Kelas Menulis Sesi 2 : ''Menulis Esai Itu Ada Seninya"
Kelas Menulis yang diadakan pada tanggal 30 April 2022 merupakan kelas menulis sesi kedua yang diselenggarakan oleh Divisi Kajian dan Tulisan Campus Concern FEB USU. Kelas menulis ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui bagaimana hasil dan penilaian tugas esai yang diberikan oleh Syafira selaku trainer kepada seluruh peserta kelas menulis.
Kelas menulis tersebut dibawakan oleh Johanna A. Saragih selaku moderator yang memimpin dan mengatur berlangsungnya acara. Kelas menulis pada sesi kedua ini dilaksanakan melalui Zoom Cloud Meeting dan dimulai dengan ibadah singkat yang dibawakan oleh moderator. Kemudian dilanjutkan dengan sapaan selamat datang dari moderator kepada peserta dan pemateri. selanjutnya moderator menginformasikan bahwa sebelum pemaparan hasil koreksi dari esai peserta, terlebih dahulu akan dilaksanakan sebuah kuis untuk me-review kembali materi yang sudah disampaikan oleh pemateri pada kelas menulis sesi pertama. Kuis dilaksanakan selama 8 menit dengan sistem pengerjaan kuis secara online melalui situs Quizziz. Kuis pun berlangsung dan selama pengerjaan berlangsung, moderator dengan cukup semangat memberi dorongan kepada peserta melalui papan peringkat yang setiap detik mengalami perubahan.
Setelah kuis selesai, moderator mempersilakan pemateri untuk melakukan pemaparan terhadap hasil esai peserta yang sudah dikoreksi dan akan dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. Pemateri membuka sesi koreksi dengan menyebutkan esai terbaik dari semua peserta yang mengirimkan esai.
Esai pertama yang dikoreksi oleh Pemateri adalah esai milik Ester Mulyani. Menurut pemateri, esai milik Ester sudah bagus, sekaligus menjadi esai terbaik dalam kelas menulis tersebut. Judul yang diambil juga cukup menarik yang mengangkat permasalahan penggunaan e-money sebagai alternatif metode transaksi masa kini yang baru-baru ini cukup booming dibicarakan. Namun, pada bagian penutup esai ditemukan kurang adanya kalimat penopang argumen. Sehingga perlu untuk menambahkan data atau fakta yang mendukung argumen si penulis. Kemudian, pada bagian pendahuluan juga sudah cukup bagus karena banyak mencakup data-data yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang berisi opini-opini penulis. Selanjutnya, untuk data-data yang dikutip dari karya orang lain juga tidak lupa dicantumkan pada catatan kaki . Mengingat hal itu, Pemateri kembali menegaskan kepada peserta untuk tidak lupa mencantumkan Sumber saat mengutip karya tulisan milik orang lain karena pihak tersebut mempunyai hak untuk menuntut saat orang tersebut tidak mencantumkan nama penulisnya.
Esai kedua yang dikoreksi oleh pemateri adalah Esai milik Anand Lie. Menurut pemateri, esai tersebut sudah lumayan bagus, pembahasan yang diangkat juga menarik. Akan tetapi, terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata atau yang sering kita dengar dengan istilah typo. Oleh karena itu pada saat menulis sebuah esai atau jenis tulisan lain diharapkan untuk lebih teliti dan memperhatikan kembali tulisan yang sudah ditulis untuk menghindari kesalahan penulisan.
Esai ketiga yang dikoreksi oleh pemateri adalah esai milik Haposan L Tobing. Menurut Pemateri, esai tersebut masih perlu banyak perbaikan. Terdapat banyak kalimat mubazir yang tidak perlu dituliskan dalam esai tersebut karena menghasilkan kalimat yang timpang. Selain itu, terdapat juga beberapa penulisan kata yang tidak baku pada esai tersebut. pemateri juga mengingatkan pada saat membawa suatu permasalahan inti, misalnya yang tertulis dalam esai Haposan yaitu “kata METAVERSE awalnya dari sebuah novel yang berjudul Snow Crash;1992”, kata ‘METAVERSE’ tersebut sebaiknya tidak menggunakan huruf kapital, namun cukup memberi tanda kutip atau memiringkan kata tersebut.
Esai keempat yang dikoreksi oleh pemateri adalah Esai milik Surya Tambania. Menurut pemateri judul esai sudah cukup menarik, pembahasan sudah sangat bagus, akan tetapi kesimpulan kurang terlihat dan pendahuluan sangat minim data. Pemateri kembali menekankan bahwa pendahuluan berisi alasan mengapa kita mengangkat permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak data dan fakta pada paragraf pendahuluan untuk mendukung opini-opini penulis pada paragraf pembahasan. Selanjutnya, penulis juga tidak mencantumkan nama pembuat esai dimana sangat penting untuk dicantumkan agar dapat mengetahui siapa pemilik esai tersebut pada saat dipublikasikan.
Esai kelima yang dikoreksi oleh pemateri adalah esai milik Helen Ginting. Menurut penulis isi dari pembahasan sudah bagus, namun terdapat beberapa koreksi yaitu pada saat hanya terdapat 2 kalimat setara, maka tidak perlu dituliskan tanda koma sebelum kata ‘dan’. Kemudian, pada saat menulis tanda koma (,) diharapkan untuk tidak lupa memberi jarak atau spasi setelahnya.
Pemaparan koreksi pun selesai, selanjutnya moderator membuka sesi tanya jawab. Untuk penanya pertama yaitu Ester mulyani, “ Sebelumnya, terimakasih kak Syafira atas koreksinya. Sejujurnya, kemarin saya memang agak susah di bagian penutupan. Saya cenderung mengambil kesimpulan langsung dari isinya. Jadi, tadi kakak bilang bahwa esai saya kurang argumen penopang dibagian penutup, bisa ga kakak kasih contoh sedikit untuk mendukung argumen itu gimana ya kak?”
“Nah, seperti yang saya katakan tadi, sebaiknya dibagian pendahuluan dan kesimpulan dicantumkan data. pendahuluan itu berisi alasan mengapa kita mengangkat permasalahan tersebut atau apa sih yang membuat kita tertarik terkait permasalahan itu. Lalu masuk ke pembahasan yang berisi opini-opini kita. Dan masuk ke bagian penutup, dimana ada kesimpulan dan saran juga. Biasanya nih teman-teman sudah terbiasa langsung menyimpulkan dari awal hingga akhir. Saran aku, kalian perlu menambahi data dan fakta lainnya yang bisa mendukung tulisan kalian. Misal seperti ini, tadi Ester membahas mengenai alternatif metode transaksi masa kini. Nah, dia hanya menulis argumennya tuh. Ester boleh menambahi hal yang terjadi pada masyarakat misalnya Pada saat kita ingin bertransaski, sudah jarang dilakukan pembayaran secara langsung karena takut akan penyebaran Covid dan semacamnya. Sehingga pembaca yang membaca dari awal hingga masuk ke penutup semakin yakin terhadap tulisan kita. Jadi kesimpulan itu seperti close statement yang meyakinkan pembaca,” jawab pemateri.
Selanjutnya pertanyaan datang dari Anand Lie. “Masalah menulis, saya memang masih merasa kurang mampu, tapi saya suka menulis esai yang sifatnya mengkritisi. menurut Rara nih, sampai sebatas mana sih esai ini bisa dijadikan sebagai alat untuk mengkritisi tapi tidak melewati batas”?
Pemateri menjawab, “kadang kepenulisan itu dibuat sengaja untuk mengkritisi dan dijadikan alat untuk menyalurkan aspirasi kita sebagai masyarakat, jadi sejauh mana sih batas kita mengkritisi?. untuk contoh, kita membuat esai tentang pemerintah, itu boleh jika sesuai dengan aturan yang memang berlaku dimana tidak memakai bahasa yang kasar, tidak mengandung SARA, sehingga itu batasannya memang sesuai aturan. Dan pada saat penulisan, kita jangan terkesan menyudutkan. Menyudutkan disini adalah kita menyalahkan tanpa disertai fakta atau data yang ada.”
Anand menanggapi jawaban pemateri, “ kalau semisalnya kita sudah memiliki data nih kak, terus data ini ternyata berbahaya untuk disampaikan, mungkin bisa menimbulkan berbagai konflik. Misalnya data ini bisa mencemarkan nama baiknya. misalnya hanya sebagai contoh, Pak Jokowi, terdapat data yang bila dikeluarkan dapat mempermalukan beliau namun benar adanya tapi tidak banyak masyarakat yang tau. Apakah data tersebut layak dimasukkan?”
“Ketika kita mengkrtitik sesuatu, kita tunjuk dulu kelebihan, kekurangan. Namanya juga kritik, di akhir kita bisa kasih saran perbaikan. Sehingga bisa dikatakan kita menanggapi dan mengomentari hal ini untuk menjadi lebih baik. Karena esai ini memang bertujuan menjembatani pemahaman pembaca. Dan kalau semisal kita salah memberi argumen atau data, nah pembaca kita mengartikan itu yang berbahaya. Nah ini sebenarnya lebih ke cara kita bagaimana pada saat sampai kepada pembaca, mereka tidak salah paham.” Jawab pemateri.
Kemudian, pertanyaan dilontarkan oleh Johanna Saragih selaku moderator Kelas menulis, “ Aku jadi tertarik nih pembahasan sebelumnya saat membuat esai yang sifatnya mengkritisi harus mencantumkan data dan atau fakta dan tidak menciptakan pemahaman yang multi tafsir. Kira-kira nih ra, saat membuat esai yang mengkritisi secara tidak sengaja maupun sengaja nih kita membuat esai yang bersifat persuasif ntah dalam konteks positif dan negatif, itu gimana Ra? Apa hal itu diperbolehkan?.”
Pemateri menjelaskan bahwa esai itu sendiri pada umumnya bersifat persuasif karena esai itu diharapkan dapat meyakinkan si pembaca dan setuju terhadap opini si penulis. Esai dapat dijadikan bahan untuk membahas permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat. Namun, terdapat banyak esai yang tidak menciptakan solusi, hanya sekadar membahas suatu permasalahan dengan data di dalamnya. Jika permasalahan yang dibawa didalam esai tersebut terdapat solusi yang mengarah ke hal baik dan bersifat persuasif, maka hasil yang didapat memungkinkan si pembaca terdorong untuk merealiasikan atau mengimplementasikan solusi tersebut. Selanjutnya, dalam pembuatan esai sebaiknya menoreh hal-hal yang memang berujung ke hal positif bukan berisi penyimpangan.
Pertanyaan selanjutnya kembali dilontarkan oleh Anand Lie, “Jadi Kak Ra, ada ga tips-tips untuk orang yang baru mengguluti penulisan esai supaya bisa lebih naik ke ranah yang lebih tinggi lagi, dan pendapat-pendapat yang kita tuangkan juga semakin luas. Intinya gimana supaya esai ini lebih bagus lagi gitu.”
Pemateri menjelaskan salah satu dari beberapa hal yang membuat Syafira sendiri selaku pemateri dapat meningkatkan skillnya dalam membuat sebuah esai adalah berkat dari membaca esai-esai dari hasil pelombaan. Menurut pemateri, hal itu cukup bagus dijadikan referensi karena esai yang ada karena adanya yang diperlombakan memunculkan banyak tulisan dengan pembahasan yang menarik dan out of the box.
Pertanyaan terakhir datang dari Wasti Pardede, “ aku mau nanya dong, pertama kali kakak mulai menulis esai, apa saja sih kendala yang kakak hadapi dan gimana kakak menyelesaikan masalah itu.”
“Aku mulai menulis esai itu tahun 2015 dan aku sama sekali benar-benar ga ada modal, bahkan aku sebuta-butanya dalam menulis esai, namun aku mulai membaca esai senior aku, lalu aku cari referensi dari google, cari tau gimana sih menulis esai yang baik. Trus, aku juga cari buku panduan dan sesuaikan ke buku panduan tersebut. Untuk kendala yang aku hadapi biasanya dari kepenulisannya. Bagaimana aturan penulisannya, bahasanya. Karena pada saat mengikuti perlombaan, kita tidak selamanya bisa menulis seperti yang biasa kita tulis. Harus mengikuti dari instansi penyelenggara,” Jawab pemateri
Sesi tanya jawab pun ditutup, yang menandakan berakhirnya pemaparan materi pada kelas menulis sesi 2. Moderator kemudian menginformasikan bahwa terdapat reward bagi peserta melalui 3 kriteria yaitu Peserta dengan esai terbaik, nilai kuis tertinggi, dan peserta teraktif selama kelas menulis tersebut berlangsung. Setelah mengumumkan 3 peserta yang berhasil masuk dalam kriteria tersebut, selanjutnya kelas menulis pun diakhiri dengan closing statement dari pemateri dan dilanjut dengan doa singkat yang dibawa oleh moderator. Dalam kelas menulis ini, AKK dan AKPIPA yang hadir sebanyak 7 orang dengan 6 orang AKK dan 1 AKPIPA, sehingga mencapai kuantitas kelas menulis yang diharapkan yang berkisar dari 5-10 AKK.
Divisi Kajian dan Tulisan berharap kedepannya AKK dan AKPIPA semakin semangat dalam meningkatkan kemampuan menulis dan membacanya serta semakin aktif dalam setiap program yang diadakan oleh Divisi Kajian dan Tulisan yang diharapkan dapat menjadi Agent Of Change melalui hasil tulisan menarik yang mampu memberi dampak positif kepada pembaca yang diciptakan oleh ide AKK itu sendiri.
Komentar
Posting Komentar