Sinergi Green Economy dan Blue Economy : Langkah Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Sinergi Green Economy dan Blue Economy : Langkah Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Oleh : Agnes Tiovany 

            Bicara soal green economy (ekonomi hijau), teman-teman sudah tau belum arti dari ekonomi hijau itu apa ya? Sistem ekonomi hijau adalah sebuah sistem perekonomian dimana sistem ini mempunyai tujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan harapan ekonomi hijau ini dapat mengikatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Selama ini pabrik-pabrik yang kita lihat seperti pabrik baju, minyak goreng, sabun, dll. Pabrik-pabrik tersebut memberikan banyak sekali dampak negatif kepada lingkungan karena bekas limbahnya yang tidak diolah kembali dan dibuang begitu saja. Pernah sekali saya ke kebun sawit nenek saya di asahan, dan di daerah perkebunan itu bau sekali. Awalnya saya pikir kok bau sekali ya? Apa karna sawit ya bau banget begini? Lalu saya tanyalah tante saya, dan ternyata di dekat sana ada pabrik sawit dan itu bekas limbahnya. Teman-teman tau baunya seperti apa? Intinya kalau pernah mencium bau busuk kotoran sapi, lebih bau dari itu dan menyengat. Jadi sebenarnya apa sih yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Tentulah ini fokus dari ekonomi hijau yang sedang kita bahas. Salah satunya adalah pengelolaan limbah kembali. Bagaimana cara mengelolanya teman-teman pasti bertanya. Seperti pabrik sawit tadi, mereka bisa membuat satu corong untuk mengumpulkan bekas asap dari pabrik mereka dan uap panas dari asap tersebut bisa dijadikan sumber gas untuk api dalam proses pembakaran. Jadi mereka akan menghemat tentunya biaya dalam bahan bakar tersebut. Ada banyak lagi misalnya pabrik tekstil, bekas pewarna baju yang berserakan bisa dikumpulkan dan dijadikan warna baru lagi untuk referensi warna lainnya. Pabrik baju yang punya banyak sekali sisa kain tak terpakai, bisa difungsikan kembali untuk dijual kepada tukang jahit ataupun dijadikan produk baru. Misal saja saya pernah buat kotak pensil dari jeans yang tidak terpakai, sisanya saya buat tas kecil. Sisanya lagi bisa jadi celana pendek. Dengan usaha sekecil apa pun itu dapat mencegah kerusakan lingkungan yang jika dibiarkan dapat menjadi bencana karena bumi sudah sangat berat menanggung tindakan kita kurang peduli akan kelestarian lingkungan.

            Selain green economy, ada juga loh blue economy. Apa itu blue economy kak? Nah blue economy adalah usaha pemerintah sebagai negara maritim dalam melakukan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan ekonomi, memperbaiki kehidupan masyarakat, serta kesehatan ekosistem laut. Dari sini teman-teman sudah mengerti belum maksudnya? Kalau belum, sini saya jelaskan. Nah teman-teman tau kan kalau harga ikan di Medan ini mahal ya? Sekilo mungkin bisa Rp40.000-Rp50.000 tapi kita negara maritim loh kok bisa ya ikan semahal itu? Sedangkan di kampung saya, di Sibolga ikan itu bisa dibeli mulai Rp20.000 sekilo dan manis-manis juga. Sekarang teman-teman sudah tau masalahnya ada dimana? Ya benar sekali, ketimpangan harga yang sangat signifikan antara kota Sibolga dan Medan. Di sinilah ekonomi biru atau blue economy dilakukan karena adanya masalah dalam sumber daya laut. Pernah teman-teman dengar ibu Susi mantan mentri kelautan dan perikanan indonesia mengatakan kita semua wajib makan ikan, tidak boleh tidak makan ikan. Makan ikan memiliki manfaat jauh lebih banyak dari pada makan daging sapi atau ayam atau babi karena beberapa alasan berikut:

1.         Ikan memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan daging ayam atau sapi. Dalam 100 gram ikan, kandungan lemak jenuhnya tidak lebih dari 1 gram.

2.     Ikan dapat mengurangi kolesterol pada plasma dan meningkatkan kandungan HDL, yaitu kolesterol baik.

3.     Ikan dapat menurunkan lemak perut dan kadar trigliserida, yang bermanfaat untuk mengurangi potensi penyakit jantung.

4.     Ikan merupakan alternatif yang baik bagi daging merah dan daging olahan, karena menyediakan protein berkualitas tinggi dan nutrisi penting seperti vitamin A dan B12, Fe, dan Zn.

            Sehingga dengan memakan ikan dapat meningkatkan kemampuan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi resiko-resiko penyakit lainnya. Lalu jika semua orang bisa makan ikan apa dampaknya? Maka bisa dikatakan indonesia sukses dalam mengelola kebijakan dan visi misi baru mereka dalam ekonomi biru. Dimana dari sabang sampai merauke dapat merasakan makan ikan dengan harga terjangkau. Dilain sisi, ada tantangan baru yaitu bagaimana dengan persediaan dari ikan tersebut apakah mencukupi atau tidak? Tentunya, disaat usaha ini sedang dijalankan maka perlu dilakukan upaya-upaya membudidayakan bibit-bibit ikan yang baru dan menjaga ekosistem laut. Para nelayan tentu sangat perlu diajarkan untuk menangkap ikan secara baik dan benar dengan tidak memakai pukat harimau atau bom untuk menangkap ikan. Selain ikan yang tidak akan beraturan bentuknya saat ditangkap, terumbu karang tempat ikan-ikan dan makhluk laut kecil lainnya akan ikut mati seperti alga yang sangat penting untuk laut. Selain itu juga, beberapa ikan yang tidak boleh ditangkap. Beberapa ikan tersebut ialah pari sungai tutul, pari sungai raksasa, pari sungai pinggir putih, arwana Kalimantan, belida Borneo, belida Sumatera, belida lopis, belida Jawa, ikan balashark, wader goa, ikan Batak, pasa, selusur Maninjau, pari gergaji lancip, pari gergaji kerdil, pari gergaji gigi besar, pari gergaji hijau, pari kai, ikan raja laut, dan arwana Irian. Dan kata pak andi, untuk ikan arwana Irian (Scleropages Jardinii) statusnya dilindungi terbatas, sedangkan untuk 19 jenis lainnya statusnya dilindungi secara penuh.

            Sekarang yang sekarang kita bahas ialah tema “Sinergi Green Economy & Blue Economy: Fondasi Keberlanjutan Ekonomi”. Prinsip dari ekonomi keberlanjutan dalam pemulihan ekonomi kita yaitu dengan mendorong melakukan hilirisasi dan industrialisasi semua komoditas. Dimana biasanya kita tau semua bahan baku, bahan mentah, hanya dipanen lalu dijual ke luar negeri dan di sana dikelola menjadi barang jadi dan kita beli dengan harga lebih mahal. Sedangkan itu, pemerintah berharap kita dapat meningkatkan nilai dari bahan mentah tersebut menjadi produk dengan nilai lebih tinggi. Sampai sini apakah kalian mengerti? Jika tidak, baik saya jelaskan alurnya. Misalnya di tempat nenek saya sawit banyak sekali, tapi kebiasaan para petani sawit hanya menjual hasil panen tersebut kepada toke-toke. Ataupun biji cocoa setelah panen lalu dijual ke belgia, inggris, dll. Sehingga belgia memproses biji cocoa tersebut dan dijadikan coklat dan sekarang belgia menjadi negara terkenal dengan coklat tetapi, sebenarnya biji cocoa tersebut diambil dari Indonesia. Lalu bagaimana mengimplementasikan hilirisasi ini kak? Ya kita bisa lihat dengan upaya pemerintah menerapkan kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri). Jika perusahaan asing membutuh bahan mentah dari Indonesia, mereka harus membuka perusahaan di sini. Jika teman-teman perhatikan seperti mobil wuling asal china, itu juga termasuk salah satu upaya pemerintah dalam program hilirisasi. Selain meningkatkan investasi PMA (Penanaman Modal Asing), dengan adanya perusahaan yang dibuka akan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Dimana pemerintah juga menegaskan harus ada masyarakat setempat dipekerjakan dalam perusahaan tersebut. Selain itu, akan meningkatkan perputaran uang di sekitar perusahaan tersebut. Usaha penginapan seperti kos, apartemen akan ikut diuntungkan. UMKM catering makanan, warung, kedai, akan diuntungkan juga dari adanya perusahaan-perusahaan tersebut. Lalu bagaimana dengan TKDN tadi kak? Pilihan kedua dimana jika perusahaan asing ingin menjual produknya di Indonesia, mereka harus menggunakan bahan-bahan dari Indonesia setidaknya 40%. Seperti pembuatan handphone memerlukan baterai, lcd, speaker, dari semua komponen ini harus ada setidaknya 40% yang berasal dari Indonesia. Jika tidak bagaimana kak, kalian pasti bertanya-tanya. Salah satu cara lain jika tidak ingin menggunakan bahan asal Indonesia, mereka bisa membuka pusat akademik (pembelajaran) di Indonesia seperti Apple. Dimana tentunya dalam pusat akademik harus ada minimal investasi agar diapproved oleh pemerintah.

            Selanjutnya, juga di zaman pemerintahan Jokowi, Jokowi menegaskan melakukan hilirisasi besar-besaran di Indonesia dengan dilihat besar sekali peluang dan potensi Minerba (Mineral dan Batu Bara) yang dapat menyokong Indonesia Emas 2045. Hal itu akan tetap dilajutkan oleh pemerintahan Prabowo dimana program hilirisasi tetap akan dilanjutkan. Akan tetapi ada program baru yang akan dilagakkan Prabowo dimana ketahanan pangan seperti zaman pemerintahan Suharto. Diharapkan dengan adanya program ini, kita dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional tanpa adanya impor bahan pangan. Semua usaha dalam melakukan hilirisasi dan ketahanan pangan juga harus memperhatikan antara kelestarian lingkungan dan kepentingan ekonomi lainnya. Dampak dari setiap tindakan harus dipikirkan agar alam tetap lestari, terawat, dan terjaga. Hal itu juga tidak akan bisa terealisasikan jika kita tidak mendukung program tersebut. Dimulai dari kesadaran diri dalam membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah ke laut ataupun sungai, tidak menangkap ikan dengan cara salah, dll. Sebagai penambah wawasan, masyarakat Indonesia setidaknya mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per kapita per bulan. Kita tanpa sadar sudah mengonsumsi mikroplastik setiap harinya. Mikroplastik yang kita konsumsi berasal dari sumber air, seperti makanan laut (seafood). Permen karet yang sering sebagai jajanan kita juga mengandung mikroplastik yang mengandung elastomer sintesis dipakai pada produk lem. Bahkan garam juga mengandung mikroplastik di dalamnya. Akibat dari mengonsumsi mikroplastik terus-menerus akan menyebabkan asma, penyakit paru obstruktif kronik (COPD), hingga kanker. Pada ibu hamil dapat menyebabkan berkurangnya testis pada calon bayi, kerusakan sel epitel reproduksi, dan penurunan jumlah sperma. Lalu dengan masalah sebesar ini apa upaya bisa dilakukan? Ya balik lagi ke diri sendiri, kita harus bisa mengendalikan diri sendiri. Peduli lingkungan mulai dari sekarang, jika kita mendukung program pemerintah dalam ekonomi hijau maka kita akan perlahan-lahan mengurangi jumlah mikroplastik yang kita konsumsi setiap harinya. Sekian dari saya semoga bermanfaat buat kalian ke depannya, jaga kelestarian lingkungan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?