IMPLIKASI PEMAHAMAN NASIONALISME

Beragam persepsi dan respon setiap orang ketika mendengar kata nasionalisme. Setiap orang memiliki pemahaman dan perlakuan yang berbeda menyikapinya. Ada yang menunjukan rasa nasionalisme dengan menjunjung tinggi bahasa dan budaya bangsa atau menggunakan karya cipta anak bangsa dan sebagainya. Dengan kata lain berusaha untuk menjaga keutuhan dan kesatuan negara.
Indonesia, negara merdeka yang terdiri dari beribu kepulauan. Secara geografis indonesia berada pada belahan timur bumi yang dilintasi khatulistiwa. Konsekuensi logis dari kondisi tersebut  indonesia menjadi wilayah strategis yang banyak dilalui oleh negara-negara lain. Citra negeri bahari pun melekat pada Indonesia. Selain daripada posisi atau letak geografis indonesia yang sangat strategis, indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya berlimpah. Kandungan energi, mineral, dan tambang lainnya hampir lengkap dalam perut bumi pertiwi. Keberagaman bahasa daerah,  suku, agama dan kebiasaan melahirkan beragam warna budaya di indonesia.
Jika kita analogikan, indonesia seperti harta karun dunia. Maka seluruh dunia pun akan memandang dan memperhatikan ujung sabang sampai ujung merauke. Tentu banyak bangsa lain yang  terobsesi merebutnya. Malaysia, negara yang selalu menyengketakan Pulau-pulau terluar indonesia(sipadan dan ligitan). Mengklaim budaya indonesia sebagai warisan budayanya. Perampasan kekayaan bumi pertiwi harus segera  dihentikan. Karena akhirnya akan meninggalkan kesengsaraan dan perpecahan masyarakat. Sudah selayaknya kita menjaga dan memelihara kedaulatan bangsa.
Mahasiswa, bagian dari generasi penerus bangsa berkewajiban menjaga kedaulatan bangsa. Bukan malah terlibat menjadi oknum bermanfaat bagi satu kelompok. Secara preventif, generasi muda dapat melakukan peran dan fungsinya sebagai mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki pemahaman kebangsaan dan berkarakter luhur, idealis, dan tetap berintegritas.
Saat ini memang cukup banyak generasi intelektual bangsa. Namun, belum memiliki jiwa nasionalis dan karakter kebangsaan. Bangsa ini harus bercermin kembali. Melakukan introspeksi terhadap pemimpin dan pelaksana negara. Banyak penyelenggara negara menjadi pesakitan. Padahal, awalnya dikenal sebagai idola atau teladan masyarakat. Angelina sondakh, mantan putri indonesia, Rudi Rubiandini, dikenal sebagai sosok dosen teladan ITB. Anas Urbaningrum merupakan Produk Himpunan Mahasiswa yang dikenal sangat idealis. Ketiganya berasal dari latar belakang  yang berbeda tetapi akhirnya memiliki satu tujuan yang sama, yakni hotel prodeo.
Kemajuan IPTEK, masuknya arus globalisasi dan asimilasi budaya perlahan membentengi  jiwa nasionalis. Sehingga kerap tidak merasakan bara semangat mendengarnya. Opini nasionalis pun bermunculan menggiring masyarakat pada pengertian yang keliru. Sering terjadi ketika wilayah NKRI mulai terusik, maka masyarakat pun berang. Tetapi begitu isu mereda semangat pun ikut hilang untuk menjaga dan memelihara yang terusik.
Selain itu, Fenomena nasionalisme belakangan kerap hanya disalurkan dalam dunia maya. Kebanyakan masih bertujuan pribadi untuk eksistensi dan popularitas. Mungkin saja perwujudan nasionalisme kini dekat dengan paradoks.  Beberapa di situs jejaring sosial hanya menjadi retorika belaka. Menghimpun suara yang tidak berujung. Kenyaataannya, dalam kehidupan sosial masyarakat suara-suara tersebut hening.
Pemahaman yang masih abstrak akan nasionalisme dapat menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia. Hal ini dapat difungsikan oleh bangsa lain atau bangsa sendiri untuk kepentingan tertentu. Apalagi derasnya arus globalisasi membuat jarak dunia semakin kecil. Dari setiap penjuru negeri pun dapat dihujani berbagai tantangan maupun ancaman. Penguatan terhadap pemahaman nasionalisme mutlak diperlukan.
Bung Karno pernah menyatakan, jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). Kita bisa belajar dari sejarah bangsa kita. Dalam sejarah bangsa, tidak sekalipun pernah terjadi peristiwa tanpa intervensi pemuda. Mereka  adalah para pemimpin kaula Muda beralmamater. Meski masa berganti, pemuda beralmamater masih ada untuk indonesia. Dari sabang sampai merauke untuk menjaga kedaulatan bangsa. Kini, saatnya kita yang berpikir, berbicara, dan bertindak.

Septon Malau
Akuntansi’ 11

Berkecimpung di CC

Komentar

  1. tak ada gading yang tak retak.
    mari berkontribusi menyalurkan saran,kritik atau opini bermanfaat buat kemajuan dan kecerdasan generasi penerus bangsa....:-)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?