Indonesia Lebih Baik 5 Tahun Di Tangan Mu (Maria, EP 2017)



Pemilu adalah bagian dari pesta rakyat atau biasa kita sering sebut pesta demokrasi , di mana kegiatan ini diadakan sekali dalam 5 tahun dan semua masyarakat yang memiliki hak suara dapat berpartisipasi dalam menentukan siapa pemimpin berikutnya. saatnya akan tiba bagi masyarakat indonesia menggunakan hak suara pada pemilihan umun atau Pemilu di tahun 2019 namun ada yang berbeda dengan pemilu 2 periode belakangan ini , di mana kita akan memilih lembaga eksekutif,legislatif, dan yudikatif dalam hari dan waktu yang sama.

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pendapat tentang pemilu yang di adakan serentak di Indonesia ,mulai dari sabang sampai merauke. tahun 2019 ini menjadi tahun pemilu yang cukup panas bagi bangsa indonesia mulai dari penentuan partai koalisi sampai penentuan calon pemimpin yang akan diusung. panasnya suasana politik tidak hanya dirasakan oleh kaum elit politikus tetapi juga dirasakan masyarakat luas termasuk juga mahasiswa. panasnya suasana politik sekarang di picu juga oleh banyaknya kabar yang tidak benar atau bahasa trennya kabar hoax yang mengacu pada isu sara atau pun isu yang menjatuhkan lawan politik dengan kabar hoax tersebut. hal ini mengakibatkan banyaknya perbedaan yang mengarah pada konflik akibat berbedaanya cara pandang masyarakat dalam berpolitik. Namun apakah dengan banyaknya kabar yang simpang siur membuat para pemilih bingung ? atau pemilih langsung menelan bulat bulat kabar hoax tersebut tanpa mencari klarifikasi kebenaran berita ? atau calon pemilih kurang mengenal calon pemimpinnya? baik dari trend records, visi misi atau karirnya dalam politik atu ada faktor lain .

Memang meyakinkan pemilih memang bukan perkara yang mudah. Butuh waktu dan proses. butuh usaha yang keras bagi setiap tim sukses untuk meyakinkan calonnya terpilih nantinya Apalagi jika sebagian kontestan masih beranggapan jika suara rakyat itu mudah dibeli dengan uang. atau pun menghalalkan segala cara agar mendapat suara yang lebih banyak. seharusnya, siapa pun oknum yang hanya menilai warga dengan uang semata mesti diberikan efek jera. Efek jera tidak memberikan kesempatan menjadi wakil rakyat. Efek jera mengasingkan mereka dari panggung politik. Termasuk memberikan efek jera ke oknum anggota dewan yang mempolitisasi untuk kepentingan pribadi anggaran negara.

Dan yang bisa memberikan efek jera itu adalah rakyat itu sendiri serta pihak penyelenggara penyelenggara yaitu KPU Sebab jika tidak, kita jangan bermimpi punya wakil rakyat yang berintegritas. Mereka bisa saja hanya memanfaatkan kita untuk kepentingan kelompok dan pribadinya jika kelak terpilih. Belum ada kata terlambat untuk itu. Kita masih punya waktu menyeleksi dengan baik siapa calon wakil rakyat kita yang layak diberikan amanah. Layak memperjuangkan aspirasi kita. Layak menjadi sahabat kita. Layak untuk ditempati berkeluh kesah, dan berdialog. 17 April 2019 mendatang, adalah saat yang tepat kita menghadirkan wakil rakyat yang benar-benar memahami keinginan rakyat. Bukan ‘wakil rakyat’ yang hanya ingin dilayani, atau hanya datang ketika punya kepentingan politik lagi.

Memang kita butuh keberanian dan kesadaran melawan itu demi menghadirkan wakil rakyat yang berkualitas. Memang ada saja diantara kita sudah larut dengan iming-iming an uang. Tapi kita yang masih punya nurani, harus berani memutus rantai perusak tatanan berdemokrasi itu. karena bagaimana pun efek dari tidak bermutunya pemimpin yang akan lahir akan dirasakan oleh rakyat itu sendiri mau waktu dalam jangka dekat atau pun lama. mau pemimpi pusat atau daerah, yang pasti rakyatlah pada dasarnya yang akan menderita. jadi lewat tulisan ini saya ingin mengajak setiap pembaca untuk menggunakan hak suara mu lebih bijak lagi, karena bangsa Indonesia ditentukan oleh pilihanmu untuk 5 tahun ke depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?