Resume Diskusi "Keterampilan Dasar Organisasi"





            Diskusi dengan judul “Keterampilan Dasar Organisasi” merupakan program kelima dari Divisi Diskusi pada Semester A Campus Concern FEB USU. Adapun sasaran kualitas dari program ini yaitu AKK dibukakan dan mengetahui tentang keterampilan dasar organisasi. Diskusi dilaksanakan pada Jumat, 10 Mei 2019 pukul 14.45 WIB di ruang GBR 112. MC pada diskusi ini adalah Eliasna Sinulingga (Manajemen angkatan 2018) dan Gitaris adalah Rido Purba (Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016). Moderator pada diskusi ini adalah Jessica Pradipta (Akuntansi Angkatan 2016), dan dua orang pemateri; Pemateri I adalah Edelis David Mulana Ginting (Manajemen Angkatan 2015) yang merupakan Gubernur Mahasiswa FEB USU 2018/2019, dan Pemateri II adalah Hartati Sihombing ( Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016) yang merupakan Sekretaris Departemen Kajian dan Aksi Strategis PEMA FEB USU 2018/2019.


           Diskusi diawali dengan nyanyian dan bermazmur dari MC, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dibawakan oleh moderator. Pembahasan diskusi dimulai pada pukul 15.07 WIB. Moderator mengarahkan peserta untuk duduk membentuk setengah lingkaran agar peserta diskusi dapat memahami topik dengan baik. Pemateri I mulai memaparkan materinya pada pukul 15.11 WIB. Ia menjelaskan tentang “How to be a great leader”. Pemateri I bertanya kepada peserta tentang pandangan umum mengenai kepemimpinan dengan menunjuk beberapa peserta untuk menjawab pertanyaannya. Jawaban yang didapatkan dari pertanyaan tersebut antara lain: “Pemimpin merupakan pengarah dan panutan” (Angel, Manajemen 2016), “pemimpin adalah orang yang memimpin” (Johan, Akuntansi 2018), pemimpin adalah center/pusat (Selistio, Ekonomi Pembangunan 2018). Pemateri I menyimpulkan bahwa pemimpin ialah “someone who’s able to take his/her followers to a better future”. Selanjutnya, Pemateri I memaparkan beberapa foto tokoh pemimpin seperti Adolf Hitler, Soekarno, Jokowi, Prabowo, dan dirinya sendiri. Dan beberapa peserta diminta menjelaskan tokoh tersebut. Hitler merupakan pemimpin diktator namun mampu membawa pengikutnya ke arah yang lebih baik pada Perang Dunia I dengan slogan “Jerman di atas segalanya”. Pendapat salah satu peserta yaitu Mutyara (Ekonomi Pembangunan 2016), Soekarno merupakan presiden Indonesia yang pertama, penganut marhaenisme dan meyakinkan Indonesia tentang Pancasila sebagai dasar negara. Menurut Regina (Manajemen 2018) dan Rudi (Ekonomi Pembangunan 2017), Jokowi merupakan Presiden Indonesia saat ini, di mana ia merupakan pemimpin yang sangat merakyat. Pendapat Jenny (Akuntansi 2017), Prabowo merupakan pemimpin yang diterpa banyak tuduhan dan jenderal termuda di Indonesia saat itu. Pemateri I bertanya ke beberapa pesert, apakah mereka ingin menjadi pemimpin seperti tokoh-tokoh yang ditayangkan tadi. Bagi Rudi, ia ingin merakyat seperti Jokowi. Namun, menurut Christine (Ekonomi Pembangunan 2016), urusan pemimpin bukan hanya dekat dengan rakyat karena masih banyak yang harus dibenahi. Pemateri II turut memberi pandangan. Baginya, ia tidak ingin menjadi pemimpin seperti tokoh-tokoh tersebut, karena setiap orang punya cara kepemimpinannya sendiri, namun menggabungkan ideologi boleh-boleh saja.


                Pemateri I mengatakan bahwa seorang pemimpin harus bisa memenangkan hati rakyat dan kepercayaan rakyat. Pemimpin tidak bisa instan, bukan hanya kampanye yang diperlukan. Menjadi Ketua Kelas juga berarti harus memenangkan hati dan kepercayaan teman-temannya. Menurutnya, “All great leader always said 2 words: “What’s Next?” Artinya, pemimpin harus tahu apa yang harus dikerjakan selanjutnya. Pemimpin juga harus mampu memberikan pemahaman visinya kepada semua orang. “Visi saya menjadikan PEMA ramah untuk semua orang, bukan berbicara siapa yang megang dan siapa yang punya kepentingan. Misinya, (1) Orang yang datang ke PEMA akan disambut dengan baik oleh pengurus, dan PEMA segera memberikan solusi atas keluhan-keluhan yang disampaikan; (2) PEMA turun tangga dalam menangani masalah mahasiswa. Dalam hal ini, PEMA berusaha membuat kajian terkait masalah yang diajukan dan menjumpai pihak yang berkepentingan akan hal itu.


                Kemudian, Pemateri I menunjuk beberapa peserta diskusi untuk menyampaikan visinya dan beranggapan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Yulia Sitinjak (Akuntansi 2016) berkata, “Visi saya adalah menjadi role model, walaupun hanya di balik layar.” Ellys (Ekonomi Pembangunan 2017) juga memberi pandangan, “Visi saya adalah berdampak di lingkungan sekitarku.” Pemateri I juga menanyakan peserta tentang keuntungan terlibat dalam organisasi. Selistio mengatakan bahwa berorganisasi dapat menunjang skill karena ada terdapat banyak skill yang tidak ditemui bila hanya belajar akademis. “Bekerjasama dengan orang lain dapat menjadikan kita supel, pemberani, cerdas, serta berpengalaman.” Pemateri I mengatakan, mahasiswa yang terlibat di organisasi sedang diajarkan menjadi pemimpin. Artinya, kita harus speak up ketika visi pribadi berbeda dengan visi yang diangkat pemimpin dalam organisasi. Hal yang harus diperhatikan dalam berorganisasi, yaitu; (1) Organisasi penting, tetapi kuliah tetap terpenting, (2) sampaikan visi, dan (3) berikan masa depan yang lebih baik pada pengikut.

         Selanjutnya, Moderator mengambil alih diskusi, kemudian melanjutkan diskusi dengan menyerahkan kembali kepada pemateri untuk melanjutkan materi tentang komunikasi dalam organisasi. Pemateri I mengatakan organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang punya tujuan yang sama. Pemateri membahas gaya komunikasi, “Do I have a good public speaking?”. Pemateri I memutarkan tayangkan video, kemudian menunjuk peserta diskusi untuk menjelaskan cara komunikasi di video tersebut. Rido (Ekonomi Pembangunan 2016) mengatakan bahwa cara komunikasinya mampu mempengaruhi orang lain, artinya apa yang dikatakannya cukup mampu menggerakkan teman-temannya. Pemateri I menambahkan, video itu menceritakan posisi pemimpin ketika he’s nobody. Dia seorang anak petani yang gugur melawan Inggris, lalu diajari pamannya menggunakan otak sehingga ia mampu membuat freedom bagi Skotlandia.


              Poin penting dalam public speaking yaitu menguasai materi, berbicara di depan dengan baik. Kemudian Pemateri I menanyakan peserta diskusi terkait siapa yang punya masalah terkait public speaking. Pemateri I menunjuk Yulia Ginting (Akuntansi 2016) untuk menjelaskan ilmu akuntansi kepada forum. Pemateri I pun menilai dan berpendapat bahwa gugup bisa dikurangkan dengan mengatur kecepatan intonasi, memainkan gesture, dan memperjelas volume suara. Agus Marsel (Akuntansi 2017) diminta menjelaskan renang sebagai hobi. Penilaian oleh Pemateri I yaitu Agus masih terlihat gugup. Sarannya, jangan tampakkan rasa gelisah di depan audience, gerakkan gestur yang santai. Rasa terteror dapat diatasi dengan memandang audience, tapi jangan keseluruhan. fokuskan pandangan ke beberapa orang saja.

            Kemudian, Mutyara bertanya bagaimana agar tetap terlihat pintar dan menguasai pembahasan apabila melakukan public speaking dalam bentuk Focus Group Discussion yang tidak boleh mendominasi. Pemateri I menegaskan bahwa public speaking berbeda dengan FGD. Namun gunakan gestur tangan untuk mengurangi kegugupan, dan jangan bergoyang. Jadi, kiat-kiat untuk public speaking yang baik adalah; (1) Lebih tenang, (2) perjelas intonasi dan atur kecepatan berbicara, dan (3) gestur sepenuhnya.


          Selanjutnya, diskusi masuk ke sesi ketiga yaitu pembuatan laporan. Moderator membagi peserta diskusi menjadi 4 kelompok bagian, lalu mengalihkan diskusi kepada Pemateri II. Pemateri II mengatakan bahwa proposal merupakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kegiatan berupa tulisan yang dijelaskan secara sistematis dan terperinci. Ciri-ciri proposal yakni memuat: (1) pihak yang mengajukan, (2) pihak yang menyetujui, (3) Gambaran Umum, (4) Rangkuman Kegiatan, dan (5) Pemberitahuan pertama.

           Manfaat proposal antara lain sebagai perencanaan jelas yang mengarahkan panitia dalam menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan, penjelasan tertulis bagi pihak yang berkontribusi, dan meyakinkan donator/sponsor. Bagian-bagian proposal yaitu pendahuluan, landasan, tujuan, nama dan tema, bentuk, waktu, pelaksana, struktur panitia, susunan acara, anggaran dana, penutup, dan lembar pengesahan. Sedangkan, bagian-bagian dalam Laporan Pertanggungjawaban yaitu: Pendahuluan, nama kegiatan, tujuan dan sasaran, waktu pelaksanaan, peserta kegiatan, narasumber.

            Setelah itu, Pemateri meminta masing-masing kelompok untuk melakukan praktik membuat Proposal ataupun Laporan Pertanggungjawaban lalu mempresentasikannya. Lalu Moderator meminta masing-masing kelompok memaparkannya.


              Kelompok 1 diwakili Eliasna memaparkan proposal “Perpisahan SMA”


             Kelompok 2 diwakili Selistio memaparkan proposal “Kegiatan Jurnalistik”


             Kelompok 3 diwakili Agus Marsel memaparkan proposal “ Diskusi CC (Milenial)”


             Kelompok 4 diwakili Gilberd memaparkan proposal “Seminar Desain Grafis”



             Pemateri II menilai proposal yang dibuat oleh peserta. Dasarnya cukup bagus, unsur-unsurnya sudah tepat untuk masing-masing kelompok. Menurutnya, proposal terbaik ialah proposal yang dibuat oleh Kelompok 2.

                 Di akhir sesi materi, Moderator mengarahkan Pemateri I dan II untuk memberikan closing statementnya. Pemateri I berkata, “Kata Agus Salim, Kepemimpinan itu Leiden is Lidjen”. Perhatikan teknik menghadapi audience dalam public speaking. “Mulai hari ini, speak up for yourself sampaikan ide jangan jadi sampah dan tunjukkan jati diri kepada dunia,” ujarnya. Bagi Pemateri I, untuk menjadi pemimpin juga harus sering berdoa pada Tuhan. Pemateri II berkata, “Silakan kritisi proposal/LPJ apabila terdapat kesalahan, jangan hanya ikut-ikutan dalam suatu kepanitiaan/organisasi. Instansi terkadang melihat bentuk dan ketepatan unsur-unsur jadi mereka tidak berpikir kita butuh dana saja.”

            Kemudian moderator mengalihkan forum kepada MC. Peserta diminta mengisi kuesioner yang diperoleh sebagai indikator dalam mengukur sasaran kualitas yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, MC mengambil alih forum dan menutup diskusi dengan bernyanyi lagu pujian dan berdoa. Setelah itu, pengurus melakukan evaluasi bersama setelah peserta meninggalkan ruangan. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan adalah 36 AKK, dan yang datang sebanyak 28 peserta (27 AKK UP FEB dan 1 AKK UP Psikologi), sehingga hasil yang diharapkan secara kuantitas tidak tercapai. Divisi Diskusi Campus Concern FEB berharap AKK semakin diisi dan terbeban untuk hadir dalam Diskusi CC berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?