Resume Training Debat
Training Debat merupakan
program kedua dari Divisi Diskusi Semester A Campus Concern FEB USU. Adapun
sasaran kualitas dari program ini yaitu AKK mengetahui metode debat yang benar,
AKK dimotivasi untuk berfikir kritis dan dimotivasi mampu untuk mengemukakan
pendapat.
Training Debat
dilaksanakan pada 15 Maret 2019 di ruang GBR 113 FEB USU pukul 15:00 WIB,
dihadiri oleh 31 AKK dan 1 AKK Non-UP FEB. MC
pada Training Debat ini adalah Titah Eka Novianti (Manajemen angkatan 2017),
gitaris adalah Aris Wahyu Handika (Manajemen angkatan 2018). Trainer
dalam Training Debat ini ialah Fandy Andremon Manahan Situngkir (Alumni Fakultas
Hukum angkatan 2015) dan dibantu oleh partner-nya
yaitu Anterofadil Lase (Fakultas Hukum angkatan 2015) yang merupakan Kadiv. Debat
Meriam Debating Club FH USU.
Training Debat diawali
dengan ibadah singkat pada jam 15:00 oleh MC
dan gitaris, kemudian dilanjut ke sesi materi oleh trainer. Trainer terlebih
dahulu menjelaskan perbedaan antara diskusi dan debat. Ia mengatakan, diskusi
memecahkan sebuah topik, sedangkan debat memecahkan mosi (motion). Selanjutnya, trainer
menjelaskan 3 tipe debat, yaitu:
1. Australian Parliamentary
2. Asian Parliamentary (biasa dipakai di Indonesia)
Asian Parliamentary
terdiri atas dua kubu, yaitu kubu pro dan kubu kontra. Di masing-masing kubu, terdapat
tiga orang. Sebuah perdebatan diawali oleh pembicara pertama dari kubu pro.
Setelah habis batas waktu yang ditentukan atau pembicara telah berhenti untuk
berbicara, maka akan dilanjut oleh pembicara pertama dari kubu kontra. Alur itu
berulang seterusnya sampai ke pembicara ketiga. Konklusi/Reply Speaker disampaikan oleh pembicara pertama atau kedua dari
setiap kubu. Pemenang dalam debat dinyatakan dari bagaimana tim dapat
mempertahankan posisinya sebagai pro atau kontra.
3. British Parliamentary
British Parliamentary terdiri
atas 4 tim; 2 tim pro dan 2 tim kontra. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang.
Alur debat dalam British Parliamentary
sama seperti Asian Parlementery, tetapi
argument keempat tim berbeda-beda. Dalam hal ini setiap tim memaparkan
argumentasi yang berbeda walau dalam posisi yang sama; pro atau kontra. Sistem British Parliamentary tidak mengangkat
pihak yang menang atau kalah, tetapi ada ranking.
Ranking diberikan untuk setiap tim,
jadi tidak hanya terdapat dua nomor pemenang ranking saja, namun ada empat ranking.
Dan, tidak menutup kemungkinan tiap tim pro maupun kontra menduduki peringkat
yang berurutan misalnya urutan peringkatnya adalah tim B kemudian dilanjutkan
tim A selajutnya tim C dan D. Namun, apabila urutan pemenangnya acak, misalnya
A, D, B, C, artinya debat yang berlangsung ‘kacau balau’ karena tidak adanya
sinkronisasi antara A ke B maupun ke C dan D dalam pemaparan dan proses
berlangsungnya debat. Penilaian dilakukan berdasarkan cara mempertahankan
argumentasi.
Dalam proses perdebatan,
ada istilah interupsi, bidasan dan sanggahan. Ketiga hal ini dilakukan sewaktu
berjalannya perdebatan. Interupsi adalah sikap memotong pembicaraan pada saat
pihak lawan masih berbicara. Interupsi dilakukan ketika terdapat kekeliruan
oleh pihak lawan yang sedang berbicara dan ingin diklarifikasi oleh pihak yang
mengajukan interupsi. Bidasan adalah argumen dikeluarkan setelah pihak yang
berbicara selesai memaparkan argumennya. Bidasan dapat berupa sanggahan atas
pernyataan pembicara lawan. Interupsi, bidasan dan bantahan mulai dapat diberlakukan
dari pembicara kedua.
Dalam sebuah tim ada
pembagian kerja untuk berbicara. Pembicara pertama yaitu filosofis, pembicara
kedua yaitu teoritis dan pembicara ketiga yaitu sosiologis.
Tugas pembicara pertama (filosofis):
Tugas pembicara pertama (filosofis):
·
mengenalkan anggota timnya,
·
melandaskan dasar atau latar belakang
(definisi) munculnya mosi, yaitu apa yang mendasari diangkatnya mosi tersebut,
·
memaparkan argumen.
Tugas pembicara kedua (teoritis):
·
membuat landasan argumen secara teori;
teori dapat berupa landasan hukum
yaitu Undang-Undang atau teori yang dikemukankan para ahli,
·
memaparkan argumen.
Tugas orang ketiga (sosiologis):
·
memaparkan data,
·
membuat argumentasi berdasarkan isu atau
masalah di masyarakat,
·
memaparkan argumen yang merangkum (dapat
dikatakan semi konklusi).
Misalnya
mosinya adalah : Indonesia Masuk MEA
Pembicara 1: Filosofis
o
memperkenalkan anggota dan tugas
masing-masing setiap anggota
o
memaparkan latar belakang bahwa Indonesia
membutuhkan negara lain untuk menjalankan perekonomian. Karena, Indonesia
berasal dari regional yang sama dan MEA ingin menghancurkan batasan antar
negara Asia Tenggara supaya semakin mudah menjalin kerjasama.
Pembicara 2: Teoritis
o
UU No 13 thn 2003 tentang ketenagakerjaan
o
UU No 7 thn 2014 tentang perdagangan
o
Teori Adam Smith tentang pasar bebas
o
Teori kedaulatan rakyat.
Pembicara 3:
Sosiologis
o
membawa isu permasalahan masyarakat
mengenai MEA
o
Data dan Sumber
o
Argumentasi semi konklusi
Berikut ini merupakan cara perhitungan nilai dalam debat:
·
Manner:
sikap proporsional, nilainya 30%
·
Matter:
isi nilainya 50%, karena penilaian paling utama adalah isi pikiran peserta.
·
Method:
nilainya 20%.
Kemudian, Training Debat dilanjutkan di ruang GBR 112 dan trainer mengajak 6 peserta untuk mempraktikkan debat. Trainer membagi enam orang peserta menjadi 2 tim yaitu Tim A (pro) yang terdiri dari Lenny (Akuntansi angkatan 2016), Evita (Akuntansi angkatan 2017), dan Agustinus (Akuntansi angkatan 2017), serta Tim B (kontra) yang terdiri dari Javenson (Ekonomi Pembanunan angkatan 2017), Ellys (Ekonomi Pembangunan angkatan 2017), dan Feny (Ekonomi Pembangunan angkatan 2017). Trainer memberi waktu 30 menit bagi masing-masing kelompok untuk memaparkan argumennya. Simulasi debat ini dimenangkan oleh Tim B. Usai simulasi tersebut, trainer mengapresiasi keberanian peserta dalam mengikuti simulasi, meskipun kualitas debatnya masih berada di bawah standar debat yang baik.
Training Debat pun berakhir pada pukul 18.30 WIB. Trainer mengakhiri dengan memberikan evaluasi dan kiat-kiat dalam debat, seperti:
ü Pertahankanlah
argumen dengan sebaik-baiknya (walaupun dalam kondisi tertentu, kita memegang
argumen yang salah).
ü Latihlah
penggunaan bahasa Indonesia yang benar.
ü Gagasan
harus digerakkan oleh sistematika pemikiran yang benar.
ü Dalam
memulai perdebatan, jangan melupakan ucapan salam pembuka.
Setelah Training Debat selesai, peserta diminta mengisi kuesioner sebagai indikator dalam mengukur sasaran kualitas yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, MC mengambil alih forum dan menutup diskusi dengan menyajikan lagu pujian dan berdoa. Setelah itu pengurus melakukan evaluasi bersama setelah peserta meninggalkan ruangan.
Komentar
Posting Komentar