Pemilu : Lima Fokus Pemilu (Maylisa, Akt 2017)
Di masa sekarang, Pemilihan Umum atau sering disebut Pemilu bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Sebab, sejak tahun 1955 bangsa Indonesia sudah melaksanakan Pemilu untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante. Namun, Pemilihan Umum secara langsung untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden baru terjadi pada tahun 2004. Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden Indonesia pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dan Muhammad Jusuf Kalla sebagai wakilnya.
Sejak saat itu, Indonesia mantap melakukan Pemilu dalam jangka waktu 5 tahun sekali, di mana pemilihan dilaksanakan sebanyak 2 kali, pertama pada bulan April untuk memilih para anggota legislatif (DPR dan DPD), kemudian pada bulan Juli untuk memilih presiden dan wakilnya. Berbeda pada putaran Pemilu tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia mengadakan pemilihan presiden dan pemilihan para anggota legislatif secara serentak. Jadi, pada tanggal 17 April 2019 nanti, masyarakat Indonesia akan memilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten sekaligus. Kelima jenis pilihan tersebut disebut sebagai lima fokus Pemilu.
Namun, ternyata masih ada masyarakat Indonesia khususnya generasi muda yang belum mengetahui secara utuh ke-5 fokus Pemilu tersebut. Hal ini terbukti ketika saya melontarkan sebuah pertanyataan kepada beberapa teman-teman mahasiswa, tentang apa saja yang akan dipilih pada Pemilu 17 April nanti. Ada yang mengatakan presiden dan DPR saja, dan ada yang mengatakan Presiden, DPR dan DPRD. Kesimpulannya, hampir semua belum mengetahui secara detail mengenai lima fokus Pemilu tersebut. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Bagaimana mungkin mereka memilih orang-orang terbaik untuk menjadi pemimpin dan wakil rakyat, jika kelima fokus Pemilu (posisi-posisi yang akan ditempati) tersebut belum diketahui secara detail.
Menurut saya, salah satu faktor yang membuat masyarakat, khususnya generasi muda, tidak mengetahui secara detail mengenai lima fokus Pemilu tersebut ialah karena sikap apatis. Sikap apatis atau ketidakpedulian terhadap pemerintahan dan isu-isu politik yang ada tentu membawa dampak buruk bagi perkembangan bangsa Indonesia. Sebenarnya, sangat disayangkan apabila masih banyak masyarakat khususnya generasi muda yang tidak mau tahu terhadap pemerintahan negara. Padahal di era informasi sekarang ini semua informasi sangat mudah didapat, baik dengan cara mengakses internet atau media sosial, melalui televisi atau radio, maupun dari surat kabar. Jadi, seharusnya tidak ada lagi alasan untuk bersikap cuek terhadap isu-isu politik karena masyarakat sudah sangat mudah mendapatkan informasi-informasi penting mengenai itu.
Sebagai warga negara Indonesia, seharusnya kita memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya mengetahui dan berpartisipasi dalam Pemilu. Jika lima fokus Pemilu saja tidak diketahui secara detail, omong kosong untuk berkata bahwa kita mengetahui siapa calon terbaik yang akan kita pilih pada tanggal 17 April nanti. Banyak orang beranggapan bahwa siapa pun yang memimpin tidak akan mengubah kondisi kehidupannya. Ya, benar. jika kita awalnya berprofesi sebagai petani, tidak akan langsung berubah jadi direktur perusahaan ketika Presiden atau DPR pilihan kita menang. Tetapi, apakah harus seperti itu baru dapat dikatakan sebagai perubahan hidup? Menurut saya tidak. Perubahan itu cukup ketika petani bisa membeli pupuk berkualitas dengan harga murah, menjual hasil panen dengan harga yang sesuai, mendistribusikan hasil panen dengan mudah karena sarana transportasi yang baik, dan membeli kebutuhan hidup dengan harga yang terjangkau sehingga petani dapat hidup sejahtera. Jika kita salah pilih pemimpin dan wakil rakyat, tidak usah bermimpi perubahan itu dapat terjadi.
Oleh karena itu, sebagai penentu masa depan bangsa dan penggerak perubahan, mari kita ikut berpartisipasi dan lebih aktif dalam mencari tahu informasi-informasi yang akurat mengenai Pemilu, terutama lima fokus Pemilu. Supaya kita tahu, apa-apa saja yang dipilih dan siapa saja orang-orang yang tepat untuk menduduki posisi itu. Karena tidak cukup hanya berpartisipasi tetapi tidak tahu, dan hanya tahu tetapi tidak berpartisipasi. Keduanya harus seimbang.
Referensi : Wikipedia
Komentar
Posting Komentar