Realitas Gelar Akademik Seorang “Maha” (Rido, EP 2016)


Gelar akademik atau gelar akademis adalah gelar yang diberikan kepada lulusan pendidikan akademik bidang studi tertentu dari suatu perguruan tinggi. gelar akademik kadangkala disebut juga dengan istilah bahasa Belanda yaitu title. (Wikipedia)

Gelar akademik yang dicapai seseorang adalah suatu tanda bahwa ia dianggap telah mengerti dan memahami tentang bidang ilmu yang ditempuhnya selama masa pendidikan akademis. Mendapatkan gelar akademik tidaklah mudah seperti seperti yang kita bayangkan. Terlebih gelar akademik seorang yang juga telah menyandang gelar “maha” yang melekat pada identitas diri seseorang tersebut.

Pengertian “maha” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu: amat; sangat; besar. Sehingga seharusnya kata tersebut hanya cocok diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memang hanya Tuhan yang amat; sangat; besar; yang pantas untuk disembah dan dimuliakan. Namun kata maha juga terdapat pada suatu identitas manusia yang diberikan kepada seseorang yang sedang menempuh pendidikan akademis di suatu perguruan tinggi, yaitu mahasiswa.

Mahasiswa adalah kaum intelektual yang diharapakan mampu membawa perubahan bagi bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa memiliki pemikiran-pemikiran yang besar. Tanggung jawabnya sebagai agent of change menuntut mahasiswa untuk memiliki tindakan yang besar dan mencerminkan sebuah sikap yang berbudi pekerti yang luhur serta berjiwa sosial yang tinggi. Mahasiswa juga biasanya memiliki impian atau cita-cita yang besar yang membuat ia termotivasi untuk mewujudkan impian tersebut. Hal-hal besar tersebut yang mungkin membuat mahasiswa berbeda dengan identitas akademik lainnya sehingga ia pun mendapat gelar maha.

Mahasiswa adalah suatu bagian dari proses pendidikan akademik. Proses tersebut akan mengarah kepada kelulusan mahasiswa. Pada akhirnya, mahasiswa akan tergantikan dengan suatu identitas baru. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah gelar yang mampu menggantikan kata mahasiswa yang sudah menyandang kata maha dalam identitas tersebut? Dan bagaimana realitas identitas baru tersebut dalam kehidupan masyarakat?

Gelar akademik yang diberikan kepada mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya adalah gelar sarjana. Sarjana merupakan gelar kelulusan bagi seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan akademik dibidang tertentu dari suatu perguruan tinggi. Suatu gelar yang menggantikan mahasiswa. Kita bisa membayangkan betapa amat sangat besar gelar sarjana tersebut. Gelar dari sebuah identitas maha.

Namun dalam kenyataannya, kualitas dari seorang yang disebut sarjana itu masih banyak tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2018 hampir 8% dari total 7 juta lebih sarjana menganggur. Jadi ada sekitar 630.000 sarjana yang menganggur. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa kualitas diri seorang sarjana di Indonesia masih rendah. Sarjana tidak mampu bersaing dalam dunia pekerjaan. Jumlah sarjana yang dihasilkan oleh perguruan tinggi tidak sebanding dengan daya serap lapangan pekerjaan. Sehingga persaingan antar pencari kerja khususnya sarjana dalam dunia pekerjaan akan sangat ketat.

Banyak hal yang menyebabkan seorang sarjana tidak mampu bersaing di dunia kerja, contohnya kurangnya peningkatan kualitas diri. Kualitas diri menjadi hal yang sangat mempengaruhi sarjana untuk mampu bersaing di dunia pekerjaan. Kualitas diri yang baik menjadi suatu keunggulan bagi seseorang dibanding yang lain. Pengembangan softskill sewaktu menjadi mahasiswa sangat penting untuk diperhatikan. Ikut dalam berbagai kegiatan kampus secara tidak langsung akan melatih softskill dalam diri sesorang. Dalam diri seorang sarjana, tidak cukup hanya memiliki kemampuan akademik yang baik, penting juga meningkatkan softskill seperti kemampuan komunikasi yang baik, kepemimpinan yang baik, dll yang secara keseluruhan akan meningkatkan kualitas diri yang membuat diri lebih unggul.

Namun tetap harus memperhatikan akademik perkuliahan. Ketika dalam masa mahasiswa harus mampu melakukan manajemen waktu yang baik untuk membagi waktu belajar akademik, berorganisasi dan melakukan pengabdian diri kepada masyarakat. Jangan terlena dengan dunia sebagai aktifis kampus atau orang yang aktif di kampus hingga lupa tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa yaitu belajar.

Kita sebagai mahasiswa sudah sepantasnya mempersiapkan diri untuk menjadi seorang sarjana yang benar-benar disebut sarjana mengingat gelar sarjana adalah gelar untuk mahasiswa yang juga menyandang gelar maha. Mari juga mempersiapkan diri menjadi sarjana yang berkualitas dengan meningkatkan softskill namun juga tetap memperhatikan akademikperkuliahan sehingga kita akan menjadi seorang sarjana yang seutuhnya, yang memiliki ilmu pengetahuan juga kemampuan diri.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?