesifik pada tujuannya menulis buku ini. Disini penulis cukup banyak menuangkan pemikirannya dari ilmu psikologi hingga pengalaman yang dimilikinya. Dengan berani penulis juga menyampaikan kritiknya tentang sistem pendidikan, kurikulum, guru, pemerintah, hingga teknologi. Semuanya digambarkan lewat ilustrasi yang belum pernah terpikirkan. Semakin jauh membaca buku ini, kita akan melihat satu benang merah yang berakhir pada bagian ketiga buku ini.

Pada bagian akhir, yaitu #SelfDevelopment penulis lebih spesifik lagi menancapkan refleksinya kepada setiap individu serta tujuannya menulis bagian buku ini. Apa yang seharusnya dilakukan individu didalam hidupnya dalam proses bahagia. Disini semua maksud dan tujuan penulis menjadi sangat jelas. Sebuah kesimpulan yang dapat diambil bahwa rasa bahagia yang kita dapat lewat kecerdasan emosi, membantu kita membangun diri dan bangsa kita tentunya didasari pula dengan kesadaran dan kepedulian masing-masing individu.

Secara keseluruhan, penulisan buku ini dikemas dengan bahasa yang sangat akrab, tidak menggurui dan merupakan hasil dari refleksi yang cukup dalam. Penulis dengan bebas menuangkan pemikirannya namun didasari dan didukung oleh teori keilmuan. Pembahasan yang sangat menarik dari awal hingga akhir. Semua yang tertuang dalam buku ini mungkin belum pernah kita dapatkan dimanapun bahkan sekolah sekalipun. Terang saja, karena sekolah-sekolah saat ini belum sepenuhnya peduli akan hal-hal seperti ini. Kita hanya dituntut untuk berkompetisi disepanjang masa bersekolah. Pembelajaran dalam buku ini juga mungkin tidak kita dapatkan dari keluarga atau orang sekitar kita. Jelas saja, karena sepanjang hidup kita dituntut untuk menjadi robot-robot dari hasil pemikiran yang kolot dan akhirnya tidak pernah merasakan kebahagiaan yang abadi.

Buku ini sangat menarik dan cocok dibaca oleh semua kalangan. Baik itu remaja atau dewasa, wanita atau pria, pelajar atau karyawan, pemimpin perusahaan, bahkan pemerintah. Yang lebih menarik lagi, buku ini telah dibaca dan direview oleh orang-orang dari profesi yang berbeda-beda. Dari psikolog, dosen, mahasiswa, penulis, aktor, bahkan standup comedian. Semuanya memiliki sudut pandang berbeda ketika membaca buku ini namun kesemuanya memiliki satu kesimpulan yang berharga bahwa kita semua ingin bahagia. 

Buku ini menjadi langkah pertama kita untuk menjadi lebih bahagia serta berdampak bagi bangsa kita. Saat membaca buku ini, ada baiknya kita dalam keadaan yang santai dan memiliki pemikiran yang terbuka karena isi buku ini terbilang cukup lugas. Terakhir, mengutip ungkapan Ivan Novaleo Bunarsih tentang buku ini: asik, berisi, cerdas, dalam, dan esensial.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?