Salah satu karya tanpa judul dalam Training Menulis CC ^^…


Peraturan dibuat untuk dilanggar.’ Awalnya ini hanyalah slogan selorohan saja yang sering diucapkan oleh siswa-siswa SMP yang masih labil, yang sedang dalam masa pencarian jati diri dengan memberontak terhadap peraturan yang ada. Memberontak terhadap orangtua, memberontak terhadap peraturan sekolah, bahkan memberontak terhadap kata hatinya sendiri.  Namun lama-kelamaan slogan ‘peraturan dibuat untuk dilanggar’ menjadi sebuak kebudayaan yang mendarah daging di masyarakat. Bukan hanya anak-anak SMP saja yang akrab dengan slogan ini, namun seluruh lapisan masyarakat, petinggi-petinggi Negara, bahkan pihak-pihak yang menciptakan peraturan itu sendiri yang telah melanggar peraturan.
Coba kita lihat sekeliling kita. Guru melarang para muridnya untuk terlambat, namun  tidak jarang guru yang seharusnya menjadi teladan, justru melanggar peraturan yang mereka buat. Tidak jarang kita melihat pemandangan guru-guru yang terlambat  tiba di sekolah, atau terlambat memasuki ruangan. Contoh lain, banyak kasus-kasus di televisi. Para wakil rakyat yang seharusnya melindungi hak rakyat, penyambung lidah rakyat, justru sebaliknya. Mereka menindas rakyat secara perlahan-lahan melalui kebijakan- kebijakan yang mereka buat semata-mata untuk keuntungan pihak-pihak tertentu saja. Mereka “memotong lidah” rakyat dengan membatasi aspirasi-aspirasi rakyat, tidak menyuarakan aspirasi rakyat di rapat-rapat petinggi Negara.
Lebih nyata lagi, kita bisa lihat dari kasus- kasus korupsi  yang belakangan ini marak ditayangkan di televisi, salah satunya adalah kasus korupsi yang melibatkan Susno Djuadji. Susno yang memiliki jabatan sebagai Kepala kepolisian yang bertanggung jawab terhadap ketertiban dan keamanan, justru telah melakukan pelanggaran terhadap hukum. Lebih parahnya lagi, Susno yang sangat mengerti hukum di Indonesia, seolah-olah memutar-mutar hukum untuk membenarkan tindakan pelanggaran yang dilakukannya. Beginilah cerminan pemimpin bangsa kita ini.
Apa sebenarnya yang kurang dari mereka( Pemimpin bangsa ini yang terjerat berbagai kasus)?  Mereka itu adalah orang-orang terdidik, terpelajar, mengenal agama, memiliki kekayaan, jabatan, bahkan tidak sedikit yang berasal dari kaum cendikiawan. Mereka yang seharusnya lebih mengerti  tentang moral, agama, dan bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi mereka tidak pernah merasa puas. Orang-orang yang tidak pernah merasa puas adalah cirri orang yang tidak tahu bersyukur. Orang-orang yang tidak tahu bersyukur tentu tidak ada Kristus dalam jiwanya. Memang benar mereka mengenal agama, namun yang perlu dipertanyakan adakah Kristus dalam jiwanya? Kristus adalah teladan yang benar. Dalam hal ini, kita dapat bercermin dari teladan Yesus Kristus yaitu tentang menjaga Integritas. “ Jika ya katakan ya, dan jika tidak katakan tidak.” Jika para pemimpin bangsa ini adalah orang-orang berintegritas, tentulah bangsa kita ini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang diberkati melalui pemimpin-pemimpin kita. Jadi kepada generasi muda, belum terlambat untuk mengubah negeri kita ini kearah yang lebih baik. Dengan komitmen untuk menjaga integritas, maka kita akan menjadi pemimpin yang besar, yang akan membawa perubahan pada bangsa ini. Sesungguhnya bangsa ini telah mengalami  “krisis kepemimpinan”.
Efesus 6:11 (Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis)

Ristauli Sianturi(Akuntansi’ 12)

Anggota CampusConcern

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?