Resume Economic Challenge: Digital Economics is Our Oppurtunity



Diskusi dengan model Economic Challenge merupakan program terakhir Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU di Semester A. Diskusi ini dimulai pada pukul 16.04 WIB, dibuka dengan lagu pujian dan penyembahan yang dipimpin Oktri Tamba (Ekonomi Pembangunan angkatan 2018) sebagai MC dan Renata (Ekonomi Pembangunan angkatan 2018) sebagai gitaris, dan dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh Rido Purba (Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016) sebagai Moderator. Adapun pemateri dalam Economic Challenge ini ialah Kolaliandri Ginting (Duta Wirausaha USU Periode 2018-2019).

Sesi diskusi dimulai pada pukul 16.19 WIB. Di awal diskusi, moderator menjelaskan apa itu Economic Challenge, yakni diskusi mengenai ekonomi yang memiliki tantangan. Pembahasan yang diangkat adalah digital economics, yang merupakan kegiatan ekonomi berbasis teknologi. Pada pukul 16.24 diskusi dilanjutkan lebih mendalam oleh Pemateri. Digital economics diterangkan oleh Pemateri melalui sebuah tayangan video terkait Industri 4.0. Pemateri menjelaskan bahwa ekonomi digital merupakan kegiatan ekonomi dengan basis teknologi atau transaksi perdagangan yang hanya dilakukan dengan teknologi. Pemateri juga menjelaskan mengapa penting menjadi pengusaha di era digital ini. Lalu, ia mengatakan bahwa pengusaha masa kini memiliki peluang yang besar, aksesnya mudah, tidak perlu membuka toko konvensional, serta modalnya juga tidak terlalu besar. Potensi market juga besar karena penduduk Indonesia berjumlah 204 juta jiwa. Sekarang, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta dan pengguna internet di dunia (internet worldwide) mencapai 4,2 miliar jiwa.. Pemateri mengatakan bahwa mahasiswa jangan sepele menghadapi era teknologi. Bisa jadi, nantinya jurusan IT lebih diminati karena mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi dibandingkan jurusan ekonomi. Pemateri juga memaparkan, warga Medan mempunyai keindahan Danau Toba sebagai Danau vulkanik terbesar di dunia, dan kita bisa memanfaatkan peluang teknologi untuk membuka bisnis travel dan menjadi tour guide. Kita juga bisa memanfaatkan hobi yang kita miliki sebagai peluang usaha, seperti bernyanyi di Instagram dan YouTube yang nantinya bisa membuat bakat kita dikenal dan diterima public, lalu menghasilkan rupiah untuk kita. Dalam praktik yang lebih kompleks, kita juga bisa mengolah ladang singkong menjadi tepung dan menjualnya dengan membuat brand sendiri, karena “the power of brand” juga mendorong keunggulan bisnis yang akan kita jalani. Pemateri membagikan pengalamannya mengelola toko online yaitu aplikasi Sayur Online-Mitra di Google Play Store. Ia memilih nama ini karena bermimpi ingin mengekspor barang dagangannya hingga ke luar negeri, dan Pemateri berhasil membuat konsumen percaya bahwa barang dagangannya berkualitas bagus. Barang seperti daun aren juga sudah diekspor ke Jepang untuk dibuat menjadi sapu lidi. Aplikasi penunjang berupa Grabfood maupun Go-Food amat membantu dalam menghadapi pangsa pasarnya yang berjumlah ±4 juta penduduk kota Medan.

Pemateri mengatakan bahwa menjadi pengusaha di era digital sangatlah mudah karena ia telah berhasil mengelola modalnya yang berjumlah 800 ribu rupiah menjadi 2 miliar dalam setahun. Dalam membuka bisnis, kita harus bisa efisiensi modal, yaitu modal ‘diputar’ dengan memaksimalkan semua plan bisnis, buatlah perencanaan yang banyak, karena kegagalan pada Plan A bisa jadi keberhasilan pada Plan B. Cobalah mencari solusi dengan memulai bisnis dengan modal yang kecil.

Pemaparan dari pemateri diakhiri dengan pemutaran video yang memotivasi orang-orang yang sering menunda waktu. Kemudian pada pukul 17.16 WIB, moderator membagi peserta diskusi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 8 orang dan mengarahkan setiap kelompok membuat challenge berupa business plan terkait digital economics yang akan dinilai oleh pemateri. Pada pukul 17.31, setiap kelompok memaparkan bisnisnya. Kelompok 1 (yang diwakilkan oleh Eliasna) memilih bisnis Jangkrik Frencycrush, Kelompok 2 (yang diwakilkan oleh Renata) memilih bisnis KotakKamu. Kelompok 3 (yang diwakilkan oleh Johan) memilih bisnis yaitu Kripto Bitcoin. Pemateri menilai bahwa Kelompok 2 sangat brilian karena ide mereka merupakan ide bisnis yang sangat diperlukan mahasiswa yang berkebutuhan tinggi dalam memberi hadiah pada acara penting, dan bisnis sejenis itu belum berkembang saat ini. Ide bisnis Kelompok 1 juga cukup bagus karena memiliki peluang ekspor ke luar negeri. Ide Kelompok 3 cukup bagus, hanya saja kurang efektif karena tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah memerlukan modal yang tidak sedikit. Akhirnya, challenge ini dimemenangkan oleh Kelompok 2, lalu pemateri memberikan hadiah kepada kelompok pemenang. 


Diskusi selesai pada pukul 17.52 WIB. Hasil evaluasi diskusi memutuskan bahwa sasaran kuantitas diskusi ini tidak tercapai karena sasaran yang diharapkan adalah 36 AKK dan peserta yang hadir adalah 27 AKK. Namun, kualitas yang diharapkan dari diskusi ini tercapai. Melalui diskusi ini diharapkan peserta diskusi mengerti tentang tema diskusi dan termotivasi untuk memanfaatkan peluang bisnis di era teknologi. Semangat, Agen Perubahan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?