Menakar Peran Organisasi Mahasiswa di Kampus
Diskusi panel berjudul “Menakar Peran Organisasi Mahasiswa di Kampus” merupakan program ketiga dari Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU semester A tahun 2022. Adapun sasaran kualitas dari program ini adalah peserta diskusi (AKK) mengetahui peran organisasi mahasiswa di kampus, peserta diskusi (AKK) termotivasi untuk peduli terhadap persoalan kampus, peserta diskusi (AKK) termotivasi untuk ikut serta berperan dalam kegiatan organisasi mahasiswa di kampus dan peserta diskusi (AKK) termotivasi mengemukakan pendapat.
Diskusi
panel dilakukan pada hari Jumat, 06 Mei 2022 pukul 19.00 WIB melalui aplikasi conference video, Zoom Cloud Meeting.
Moderator diskusi adalah Johan Dermawan Silaban (Manajemen FEB USU 2019).
Pembicara diskusi panel ini adalah Ruth Betani Saragih (Himpunan Mahasiswa
Manajemen), Epafras Willyanto Tinambunan (Himpunan Mahasiswa Akuntansi),
Timothy Atmanegara Mea (Himpunan Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan) dan
R. Anand Lie (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia FEB USU). Diskusi panel
diawali dengan ibadah singkat dengan lagu dan doa pembuka serta pengenalan
Campus Concern secara singkat yang dibawakan oleh moderator. Selanjutnya
moderator mempersilakan pembicara untuk memaparkan materi.
Peran
organisasi mahasiswa di tengah kampus sangat penting karena pada hakikatnya
sendiri organisasi memiliki peran yang vital. Dari etimologinya, organisasi
berasal dari bahasa Yunani yaitu Organon yang artinya alat. Jadi, organisasi kampus
merupakan alat yang nanti memiliki peran untuk melangsungkan kegiatan antar
mahasiswa baik untuk mahasiswa dan dari mahasisawa. Peran pertama organisasi
mahasiswa adalah sebagai wadah yang menyalurkan aspirasi seperti perwakilan
untuk berbicara kepada birokrat kampus. Peran kedua organisasi membantu dan
melatih mahasiswa untuk mengelola waktu dengan baik. Peran ketiga sebagai wadah
yang memberikan bekal kepada mahasiswa untuk persiapan mengikuti program
seperti beasiswa, magang bahkan untuk pekerjaan. Peran organisasi selanjutnya
mengembangkan kapasitas diri. Dengan mengikuti organisasi tentunya akan
membentuk karakter dan juga melatih soft skill mahasiswa. Organisasi juga
memberikan banyak pengalaman kepada mahasiswa terkhusus dalam hal keaktifan seperti
mengikuti kepanitiaan. Dan peran organisasi terakhrir untuk mebentuk karakter
mahasiswa.
Peran organisasi mahasiswa dalam membentuk
karakter mahasiswa pada dasarnya sebagai wadah untuk mengembangkan potensi baik
secara akademis maupun nonakademis. Di dalam organisasi mahasiswa biasanya
penekanannya pada pola interaksi yang di bangun dalam organisasi mahasiswa
tersebut antar individu satu dengan yang lainnya dimana nanti hal itulah yang
di harapkan untuk menunjang terbentuknya individu mahasiswa yang lebih aktif.
Sehingga nanti dapat menanggapi suatu masalah secara kognitif dalam lingkungan
tersebut. Organisasi mahasiswa juga memiliki peran dalam membangun karakter
mahasiswa dari segi hard skill maupun soft skill seperti
membangun integritas seseorang, leadership
dan kemampuan komunikasi yang lebih baik.
Mahasiswa
perlu peduli terhadap permasalahan kampus tidak harus dengan masalah yang
besar. Melalui hal-hal kecil seperti kepedulian terhadap program studi
merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa. Degan memberikan saran kepada
organisasi mahasiswa tentunya dapat menunjukkan salah satu bentuk kepedulian
mahasiswa terhadap permasalahan di kampus. Karena kampus sendiri merupakan
rumah bagi mahasiswa.
Salah
satu program unggulan dari Himpunan Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangungan
adalah LKTI yaitu Everest dan setiap bidang memiliki program kerja yang
strategis. Program unggulan dari Himpunan Mahasiswa Akuntansi adalah Accounting
Tour yang bertujuan untuk menyambut mahasiswa baru. Program yang menjadi
ciri khas dari Himpunan Mahasiswa Manajemen adalah VISA dan PIM yang
dilangsungkan dalam beberapa hari yang terdiri dari kegiatan LKTI, webinar dan
bincang-bincang manajemen. Beberapa program unggulan dari GMNI adalah PPAB,
kajian-kajian mengenai pemerintah, dan kelas progresif.
PEMA
FEB USU penting karena menunjukkan eksistensi dari fakultas sendiri, juga
mengayomi dan menaungi mahasiswa FEB USU dan menjadi wadah untuk menampung
aspirasi mahasiswa. PEMA FEB juga menjadi jembatan antara himpunan dan
organisasi yang ada di FEB sendiri. PEMA juga berguna untuk mebangun kolaborasi
anatara himpunan dan juga membangun komunukasi dengan fakultas lain. Salah satu
dampak dari kekosongan PEMA FEB saat ini dapat dilihat dengan tidak adanya
himpunan yang menaungi salah satu jurusan baru di FEB yaitu prodi kewirausahaan
sehingga mereka tidak memiliki wadah untuk menampung aspirasi serta kurang
dalam mengetahui informasi kampus. Kekosongan PEMA di FEB saat ini juga
menyebabkan terlambatnya informasi seperti beasiswa dan juga webinar.
Kekosongan PEMA di FEB
juga menyebabkan kemandirian yang hilang di fakultas FEB salah satunya dapat
dilihat dari tidak adanya yang menerima mahasiswa baru. Selain itu juga tidak
ada yang mewakili suara-suara mahasiswa FEB. Seperti saat ini dengan adanya
desas-desus kenaikan UKT, sehingga tidak ada yang mewakili mahasiswa FEB untuk
menyampaikan suaranya. Hal ini juga memberikan dampak birokrasi kampus untuk
mudah mendikte mahasiswa karena tidak adanya wadah mahasiswa untuk menyampaikan
aspirasinya. Dengan adanya PEMA juga dapat melatih sistem demokrasi dari
mahasiswa sendiri contohnya melalui kegiatan Pemira.
Setelah sesi diskusi,
moderator membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama oleh Elvilia yaitu: “Kenapa PEMA di fakultas kita sempat
mengalami kekosongan?”. “PEMA di
fakultas kosong karena pertama sistem demokratnya tidak berjalan. Jadi, pada
waktu 2020 itu terakhir kali proses demokrasi kampus yang biasa dikenal dengan
Pemira pada waktu itu diselengarakan. Namun, pada saat rentan waktu seminggu
Pemira itu berlangsung saat itu Covid yang awal dan kebijakan pemerintah itu
langsung kita online. Abang ingat waktu itu baik kami menunggu baik dari calon,
KAM, dan lain sebagainya instrument di Pemira menunggu kepastian dari KPU
sebagai penyelenggara. Namun, sampai sekarang belum ada undangan atau belum ada
keterangan yang sifatnya resmi untuk membahasa tentang Pemira. Jadi, pertama
kena itu kosong karena ada unsur pandeminya kemudia ada di panitia pelaksana
yang itu juga tidak menunjukkan kejelasan dalam proses tersebut. Tapi, hal itu
tidak bisa menjadi alasan kenapa itu kosong, kita bisa melihat dari teman-teman
di fakultas lain. Kemarin proses demokrasi baru terjadi di FISIP, di fakultas
lain juga waktu zaman Covid 2021 itu juga sudah ada yang melakukan Pemira. Jadi
sebenarnya banyak hal-hal yang harus diubah terkhusunya dalam mindset kita
sebagai mahasiswa FEB baik kita sebagai mahasiswa baru atau mahasiswa yang
sudah pernah dalam ikut proses demokrasi tersebut. Kalau abang lihat sekarang
mahasiswa kita itu apatis terhadap urusan begini jadi urgensi terhadap PEMA itu
dikesampingkan dan dipendam dalam hati tidak ada yang mempelopori dan menggagas
dimana PEMA itu. Jadi sebenarnya sudah ada mediasi dari WD II dan jajaran
dekanat membahas di pertemuan-pertemuan kecil gimana tentang PEMA kita juga
skala lebih besar di PEMA USU dan kalau tidak salah waktu itu juga ada undangan
dari PEMA USU terhadap HMJ Fakultas Ekonomi dan pembahasannya juga tentang
kekosongan. Jadi, sebenarnya banyak dari pihak luar sana yang sudah mendukung
terhadap fakultas kita agar segera menyelenggarakan proses Pemira itu”, jawab
Timothy narasumber HMDEP.
Kemudian, Moderator
kembali membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan kedua oleh Moderator kepada
narasumber yaitu: “Kalau kita ingin
membentuk Pemira, bagaimanalah cara kita membentuk Pemira ini supaya lebih
cepat prosesnya?”. Narasumber dari GMNI R.Anand Lie menjawab “Jadi, setahu saya kalau kita mau membuat
Pemira di ekonomi harus ada yang namanya KPU dan modelnya di ekonomi KPU itu
dibentuk oleh KPU pusat. Ada permasalahan di KPU pusat yang menyebabkan pada
akhirnya KPU ini pun sulit terbentuk. Menurut saya pribadi supaya cepat
dilaksanakan harus tetap dibentuk KPUnya. Cara bentuk KPUnya yang pertama
koordinasi ke WD I, WD II, dekan dan sebagainya yang saat ini memegang jabatan
di kampus kita. Koordinasi ini pada akhirnya akan diselenggarkan oleh HMJ
dengan petinggi-petinggi itu untuk menginisiasikan bagaimana caranya supaya KPU
ini bisa dibentuk supaya ada deligasi yang dikirim atau disampaikan agar KPU
ini bisa terbentuk terlepas dari berbagai kondisi yang nanti dapat
menghambat.”
Narasumber dari HMDEP
Timothy menambahkan “Ada sistem untuk
proses pembentukan itu kita berbeda dari fakultas lain. Tetapi yang menjadu
urgensi kita PEMA harus ada atau orang-orang yang melaksanakan fungsi dari
PEMA. Supaya menjadi solusi mungkin kita bisa membuat PLT. Kita bisa meminta
persetujuan dari WD I bahkan dari dekan untuk ada orang yang di atas pengurus
fakultas. Mungkin nanti sistemnya bisa deligasi contoh dari HMJ masing-masing
mengirim beberapa orang. Mungkin yang kedua untuk sistem Pemira itu sendiri
melalui mekanisme KPU sebenarnya kita juga bisa buat berdiri sendiri asal kita
mahasiswa satu suara. Kita bentuk KPU karena KPU pusat bermasalah, kita bisa
independent. Sistemnya oprekkah atau dari fakultas atau sistemnya sistem
delegasi karena KPU itu sebenarnya hanya penyelenggara. Jadi,
kepentingan-kepentingan di dalam itu
bisa kita salurkan melalui cara yang sudah kita buat sebagai jembatan. Sampai
akhirnya nanti baik PLT yang saya sampaikan tadi akan membentuk PEMA yang
bagaimana seharusnya”. Narasumber dari HMA Epafras menambahkan “Harapannya juga setelah diskusi ini kitalah
semua elemen mahasiswa FEB USU bersatu untuk membuat itu berjalan. Sehingga
PEMA ini cepat terbentuk sehingga permaslahan-permasalahan kampus lebih minim
lagi nantinya.”
Pertanyaan ketiga
disampaikan oleh Giraldi, “Kira-kira udah
ada belum rencana dari HMJ untuk membahas PEMA dengan fakultas mengingat
sebentar lagi sudah ada penerimaan mahasiswa baru.”
Narasumber dari HMM Ruth
menjawab “Dari HMM sendiri belum ada
membahas karena dari program-program kerja kita seperti diskusi ini juga belum
ada. Karena memang dari 2020 kemarin belum ada yang membahas dari HMJ untuk
membahas tentang PEMA dan lain sebagainya.” Narasumber dari HMA Epafras
menambahkan “Sejauh ini abang belum bisa
memastikan karena belum menanyakan langsung terkait ini kepada ketua umum yang
sekarang. Tapi sependengaran abang terakhir di awal tahun lalu abang nanya
memang belum ada pembahasan terkait sesame HMJ atau mungkin organisasi lain
yang ada di FEB untuk membahas terkait pembentukan PEMA ini.”
Narasumber dari HMDEP
Timothy menambahkan “Kalau di EP sendiri
dalam diskusi-diskusi kecil ada membahas PEMA. Tetapi memang ada porsi dari
HMDEP yang lebih fokus kepada urusan internal. Karena juga agak bingung ya
kalau dibuat diskusi siapa yang menyelenggarakan. Jadi, diharapkan seharusnya
dekannya yang buat.”
Narasumber dari GMNI
R.Anand Lie juga menambahkan dari segi GMNI itu sendiri “Kalau pertanyaannya ke
eksternal ada gak di bahas sebenarnya ada. Tapi, kami merasa ketika kami
mengangkat ini kami melangkahi tugas yang sebenarnya harus diambil oleh
organisasi internal seperti HMJ. Karena merekalah yang secara garis koordinasi
secara langsung dibawah PEMA. Itulah kenapa bahasan-bahasan ini tidak keluar
dan terima kasih kepada CC karena telah memberikan kesempatan kepada berbagai
instrumen di FEB termasuk organisasi eksternal untuk hadir membicarakan PEMA
ini. Kami berterima kasih karena kami merasa PEMA ini cukup penting dan kalau
ditanya ada pasti ada.”
Pertanyaan selanjutnya
disampaikan oleh Aurora, “Kalau misalnya di himpunan atau di
organisasi itu biasanya dana-dana tetap itu darimana atau ada pemberian dari
kampus atau fakultas?”
Narasumber dari GMNI
R.Anand Lie menjawab “Kalau organisasi
eksternal itu SKnya itu langsung di bawahi oleh Kemenkumham. Jadi, GMNI juga
tidak punya kemampuan yang cukup besar untuk mencampuri FEB secara langsung
karena SKnya bukan di bawah rektorat. Kalau organisasi internal itu SKnya di
bawah rektorat itulah kenapa dia seharusnya didanai. Setahu saya juga ada dana
yang diturunkan oleh fakultas kepada organisasi internal yang berada di dalam
fakultas tersebut. GMNI memiliki satu program yaitu kewirausahaan dan itu di
jalankan cuma karena pandemi itu berhenti. Dan ini cukup berhasil untuk menjaga
perputaran pendanaan di GMNI. Kami
membuka usaha yang dijalankan anggota dan keuntungan kotor itu diberikan gaji
kepada anggota yang bekerja dn keuntungan bersih masuk ke dalam kas dan itu
berhasil. Kemudian juga GMNI menggalang dana dengan berjualan. GMNI juga
memiliki budaya membantu orang-orang kelas menengah kebawah, jadi biasanya kira
mengamen dan kalau itu memang tidak tercukupi lagi kita mempunyai jaringan
untuk memberikan proposal dan juga alumni.”
Narasumber dari HMM Ruth
menjawab pertanyaan yang sama yang
sebelumnya di lontarkan oleh Aurora, “Sama seperti HMA dan HMDEP kalau kita di
himpunan pertama dana terbesarnya itu sumbernya dari iuran wajib. Nah, iuran
wajib itu juga ditentukan dalam rapat harian perdana dan ditetapkan bersama.
Lalu, mungkin yang kedua dari donatur yang tidak terikat. Lalu, yang ketiga
sebenarnya dari program studi tapi mungkin tidak terlalu terlihat. Contohnya
seperti kesekretariatan itu dari fakultas seperti mau membeli lemari itu
diberikan fakultas atau TV. Jadi, ketiga itulah mungkin yang menjadi sumber
terbesar pendanaan kita.”
Sesi tanya jawab mengakhiri diskusi tersebut. Selanjutnya, BPH menyerahkan sertifikat
penghargaan kepada narusumber
dan mengadakan sesi foto yang dipandu oleh BPH.
Sebagai closing statement, narasumber
GMNI R.Anand Lie menyampaikan “Hari ini, kita
telah melihat bagaimana peran kita sebagai mahasiswa itu benar-benar tergerus
terkhusus akibat dari pandemi. Sekarang
kita butuh sebuah wadah untuk mengembalikan semangat kita untuk berjuang
sebagai mahasiswa karena pada dasarnya mahasiswa adalah agent of change. Mereka
yang mengendalikan, melihat kondisi negara ini apakah sudah baik atau tidak.
Bagaimana kebijakan-kebijakan yang pada akhirnya berjalan dapat memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat. Pada akhirnya kebijakan yang kita kritisi
merupakan kebijakan yang akan membantu kita. Saya pribadi menyampaikan sangat
besar harapan kami supaya Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis dapat
sesegera mungkin untuk dilakukan inisiasi untuk bergerak supaya PEMA ini tidak
mengalami kekosongan lagi dan dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai
organisasi kampus yang punya andil cukup besar dalam pergerakan mahasiswa di
kampus terkhususnya mahasiswa FEB.”
Closing statement dari narasumber
HMA Epafras Willyanto Tinambunan menyampaikan “Sebelumnya abang berterimakasih untuk CC yang sudah mengundang dan
mengadakan kegiatan ini. Diharapkan juga melalui diskusi yang pada malam hari
ini dapat mebangun kesadaran kita sebagai mahasiswa dan masukan dari abang
diharapkan mahasiswa yang beragbung dalam suatau organisasi diharapkan
maksimalkanlah potensi yang ada di diri kita. Gali ilmu dan pengalaman yang
sebanyak mungkin dalam organisasi yang kita ikutin. Saya harap juga diskusi ini
berjalan terus kedepannya sehingga nanti dapat berlanjut dan memacu kesadaran mahasiswa
terkait kepekaan terhadap fakultas itu dan juga terkait persoalan yang ada.
Persoalan ini dimana kekosongan PEMA itu rumah kita sendiri.”
Closing statement dari narasumber
HMM Ruth Betani Saragih menyampaikan “Aku
sangat berharap dari diskusi yang sudah dilakukan tadi yang diwadahi CC aku
berharap teman-teman AKK bisa lebih mau lagi untuk melakukan pengembangan diri,
pengembangan karakter melalui organisasi yang ada. Apapun yang nantinya kalian
ikuti mungkin himpunan di prodi masing-masing atau mau ikut organisasi yang
lain, aku berharap semuanya teman-teman AKK bisa memberikan kontribusinya untuk
kampus kita melalui aspirasinya, masukan dan lain sebagainya terkhususnya
untuk mewujudkan PEMA kita. Semoga PEMA kita bisa segera terwujud, tentu tidak
bisa dengan begitu saja tanpa kita sesama mahasiswa dan saling membantu untuk
membentu PEMA yang kuat nantinya. Dan semoga CC nanti semakin eksis kedepannya
semakin banyak yang melihat dan juga semakin banyak diskusi-diskusi yang
bermanfaat nantinya.”
Closing statement dari narasumber
HMDEP Timothy Atmanegara Mea menyampaikan “Terima
kasih kepada CC yang sudah menyelenggarakan kiranya pun tadi sesuai kesepakatan
kita kalau ada diskusi selanjutnya bisa segera dikabari. Mungkin bisa abang
tutup bahwa hidup itu adalah kesempatan dan bagi kita yang
hidup gunakanlah kesempatan itu untuk belajar dan menjadi berkat bagi orang
lain sesuai dengan slogan CC agent of change. Ada satu buku yang mempunyai
kalimat menarik artinya begini menangkan kampusmu hari ini untuk
kemulian Tuhan maka kamu akan menangkan dunia esok hari untuk kemulian Tuhan.
Jadi, buat teman-teman AKK harapannya kalian adalah garam dan terang dan sudah
ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri.”
Kegiatan diskusi pun
berakhir dan ditutup dengan doa serta sesi foto bersama. Dalam kegiatan diskusi
ini dihadiri oleh 55 partisipan (39 AKK, 2 AKPIPA, dan 14 non AKK). Dari segi
kuantitas diskusi ini tercapai. Dari segi kualitas ada empat sasaran kualitas.
Sasaran kualitas pertama peserta diskusi mengetahui peran organisasi mahasiswa
di kampus (tercapai). Sasaran kualitas kedua peserta diskusi termotivasi untuk
peduli terhadap persoalan kampus (tercapai). Sasaran kualitas ketiga peserta
diskusi termotivasi untuk ikut serta berperan dalam kegiatan organisasi mahasiswa
di kampus (tercapai). Sasaran kualitas keempat peserta diskusi termotivasi
mengemukakan pendapat (tercapai).
Komentar
Posting Komentar