AI CHATGPT : Dua sudut pandang yang berbeda
AI CHATGPT : Dua sudut pandang yang berbeda
Oleh : Sella Cantika br. Tobing
Revolusi industri yang terjadi selama ini memberikan dampak yang sangat besar bagi perjalanan dunia. Dimulai dari penemuan mesin uap yang meningkatkan penghasilan per kapita negara pada revolusi industri 1.0, munculnya listrik yang membuat hasil produksi jauh lebih murah pada revolusi industri 2.0, mesin penggerak yang dapat berpikir secara otomatis seperti komputer dan robot pada revolusi industri 3.0, dan sampai pada teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber revolusi industri 4.0.
Saat ini, dunia telah memasuki revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 telah mengembangkan teknologi seperti internet, komputerisasi, microchip, internet of things (IoT), deep learning, kecerdasan buatan, machine learning. Kehadiran revolusi induatri 4.0 sangat berdampak positif dalam berbagai bidang di dunia, khususnya bidang pendidikan. Namun yang menjadi tren saat ini adalah kemunculan kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence).
lligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi, dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas. Perkembangan AI di Indonesia terjadi sangat pesat seiring semakin banyaknya pengguna internet. Tercatat ada 196,7 juta atau lebih dari 70% populasi Indonesia sudah menjadi pengguna akses internet, yang membuat data AI semakin berkembang. Perkembangan AI di Indonesia berjalan secara signifikan karena AI yang sudah diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Misalnya pada aspek ekonomi, bisnis, kesehatan, dan terutama pendidikan. Saat ini AI telah banyak membantu mahasiswa, dosen, dan tenaga pendidikan untuk melangsungkan pembelajaran dengan mudah melalui berbagai fitur yang disediakan oleh AI, misalnya kegiatan pembelajaran jarak jauh, analisis penelitian, dan lain sebagainya.
Sebagai seorang mahasiswa yang juga merupakan pelaku dari revolusi industri 4.0, tentu turut merasakan dampak dari kehadiran AI khususnya ChatGPT. ChatGPT (Generative Pretraining Transformer) adalah kecerdasan buatan yang cara kerjanya memakai format percakapan. Teknis sederhananya adalah seperti siswa yang bertanya dengan guru di kelas. Menurut Databoks, ChatGPT merupakan aplikasi AI yang paling banyak digunakan di Indonesia. Tercatat, sebanyak 52% responden telah menggunakan platform AI generatif tersebut.
Saat ini, kita melihat bahwa ChatGPT seakan sudah menjadi bagian yang tidak dapat lepas dari seorang mahasiswa. Hal yang perlu disoroti saat ini adalah bagaimana ChatGPT mempengaruhi mahasiswa dalam menjalani perkuliahan.
Mahasiswa tentu saja setuju jika kehadiran ChatGPT memberikan dampak yang positif untuk membatu mereka dalam perkuliahan. ChatGPT telah membantu mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah dengan waktu yang singkat. Teknologi AI ChatGPT dapat membantu dalam pengembangan keterampilan kritis, seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan kemampuan analisis. Selain itu, ChatGPT juga dijadikan mahasiswa sebagai asisten untuk berdiskusi sehingga kemampuan berpikir kritis akan semakin terasah. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, Berry Juliandi, menjelaskan bahwa AI dapat meningkatkan pengetahuan, mengetahui cara kerja otak manusia yang dapat dipilah melalui komponen AI, misalnya proses kognisi dan kerja memori. Lanjut dikatakan bahwaAI dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan fisik manusia. Namun, ada hal yang perlu menjadi sorotan bahwasannya kehadiran ChatGPT juga dapat membawa dampak negatif bagi mahasiswa. Dalam kata lain, AI hadir sebagai pisau bermata dua apabila tidak digunakan secara bijak.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan ChatGPT dapat menimbulkan ketergantungan. Belajar yang seharusnya menjadi tugas utama mahasiswa seakan tergerus oleh kehadiran ChatGPT. Profesor Bidang Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Daniel Ginting, S.S., M.Pd., mengatakan bahwa disisi lain, kita tidak dapat mengabaikan kelompok AI Enthusiast yang ternyata memiliki ketergantungan terhadap AI dalam pengerjaan tugasnya. Terakhir, sedikit sekali mahasiswa yang apatis dengan AI. Dalam data yang dipaparkan, terdapat 28% mahasiswa yang tergolong AI Enthusiast. Hal ini menjadi sangat mengkhawatirkan ketika mahasiswa beranggapan bahwa ChatGPT memang disediakan bagi mereka agar mereka tidak perlu belajar dengan serius. Pada dasarnya, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa dengan tujuan agar mahasiswa mengasah kemampuan nalar kritisnya, namun mahasiswa lebih memilih untuk langsung mengandalkan jawaban praktis dari ChatGPT daripada berfikir kritis. Ketergantungan berlebihan mahasiswa pada ChatGPT tentu berdampak buruk pada kualitas diri mahasiswa itu sendiri. AI seperti ChatGPT memberikan peringatan bagi para penggunanya.
Maka dari itu, mahasiswa harus jeli menilai dan memilah dari dua sudut pandang terkait dengan kehadiran AI. Kesadaran diri mahasiswa sangat dibutuhkan agar kemajuan teknologi yang ada benar-benar dapat dimanfaatkan tanpa menurunkan kualitas diri mahasiswa.
Komentar
Posting Komentar