Resume Diskusi Media Sosial "Kartu Pra Kerja, Terobosan atau Pemborosan?"


Diskusi Sosial Media :”Kartu Pra Kerja, Terobosan atau Pemborosan?” telah terlaksana pada hari Jumat, 1 Mei 2020 pukul 20.00-22.40 WIB. Adanya penambahan waktu 40 Menit disebabkan para partisipan yang masih antusias mengemukakan pendapatnya. Diskusi ini diikuti oleh 58 orang AKK. Moderator diskusi ialah Tri Jesica Banjarnahor (Akuntansi 2018) yang merupakan anggota Divisi Diskusi.

Diskusi diawali dengan sapaan salam, bincang santai, dan perkenalan diri oleh Moderator. Moderator juga menyapa beberapa Alumni Campus Concern FEB USU yang tergabung dalam diskusi tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan referensi terkait topik diskusi dan menjelaskan aturan pelaksanaan diskusi media social ini. Sesi diawali dengan kata pengantar dari moderator; isu yang akan dibahas.

Kartu Pra Kerja adalah Program pengembangan kompetensi berupa bantuan biaya yang ditujukan untuk pencari  kerja, pekerja ter-PHK atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Kartu Pra Kerja tidak hanya untuk mereka yang sedang mencari pekerjaan, namun juga buruh, karyawan dan pegawai. Bahkan pasangan suami istri yang berpotensi menjadi keluarga miskin pun boleh mengikutinya. Salah satu program unggulan dalam kampanye politik Presiden Jokowi soal Kartu Pra Kerja sudah diberlakukan sejak April tahun ini. Tujuan program ini adalah mengurangi pengganguran maupun mencegah pengganguran kembali.

Peluncuran Kartu Pra Kerja menyedot APBN hingga Rp. 20 T secara keseluruhan untuk alokasi ditahun 2020. Sementara pagu anggaran untuk penyelenggaraaan pelatihan Kartu Pra Kerja, ditetapkan sebesar 5,6 T. Peluncuran Kartu Pra Kerja di tengah pandemic virus corona ini menuai kritik. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pada kondisi pandemi virus corona, masyarakat lebih membutuhkan stimulus dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) untuk mendorong daya beli di tengah lesunya perekonomian daripada sebuah pelatihan. Sejak Penerbitannya, berbagai kendala juga dihadapi. Mulai dari sulitnya jaringan atau biaya internet untuk mengakses pelatihan, serta para pendaftar juga mengeluhkan susahnya mengakses situs yang disediakan untuk mendaftar.

Moderator menanyakan apakah kartu Pra Kerja ini merupakan solusi yang tepat dalam pengembangan kompetensi SDM di Indonesia? Apakah sosialisasinya sudah Maksimal ?

Berbagai tanggapan pro dan kontra disampaikan oleh peserta diskusi. Menurut peserta, program ini adalah salah satu cara yang dapat mengembangkan kompetensi SDM di Indonesia karena Kartu Pra Kerja dapat meningkatkan akses keterampilan bagi anak anak muda, para pencari kerja, dan mereka yang mau berganti pekerjaan atau dengan kata lain dapat membentuk SDM yang unggul dalam bersaing. Melihat dari segi sosialisasinya, peserta diskusi ada yang berpendapat bahwa Pemerintah sudah gencar menginformasikannya, baik melalui televisi, internet, termasuk berita dari orang ke orang. Sementara peserta diskusi yang lain merasa bahwa sosialisasi yang dilakukan pemerintah belumlah maksimal.

Selanjutnya Moderator menanyakan keefektifan penggunaan dana (5,6 T) untuk pelatihan penggunaan Kartu Pra Kerja.

Sebagian peserta beranggapan bahwa program ini mengakibatkan pemborosan. Karena dalam praktiknya dan apabila dilihat dari prospek jangka pendek, yang diuntungkan adalah platform penyedia kursus yang terlibat didalamnya. Beberapa berpendapat bahwa ditengah pandemi saat ini, masyarakat lenih membutuhkan bantuan yang mampu meningkatkan daya beli  masyarakat, seperi BLT dan bantuan sejenisnya. Beberapa peserta beranggapan daripada menyewa platform kursus daring, pemerintah membuat Youtube Channel sebagai sarana untuk mengakses pelatihan tersebut sehingga dapat menghemat Anggaran jika memang pelatihan harus secara daring.

Beberapa peserta diskusi  juga memandang hal ini efektif  karena untuk mencapai tujuan Kartu Pra Kerja itu sendiri hanya saja, saat ini kondisi nya kurang tepat. Alasannya seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.

Kemudian Moderator memberikan pertanyaan terakhir, Dapatkah Kartu Pra Kerja ini mengurangi dampak pengganguran di masa depan?

Peserta berpendapat bahwa Kalau ditinjau dari pelaksanaannya yang dilakukan sekarang, belum mampu mengurangi dampak pengganguran, tetapi jika hasil dari pelaksanaan pelatihan ini dilihat dari pelaksanaanya yang dimulai setelah pandemi ini, maka mungkin akan ada kemungkinan pengurangan terhadap jumlah pengganguran.

Diskusi ini diahiri dengan pernyataan penutup dari Moderator.
Kartu Pra Kerja merupakan salah satu solusi yang cukup tepat untuk mengembangkan kompetensi SDM di Indonesia. Terkhusus bagi masyarakat yang memang membutuhkan keahlian khusus yang setara dengan pekerjaan yang dituju. Namun sayangnya, sosialisasi yang digalakkan belumlah maksimal sehingga pendaftaran pun mengalami kendala. Terlebih lagi tidak semua masyarakat Indonesia, yang mendapatkan Kartu Pra Kerja, memiliki fasilitias memadai, seperti sinyal dan gawai yang sesuai untuk menunjang pelatihan ini.

Penggunaan dana 5,6 T untuk pelatihan penggunaan Kartu Pra Kerja kurang efektif karena melibatkan platform berbayar karena banyak platform gratis yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang program ini yang  dapat membantu menghemat anggaran.

Kartu Pra Kerja bisa digunakan untuk mengurangi pengganguran jika program yang diberikan memang yang dibutuhkan oleh dunia kerja, disamping itu Kartu Pra Kerja juga memberikan pelatihan agar bisa membuka usaha sendiri.

Diskusi ini diakhiri dengan salam dari moderator serta pesan singkat pada para peserta untuk tetap menjaga kesehatan dan semangat menjalani perkuliahan semester ini dan Moderator berharap para peserta diskusi untuk lebih semangat di diskusi selanjutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?