Muda Untuk Karya Bukan Plagiat !

         Dewasa ini semakin banyak jumlah Inovator di Dunia, tak heran banyak penemuan yang diciptakan oleh sang inovator. Hal ini pun dikarenakan oleh tuntutan zaman yang semakin berkembang. Tak heran jika dituntut adanya kreativitas dan inovasi dari kita untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks.
            Ironisnya jumlah Inovator pun berbanding lurus dengan jumlah plagiator saat ini. Malahan jumlah plagiator saat ini jauh lebih banyak. Kemajuan zaman mempunyai dua gendang yaitu membuat kita anak-anak Indonesia menjadi lebih kreatif atau malah semakin menjadi plagiator karena sudah banyak ide tersedia oleh para inovator yang bisa diambil dan digunakan oleh siapa saja dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
            Kita tidak perlu memandang jauh untuk melihat berbagi tindakan para plagiator di sekeliling kita pun saat ini sudah banyak yang menjadi plagiator. Orientasi hasil menjadi pilihan untuk manusia tanpa memikirkan proses yang sebenarnya membentuk manusia menjadi berkualitas. Cara-cara instan pun menjadi pilihan manusia saat ini khususnya kaum pelajar. Tidak segan-segan pelajar saat ini di dalam mengerjakan tugas-tugas mereka dari internet dan mengklaim bahwa itu adalah karya mereka. Bahkan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar (SD) saat ini pun sudah bisa melakukan hal ini. Bukan hanya berhenti di tugas, tapi adalagi hal fatal yang menjadi budaya anak-anak pelajar saat ini yaitu mencontek saat ujian. Pelajar di Indonesia acapkali tidak percaya diri dengan kemampuan mereka. Sehingga mereka lebih memilih untuk melihat jawaban dari teman (diskusi), menyiapkan kopekan, atau membuka handphone saat ujian berlangsung.
            Jelas bagaimana mungkin pisau bisa tajam jika tidak diasah, begitu juga kemampuan manusia. Bagaimana mungkin akal pikiran kita sebagai pelajar dapat berkembang jika kita tidak membiasakan diri untuk melawan rasa nyaman kita mengeluarkan ide-ide original dari pemikiran kita. Tidak tau, kita salah sejak kapan atau dalam hal apa. apakah ini sudah menjadi budaya yang tidak bisa diubah? Yang semakin bertambah usia malah semakin bobrok dengan mental kita sebagai plegiator??. Sampai-sampai ketika menjadi mahasiswa akhir di dalam penyelesaian skripsi pun kita harus mengambil karya-karya orang lain yang sudah diperjuangkan?? Tak tau sampai kapan mental anak-anak seperti ini bisa berubah. Tapi ingatlah teman-teman kalau bukan kita yang mengubah budaya yang bobrok ini siapa lagi?/

            Mari bangkit, menjadi anak-anak muda yang siap bersaing dimanapun. Oleh karena itu, mari mulai saat ini belajar menjadi inovator, dari ide-ide keci kita bahkan ide-ide gila kita. Karena inovasi bukan harus dari ide briliant tapi malah terkadang berasal dari ide gila yang tanpa kita sadari akan berhasil. Terus berekperimen dengan idemu teman-teman tanpa takut salah. Mungkin kalau dulunya Thomas Alva Edison saat itu tidak bereksperimen kita gak bisa melihat terang yaitu lampu. Begitu juga dengan Einstein yang gagal beberapa kali tapi dia terus bangkit dan berdiri. Ketika kita terus bangkit dari kejatuhan , kita bakal lihat tempat kita bangkit pasti selalu berbeda dan semakin tinggi. So, buat kita anak-anak indonesia yuk berantas budaya plagiat. Karena plagiat tidak akan membuat kita semakin baik.

Merliana Jasri Sipayung
Ekonomi Pembangunan 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?