KAJIAN: “1 Tahun Covid-19, AKK sudah ngapain aja ya?”
Coronavirus disease 2019 (covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Wabah covid-19 pertama kali dideteksi kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 1 Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020. Kasus positif covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang.
Seluruh pemerintahan dari seluruh negara berusaha untuk mencari solusi atas wabah COVID-19 tersebut. Upaya untuk mencegah penyebaran covid-19 termasuk pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Selain itu, sekolah dan universitas juga ditutup.
Selama masa pandemi ini, Kemendikbud menerapkan sistem pembelajaran dari rumah, di akhir Maret. Berdasarkan riset yang dikeluarkan oleh ISEAS-Yusof, sebanyak 69 juta jiwa kehilangan akses menuju pembelajaran dan hanya 40% orang yang punya akses ke internet. Data Kemendikbud April 2020 juga menunjukkan, 40.779 atau 18% sekolah dasar dan menengah tak memiliki akses internet, sementara 7.552 atau sekitar 3% sekolah belum lagi memperoleh akses kelistrikan.
Tahun ini, tidak terasa 1 tahun covid-19 sudah berlabuh di Indonesia. Tentu saja banyak sekali perubahan serta kesulitan dalam menerapkan sistem baru tersebut. Waktu yang kita habiskan di rumah juga menjadi lebih banyak, sehingga tidak sedikit juga memanfaatkan momen tersebut untuk mempelajari hal-hal baru.
Divisi Kajian dan Tulisan telah melakukan survei cepat kepada Anggota Kelompok Kecil (AKK) FEB USU melalui tautan (bit.ly/KajianApril2021) yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang sudah dilakukan AKK selama 1 tahun covid-19 ini berlangsung terkhusus dalam hal pemanfaatan waktu dalam pengembangan diri serta perkuliahan.
PEMBELAJARAN ONLINE
Setelah dilakukan survei terhadap 120 AKK FEB USU, ditemukan fakta bahwa banyak sekali hambatan dalam sistem pembelajaran daring yang diterapkan. Hambatan-hambatan tersebut banyak jenisnya, mulai dari perangkat yang kurang memadai, jaringan yang kurang baik, sistem pengajaran dosen yang berubah, serta banyak hambatan lainnya.
Dari semua jenis hambatan yang dialami AKK FEB USU, kebanyakan AKK mengaku bahwa masalah terbesar adalah godaan dalam mengakses aplikasi lain selama jam pembelajaran. Ditemukan sebesar 75,8% dari total keseluruhan responden atau sebanyak 91 orang AKK yang memilih opsi ini. Kurangnya kemampuan dalam kontrol diri karena tidak adanya pengawasan secara langsung oleh pihak pengajar serta notifikasi sosial media yang bermunculan saat belajar menyebabkan AKK tergoda untuk membuka aplikasi lain. Sebagai akibatnya, AKK kurang mampu menyerap materi yang disampaikan.
Hambatan terbesar selanjutnya adalah masalah jaringan, yaitu sebesar 62,5% atau sekitar 75 orang merasakan jaringan yang kurang baik selama proses daring berlangsung, sehingga menganggu sistem pembelajaran, mengingat fakta bahwa perkuliahan hanya dapat dilaksanakan melalui jaringan. Sehingga jaringan yang kurang mendukung menjadi sebuah permasalahan yang sangat menganggu pembelajaran.
Selain itu, paket internet yang mahal menjadi hambatan ketiga yang paling banyak dirasakan oleh AKK. Semua sistem pembelajaran, mulai dari perkuliahan, pencarian materi, pengunggahan data tugas, serta kegiatan lainnya membutuhkan penggunaan internet yang cukup banyak dan biaya yang cukup mahal.
Hambatan lainnya yaitu gangguan karena sudah terbiasa menyerap ilmu dengan sistem tatap muka yaitu sebesar 27,5% dari total AKK, sebanyak 26,7% lainnya disebabkan oleh bentrokan tanggung jawab antara pekerjaan kuliah dan pekerjaan rumah, sedangkan 16,7% lainnya disebabkan oleh perangkat yang kurang memadai, dan sisanya adalah masalah khusus yang dialami oleh masing – masing AKK.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap AKK menghadapi permasalahan yang berbeda-beda dalam melaksanakan pembelajaran online yang dilakukan selama pandemi covid-19. Hambatan-hamabatan yang diutarakan oleh AKK memang menjadi penghalang dalam perkuliahan. Namun, kondisi ini secara tidak langsung dapat menyadarkan serta melatih AKK dalam kontrol diri, membagi waktu, manajemen uang, serta hal – hal lainnya.
PEMANFAATAN WAKTU DAN PENGASAHAN SOFT SKILL
Setelah pandemi covid-19, hampir seluruh kegiatan terutama komunikasi hanya dapat dilakukan secara online. Hal ini menyebabkan waktu penggunaan perangkat elektronik seperti handphone atau laptop menjadi jauh lebih banyak. Melalui survei, ditemukan bahwa kebanyakan AKK menggunakan perangkat elektronik yang dimilikinya selama lebih dari 9 jam yaitu sebesar 46,7% dari keseluruhan AKK, sebesar 35% menggunakannya selama 7-9 jam dan hanya sekitar 5,8 % yang menggunakan perangkat elektronik selama 3-5 jam.
Kebanyakan waktu yang digunakan AKK tentu saja adalah untuk perkuliahan serta mencari materi perkuliahan yakni sebanyak 91,7% dan disusul bermain sosial media sebanyak 86,7% dari total keseluruhan AKK. Sisanya., AKK menggunakan perangkatnya untuk ikut webinar atau sekedar menonton anime atau bermain game.
Salah satu dampak lainnya dari kondisi covid-19 ini adalah waktu luang yang bertambah. Dampak ini dapat menjadi salah satu hal positif jika digunakan dengan baik dan tepat. Waktu luang yang bertambah ini dapat meningkatkan kedekatan hubungan antara orang tua dan anak. Sebesar 70,8% atau sebanyak 85 orang memilih menggunakan waktunya untuk membantu orang tua.
Selain belajar, banyak dari AKK juga menggunakan waktu luang untuk mengasah skill yang diminatinya. Kebanyakan AKK mempelajari 1 skill selama covid-19 berlangsung dengan waktu rata – rata pengasahan skill adalah selama 30 menit hingga satu jam per harinya yaitu sebesar 47,5% dan sebesar 44,2% menghabiskan waktu selama satu hingga tiga jam per hari. Hanya sekitar 15,9 responden yang mengasah lebih dari 3 skill untuk menghabiskan waktu kosongnya.
Dari seluruh respons yang diterima, AKK paling banyak mengasah skill dalam bidang penguasaan bahasa asing. Globalisasi serta perdagangan internasional menuntut generasi muda untuk dapat menguasai bahasa lain selain bahasa ibu. Hal tersebut mendorong AKK menggunakan kesempatan ditengah kondisi ini untuk mempelajari bahasa baru. Sekitar 37,5% atau sebanyak 45 orang memilih opsi ini.
Selain berbahasa asing, AKK juga menggunakan waktu luangnya untuk mempelajari public speaking, editing video, bermain musik, trading dan investasi, desain grafis, serta banyak skill lainnya.
Kondisi covid-19 juga tidak menghambat AKK untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan yang dianggap penting. AKK mengikuti seminar online, ibadah kampus online, diskusi online, kursus online, bahkan banyak yang mengikuti perlombaan secara online.
Dari analisis data tersebut, ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan AKK FEB USU berusaha memanfaatkan waktu ditengah kondisi covid-19 dengan efektif. Kondisi covid-19 tidak menjadi penghalang bagi AKK untuk melaksanakan kegiatan yang diminatinya serta mempelajari banyak hal. Meskipun pandemi menghambat batas gerak, namun dengan kebijaksanaan serta manajemen diri yang baik, AKK tetap mendapatkan hal – hal baru yang bermanfaat.
MEMBACA DAN MENULIS
Selama satu tahun covid-19 di Indonesia, minat membaca AKK juga meningkat. Sebelum covid-19 berlangsung, separuh dari total keseluruhan AKK hanya menghabiskan waktu kurang dari 1 jam untuk membaca buku. Hanya sekitar 34,2% responden yang menghabiskan satu hingga tiga jam waktunya untuk membaca. Jumlah ini meningkat menjadi sekitar 35,8% setelah berlangsungnya covid-19.
Dengan rentang waktu membaca buku lebih dari Sembilan jam juga meningkat. Sebelumnya, hanya sekitar 2,5% dari seluruh AKK yang membaca buku lebih dari Sembilan jam. Namun, setelahnya ada sekitar 5,8% yang menghabiskan waktunya selama lebih dari Sembilan jam per harinya.
Hal tersebut membuktikan bahwa satu tahun covid-19 di Indonesia membawa dampak positif bagi minat membaca AKK. Kebanyakan responden juga setuju bahwa kondisi covid-19 ini meningkatkan minat membaca AKK karena banyaknya waktu kosong yang bertambah.
Selama satu tahun ini pula, beberapa AKK sudah menghasilkan karya tulisan, seperti artikel, esai dan puisi, cerpen, opini serta banyak jenis tulisan lainnya. Namun, hanya sekitar 24,2% dari total responden yang sudah menghasilkan karya tulisan. Sisanya mengaku belum menghasilkan karya tulisan sama sekali.
Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun minat membaca AKK selama satu tahun covid – 19 meningkat, AKK masih minim dalam hal minat menulis atau membuat karya tulisan. Masalah ini dapat menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi AKK FEB USU.
Berdasarkan hasil survei keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (AKK FEB USU) merasakan kesulitan selama perkuliahan online berlangsung dikarenakan mudahnya membuka aplikasi lain ketika kuliah online berlangsung. Penggunaan gadget juga menjadi sangat besar. Namun, kondisi covid-19 juga berpengaruh pada pengasahan skill baru yang dipelajari
Ke depannya, AKK dapat mengurangi penggunaan gadget yang cukup besar selama covid-19 atau mengefektifkan penggunaannya. Peningkatan waktu dalam mengasah skill serta membaca dan menulis cukup perlu dilakukan. Kondisi covid-19 sangat tepat untuk AKK melakukan banyak hal karena sangat banyak waktu kosong yang dimiliki selama berada di rumah.
Seluruh pemerintahan dari seluruh negara berusaha untuk mencari solusi atas wabah COVID-19 tersebut. Upaya untuk mencegah penyebaran covid-19 termasuk pembatasan perjalanan, karantina, pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Selain itu, sekolah dan universitas juga ditutup.
Selama masa pandemi ini, Kemendikbud menerapkan sistem pembelajaran dari rumah, di akhir Maret. Berdasarkan riset yang dikeluarkan oleh ISEAS-Yusof, sebanyak 69 juta jiwa kehilangan akses menuju pembelajaran dan hanya 40% orang yang punya akses ke internet. Data Kemendikbud April 2020 juga menunjukkan, 40.779 atau 18% sekolah dasar dan menengah tak memiliki akses internet, sementara 7.552 atau sekitar 3% sekolah belum lagi memperoleh akses kelistrikan.
Tahun ini, tidak terasa 1 tahun covid-19 sudah berlabuh di Indonesia. Tentu saja banyak sekali perubahan serta kesulitan dalam menerapkan sistem baru tersebut. Waktu yang kita habiskan di rumah juga menjadi lebih banyak, sehingga tidak sedikit juga memanfaatkan momen tersebut untuk mempelajari hal-hal baru.
Divisi Kajian dan Tulisan telah melakukan survei cepat kepada Anggota Kelompok Kecil (AKK) FEB USU melalui tautan (bit.ly/KajianApril2021) yang bertujuan untuk mengetahui apa saja yang sudah dilakukan AKK selama 1 tahun covid-19 ini berlangsung terkhusus dalam hal pemanfaatan waktu dalam pengembangan diri serta perkuliahan.
PEMBELAJARAN ONLINE
Setelah dilakukan survei terhadap 120 AKK FEB USU, ditemukan fakta bahwa banyak sekali hambatan dalam sistem pembelajaran daring yang diterapkan. Hambatan-hambatan tersebut banyak jenisnya, mulai dari perangkat yang kurang memadai, jaringan yang kurang baik, sistem pengajaran dosen yang berubah, serta banyak hambatan lainnya.
Dari semua jenis hambatan yang dialami AKK FEB USU, kebanyakan AKK mengaku bahwa masalah terbesar adalah godaan dalam mengakses aplikasi lain selama jam pembelajaran. Ditemukan sebesar 75,8% dari total keseluruhan responden atau sebanyak 91 orang AKK yang memilih opsi ini. Kurangnya kemampuan dalam kontrol diri karena tidak adanya pengawasan secara langsung oleh pihak pengajar serta notifikasi sosial media yang bermunculan saat belajar menyebabkan AKK tergoda untuk membuka aplikasi lain. Sebagai akibatnya, AKK kurang mampu menyerap materi yang disampaikan.
Hambatan terbesar selanjutnya adalah masalah jaringan, yaitu sebesar 62,5% atau sekitar 75 orang merasakan jaringan yang kurang baik selama proses daring berlangsung, sehingga menganggu sistem pembelajaran, mengingat fakta bahwa perkuliahan hanya dapat dilaksanakan melalui jaringan. Sehingga jaringan yang kurang mendukung menjadi sebuah permasalahan yang sangat menganggu pembelajaran.
Selain itu, paket internet yang mahal menjadi hambatan ketiga yang paling banyak dirasakan oleh AKK. Semua sistem pembelajaran, mulai dari perkuliahan, pencarian materi, pengunggahan data tugas, serta kegiatan lainnya membutuhkan penggunaan internet yang cukup banyak dan biaya yang cukup mahal.
Hambatan lainnya yaitu gangguan karena sudah terbiasa menyerap ilmu dengan sistem tatap muka yaitu sebesar 27,5% dari total AKK, sebanyak 26,7% lainnya disebabkan oleh bentrokan tanggung jawab antara pekerjaan kuliah dan pekerjaan rumah, sedangkan 16,7% lainnya disebabkan oleh perangkat yang kurang memadai, dan sisanya adalah masalah khusus yang dialami oleh masing – masing AKK.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap AKK menghadapi permasalahan yang berbeda-beda dalam melaksanakan pembelajaran online yang dilakukan selama pandemi covid-19. Hambatan-hamabatan yang diutarakan oleh AKK memang menjadi penghalang dalam perkuliahan. Namun, kondisi ini secara tidak langsung dapat menyadarkan serta melatih AKK dalam kontrol diri, membagi waktu, manajemen uang, serta hal – hal lainnya.
PEMANFAATAN WAKTU DAN PENGASAHAN SOFT SKILL
Setelah pandemi covid-19, hampir seluruh kegiatan terutama komunikasi hanya dapat dilakukan secara online. Hal ini menyebabkan waktu penggunaan perangkat elektronik seperti handphone atau laptop menjadi jauh lebih banyak. Melalui survei, ditemukan bahwa kebanyakan AKK menggunakan perangkat elektronik yang dimilikinya selama lebih dari 9 jam yaitu sebesar 46,7% dari keseluruhan AKK, sebesar 35% menggunakannya selama 7-9 jam dan hanya sekitar 5,8 % yang menggunakan perangkat elektronik selama 3-5 jam.
Kebanyakan waktu yang digunakan AKK tentu saja adalah untuk perkuliahan serta mencari materi perkuliahan yakni sebanyak 91,7% dan disusul bermain sosial media sebanyak 86,7% dari total keseluruhan AKK. Sisanya., AKK menggunakan perangkatnya untuk ikut webinar atau sekedar menonton anime atau bermain game.
Salah satu dampak lainnya dari kondisi covid-19 ini adalah waktu luang yang bertambah. Dampak ini dapat menjadi salah satu hal positif jika digunakan dengan baik dan tepat. Waktu luang yang bertambah ini dapat meningkatkan kedekatan hubungan antara orang tua dan anak. Sebesar 70,8% atau sebanyak 85 orang memilih menggunakan waktunya untuk membantu orang tua.
Selain belajar, banyak dari AKK juga menggunakan waktu luang untuk mengasah skill yang diminatinya. Kebanyakan AKK mempelajari 1 skill selama covid-19 berlangsung dengan waktu rata – rata pengasahan skill adalah selama 30 menit hingga satu jam per harinya yaitu sebesar 47,5% dan sebesar 44,2% menghabiskan waktu selama satu hingga tiga jam per hari. Hanya sekitar 15,9 responden yang mengasah lebih dari 3 skill untuk menghabiskan waktu kosongnya.
Dari seluruh respons yang diterima, AKK paling banyak mengasah skill dalam bidang penguasaan bahasa asing. Globalisasi serta perdagangan internasional menuntut generasi muda untuk dapat menguasai bahasa lain selain bahasa ibu. Hal tersebut mendorong AKK menggunakan kesempatan ditengah kondisi ini untuk mempelajari bahasa baru. Sekitar 37,5% atau sebanyak 45 orang memilih opsi ini.
Selain berbahasa asing, AKK juga menggunakan waktu luangnya untuk mempelajari public speaking, editing video, bermain musik, trading dan investasi, desain grafis, serta banyak skill lainnya.
Kondisi covid-19 juga tidak menghambat AKK untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan yang dianggap penting. AKK mengikuti seminar online, ibadah kampus online, diskusi online, kursus online, bahkan banyak yang mengikuti perlombaan secara online.
Dari analisis data tersebut, ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan AKK FEB USU berusaha memanfaatkan waktu ditengah kondisi covid-19 dengan efektif. Kondisi covid-19 tidak menjadi penghalang bagi AKK untuk melaksanakan kegiatan yang diminatinya serta mempelajari banyak hal. Meskipun pandemi menghambat batas gerak, namun dengan kebijaksanaan serta manajemen diri yang baik, AKK tetap mendapatkan hal – hal baru yang bermanfaat.
MEMBACA DAN MENULIS
Selama satu tahun covid-19 di Indonesia, minat membaca AKK juga meningkat. Sebelum covid-19 berlangsung, separuh dari total keseluruhan AKK hanya menghabiskan waktu kurang dari 1 jam untuk membaca buku. Hanya sekitar 34,2% responden yang menghabiskan satu hingga tiga jam waktunya untuk membaca. Jumlah ini meningkat menjadi sekitar 35,8% setelah berlangsungnya covid-19.
Dengan rentang waktu membaca buku lebih dari Sembilan jam juga meningkat. Sebelumnya, hanya sekitar 2,5% dari seluruh AKK yang membaca buku lebih dari Sembilan jam. Namun, setelahnya ada sekitar 5,8% yang menghabiskan waktunya selama lebih dari Sembilan jam per harinya.
Hal tersebut membuktikan bahwa satu tahun covid-19 di Indonesia membawa dampak positif bagi minat membaca AKK. Kebanyakan responden juga setuju bahwa kondisi covid-19 ini meningkatkan minat membaca AKK karena banyaknya waktu kosong yang bertambah.
Selama satu tahun ini pula, beberapa AKK sudah menghasilkan karya tulisan, seperti artikel, esai dan puisi, cerpen, opini serta banyak jenis tulisan lainnya. Namun, hanya sekitar 24,2% dari total responden yang sudah menghasilkan karya tulisan. Sisanya mengaku belum menghasilkan karya tulisan sama sekali.
Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun minat membaca AKK selama satu tahun covid – 19 meningkat, AKK masih minim dalam hal minat menulis atau membuat karya tulisan. Masalah ini dapat menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan bagi AKK FEB USU.
Berdasarkan hasil survei keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden (AKK FEB USU) merasakan kesulitan selama perkuliahan online berlangsung dikarenakan mudahnya membuka aplikasi lain ketika kuliah online berlangsung. Penggunaan gadget juga menjadi sangat besar. Namun, kondisi covid-19 juga berpengaruh pada pengasahan skill baru yang dipelajari
Ke depannya, AKK dapat mengurangi penggunaan gadget yang cukup besar selama covid-19 atau mengefektifkan penggunaannya. Peningkatan waktu dalam mengasah skill serta membaca dan menulis cukup perlu dilakukan. Kondisi covid-19 sangat tepat untuk AKK melakukan banyak hal karena sangat banyak waktu kosong yang dimiliki selama berada di rumah.
Komentar
Posting Komentar