Stop Merasa Insecure!

STOP MERASA INSECURE!

Oleh: Juni Dwi Kartika Hulu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, insecure merupakan perasaan tidak aman, tidak kuat, dan gelisah. Insecure merupakan tindakan dari emosi yang terjadi ketika kita menilai diri sendiri lebih buruk atau inferior daripada orang lain. Insecurity atau rasa tidak aman bisa menjadi masalah serius yang memengaruhi kesejahteraan dan performa akademik mahasiswa.

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketidakamanan diri adalah tekanan akademik yang tinggi. Seseorang seringkali merasa cemas dan takut tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan oleh universitas atau orang lain, beban studi yang berat, persaingan yang ketat, dan ekspektasi yang tinggi dapat menciptakan rasa tidak aman terkait dengan kemampuan akademik mereka yang memberikan dampak bagi mahasiswa tersebut. Hal yang dapat menyebabkan rasa insecure di kalangan mahasiswa salah satunya adalah ketika melihat pencapaian teman lebih daripada diri sendiri lalu mulai membandingkan dan merasa rendah diri.

Tekanan gaya hidup yang semakin tinggi di perkuliahan juga dapat mendasari rasa insecure. Di perkuliahan, tentunya kita akan menemui berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kita bisa menemui mahasiswa yang berangkat kuliah dengan mengenakan pakaian yang mahal dan gaya yang stylish, sehingga akan membandingkan penampilan diri sendiri dengan orang lain. Status sosial juga berperan penting dalam menciptakan rasa tidak aman di kalangan mahasiswa. Mahasiswa seringkali terjebak dalam perbandingan sosial yang merugikan, dengan melihat prestasi dan kehidupan yang sempurna dari orang lain. Rasa tidak puas dengan diri sendiri dan perasaan kurang berharga dapat muncul karena perbandingan tersebut. Kita tau bahwa saat ini media sosial sangat mempengaruhi kaum muda dalam membentuk kepribadian yang dimana gampang untuk terpengaruh dengan hal-hal duniawi.

Berikutnya insecure dalam hal keuangan juga merupakan faktor yang signifikan dalam menciptakan rasa tidak aman di kalangan mahasiswa. Biaya kuliah yang tinggi, beban hidup, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar dapat memicu kekhawatiran dan stres terkait dengan masa depan keuangan mereka. Selanjutnya juga tekanan emosional dan masalah kesehatan mental seringkali dialami oleh seorang mahasiswa. Dimana tuntutan akademik yang dimana membuat mahasiswa mengalami tertekan karena keadaan di lingkungan kampus atau dikarenakan oleh teman-teman yang di lingkungan sekitar dan juga perubahan lingkungan, tekanan keluarga, dan masalah pribadi yang dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan ketidakamanan emosional. Mahasiswa mungkin merasa terisolasi dan tidak mampu mengatasi tantangan yang mereka hadapi, yang kemudian dapat mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan.

Upaya dalam mengatasi insecurity di kalangan mahasiswa yaitu tantangan yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang holistik. Dimana beberapa langkah yang dapat diambil untuk hal ini yaitu: meningkatkan kesadaran akan masalah ini dengan pendidikan dan diskusi terbuka tentang ketidakamanan diri di kalangan mahasiswa dapat membantu mengurangi stigma yang terkait dengan hal tersebut. Seminar, lokakarya, dan kampanye kesadaran dapat memberikan informasi yang penting dan mempromosikan solidaritas antar mahasiswa. Membangun lingkungan kampus yang inklusif dan mendukung. Kampus harus menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif, di mana mahasiswa merasa didengar, dihargai, dan diberdayakan. Fasilitas fisik yang nyaman, kebijakan anti-pelecehan, dan sumber daya yang mudah diakses seperti pusat bantuan mahasiswa dapat membantu mengurangi ketidakamanan.

Berikutnya menyediakan layanan dukungan akademik dan konseling, kampus juga harus memastikan ketersediaan layanan dukungan akademik dan konseling yang mudah diakses bagi mahasiswa. Konselor yang berpengalaman dapat membantu mahasiswa dalam mengatasi tekanan akademik dan emosional, sambil memberikan bimbingan untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola ketidakamanan diri.

Selanjutnya mendorong kolaborasi dan dukungan sosial yang dimana seperti kelompok studi atau organisasi mahasiswa, dan keluarga dapat membantu mengurangi rasa terisolasi dan membangun jaringan dukungan sosial. Mengadakan kegiatan sosial dan olahraga juga dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Selanjutnya mempromosikan keseimbangan dan kesejahteraan holistik artinya kampus harus mendukung pendekatan keseimbangan dan kesejahteraan holistik bagi mahasiswa termasuk mempromosikan gaya hidup sehat, seperti tidur yang cukup, makan dengan gizi seimbang, dan olahraga teratur. Mengedepankan kesadaran diri, meditasi, dan kegiatan kreatif juga dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kesejahteraan mental. Terakhir, mahasiswa harus fokus pada diri sendiri dan potensi yang dimilikinya. Kita harus mengetahui apa saja minat, bakat, dan potensi yang kita miliki. Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa berfokus untuk mengembangkan apa saja kelebihan kita dibandingkan terpaku pada kelemahan dan membandingkan diri dengan orang lain.

Dengan melakukan beberapa langkah untuk mencegah insecurity tersebut dan meningkatkan self development seseorang akan mengurangi dan mencegah rasa insecure tersebut. Jadi, alangkah jauh lebih baik memperbaiki diri, mengembangkan diri daripada kebanyakan insecure dengan oranglain atau lingkungan sekitar, dan tetap bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dan diri sendiri atas hal yang sudah dapat kita lakukan dan capai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?