Menentang Paradigma Lama? Berani aja - Ester (Akt 2018)
Siapa saja pasti terkejut terhadap suatu perubahan dalam bentuk apapun itu. Meskipun pada akhirnya perubahan yang dilakukan masyarakat secara massif dan terus-menerus akan menjadi kebudayaan baru di masyarakat itu sendiri. Di era ini, kita sebagai kaum milenial seakan-akan hidup diantara dua budaya lintas generasi. Sebut saja “budaya lama” dan “budaya baru”. Terdapat perbedaan mendasar antar dua budaya tersebut. Budaya lama yang berisi aturan-aturan dasar terhadap segala sesuatu yang mementingkan nilai-nilai dasar, nilai sopan santun, dan adat istiadat yang berlaku, sangat berbeda dengan gaya milenial saat ini. Generasi kini lebih menyukai hal-hal yang berbau praktis serta efisien perihal waktu dan tenaga. Perbedaan tersebut yang sering menyebabkan perdebatan antara orangtua dengan anak-anak saat ini.
Seperti hal nya dalam bimbingan belajar, tentunya kedua pihak baik anak maupun orangtua setuju untuk si anak mengikuti bimbel. Dewasa ini, metode bimbel tidak hanya dengan tatap muka. Bimbel dengan metode online sudah cukup meluas di dunia pendidikan. Layanan solusi belajar online yang hadir di Indonesia ialah Quipper. Menurut Wikipedia, Quipper hadir di Indonesia pada tahun 2014. Quipper video menjadi layanan paling dominan diminati di Negara kita disbanding dua layanan lainnya (Quipper School dan Quipper Campus).
Munculnya metode online menimbulkan perbedaan antara orangtua dan anak dalam pemilihan metodenya. Orangtua, dengan paradigma lama, meyakini bahwa metode yang paling tepat tentunya ialah dengan metode tatap muka. Metode tatap muka diyakini lebih terjamin kualitasnya dimana si anak dapat fokus kepada materi yang dipelajari, bebas dalam berinteraksi secara langsung dengan tentor atau pengajar, terlatih untuk berpikir kritis, bahkan terarah dalam pendalaman materi pelajaran. Orangtua juga tak melulu memantau proses belajar si anak selama bimbel berlangsung karena, orangtua secara tidak langsung juga mempercayakan anaknya untuk diawasi dan dibimbing selama proses bimbel tersebut.
Bagaimana halnya bimbel dengan metode online? Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kaum milenial senang dengan hal-hal yang praktis dan efisien. Kemudahannya di akses kapan saja dan dimana saja, rentang waktu yang tidak terbatas, biaya yang dihabiskan tidak besar, informasi yang lebih up to date, bahkan bimbel online tak jarang menyediakan rumus-rumus jitu yang praktis dan cepat sehingga memudahkan si anak untuk lebih memahami materi pelajaran. Suasana belajar pun cukup santai. Kita dapat mengulang materi yang dijelaskan kapan saja, gaya penyampaian pengajar dalam bimbel online pun cukup inovatif dan kreatif. Kualitas-kualitas inilah yang sedikit banyaknya menentang paradigma lama para orang tua di era ini.
Tidak hanya sebatas poin-poin unggul saja, bimbel online pun sudah banyak menunjukkan keunggulannya dalam membawa pelajar meraih prestasi terbaik. Dilansir dari official website bimbel online Ruangguru, mereka menyampaikan testimoni para siswa yang jebol di Perguruan Tinggi Negeri berkat jasa bimbel online yang cukup menolong mereka. Bahkan nih, Kemendikbud pun sudah memiliki bimbel online yang dapat diakses secara gratis bagi siapa saja.
Jika kita perhatikan kembali, kedua metode ini cukup memiliki kekuatannya masing-masing. Hidup di zaman yang penuh dengan otomatisasi seyogianya hidup dengan paradigma yang baru. Bahkan tidak hanya genarasi seperti kita saat ini yang suka dengan semua yang serba praktis, orangtua pun tak dapat dipungkiri menyukainya. Banyak di antara mereka yang bahkan berusaha untuk mengikuti trend nya teknologi masa kini. Hanya saja, ada beberapa alasan yang membuat para orangtua kekeuh dengan paradigma warisan nenek moyang kita.
Terbiasa dengan kebudayaan baru yang serba praktis dan efisien tadi secara tidak langsung membuat kita terlihat santai, simple, kurang serius, bahkan buruknya lagi kita terlihat malas. Jika dikaitkan dengan bimbel online, orangtua mungkin kehilangan kepercayaan kepada kita ketika mereka melihat kita duduk di teras rumah sambil membuka laptop dan mendapati secarik kertas sedikit bertebaran di sekitar dudukan kita. “Mana ada sih bimbel kaya gitu. Masa bimbel cuma liatin video aja di laptop? Palingan juga sambil buka youtube sama game online”. Atau bahkan pernyataan yang timbul seperti “Mana bisa kamu serius belajar kalau dengan cara yang begitu. Kamu terbiasa menerima bersih materinya aja. Kalau ada yang mau ditanyakan, gimana cara minta jawabannya? Kebiasaan kamu, ntar jadi malas mikir”
Membangun kembali rasa percaya orangtua terhadap kita kini menjadi tugas tambahan bagi generasi milenial agar mampu mempertahankan paradigma barunya. Berbicara tentang membangun kepercayaan memang tidaklah mudah untuk dilakukan. Inilah tantangan yang harus diterima kaum muda seperti kita di era ini. Anak muda masih banyak yang nyaman dengan mental melempemnya. Tak jarang para orangtua yang pada akhirnya menganggap remeh generasi kini.
Persoalan tentang kehidupan anak muda tidak pernah ada putus-putusnya di sepanjang peradaban. Sejak semula pun, Alkitab cukup banyak menuliskan nasihat untuk generasi muda. 1 Timotius 4:12 menjadi ayat paling familiar di telinga kita. Pertanyaannya, sudahkah kita tergerak untuk menjadi “engkau” di dalam ayat tersebut? Ayo, kita patahkan paradigma lama yang membayangi kita di era ini. Kita muda, dapat dipercaya!
Komentar
Posting Komentar