GENERASI HARAPAN BANGSAKU (oleh Hartati Sihombing)
Hari Kebangkitan
Nasional merupakan hari yang menjadi momentum perjuangan seluruh rakyat
Indonesia yang ditandai dengan kelahiran organisasi Budi Oetomo pada tanggal 20
Mei 1908. Menjadi awal baru bagi pemuda Indonesia untuk membangkitkan nasionalisme dan semangat perjuangan
untuk kemerdekaan Indonesia. Banyak hal yang telah dilalui rakyat Indonesia,
termasuk pemerintah terdahulu dalam mewujudkan kemerdekaan itu, hingga akhirnya
kita bisa menikmati kehidupan seperti saat ini.
Kembali
mengingat bagaimana perjuangan para pahlawan kita yang dulu, sebagai generasi
harapan Indonesia seharusnya kita meneruskan perjuangan mereka. Hari
Kebangkitan Nasional tidak cukup hanya diumumkan atau diadakan upacara
peringatan (formalitas). Diharapkan kesadaran penuh dari penerus bangsa untuk
dapat memaknai hari Kebangkitan Nasional ini. Memperbaiki diri, mengisi diri,
dan berkontribusi untuk negeri. Ketika kita sudah diberikan kesempatan yang
baik untuk menikmati apa yang leluhur kita tinggalkan, mengapa kita tidak
dengan baik menjaga Nasionalisme kita? Banyak generasi bangsa yang hanya
tinggal berpangku tangan, menunggu apa yang akan terjadi dengan Negara ini
sembari menonton. Ketika para pemuda khususnya mahasiswa sekarang ini sudah
menikmati hasil dari perjuangan leluhur, kini saatnya untuk melanjutkan
perjuangan mereka dengan mengaktualisasikan kemerdekaan menjadi pilar kemajuan
bangsa.
Sejarah
telah mencatat bahwa kaum muda juga berperan dan berpartisipasi aktif dalam
setiap gerakan politik untuk mencapi cita-cita kemerdekaan bangsa dan negara.
Mahasiswa merupakan investasi utama yang dimiliki oleh sebuah negara yang
progressif-revolusioner. Untuk bisa
berpartisipasi aktif, mahasiswa diharapkan mengisi diri dengan membaca buku.
Seperti yang kita tahu, banyak pepatah yang mengatakan Buku itu adalah gudang
ilmu, Buku itu adalah jendela dunia. Kita tahu pada hakekatnya, tanpa buku kita
tidak akan berilmu.
Hari buku nasional diperingati setiap tanggal 17 Mei
yang diambil dari momentum peresmian
Perpustakaan Nasional pada tahun 1980 oleh Menteri Pendidikan Naional RI, Abdul
Malik Fajar. Tujuan dijadikannya hari Buku Nasional adalah untuk meningkatkan
minat dan kegemaran untuk membaca.
Survei UNESCO menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia itu
hanya 0,001%, atau dari 61 negara
Indonesia menempati urutan ke 60. Miris bukan? Meskipun usaha untuk menarik
perhatian masyarakat dalam hal membaca (khususnya buku) sudah dilakukan
pemerintah dan pihak-pihak tertentu, tapi itu seperti hal yang sia-sia. Karena
membaca itu sudah membosankan. Di tengah pesatnya perkembangan Teknologi masa
kini, sudah banyak orang termasuk mahasiswa lupa akan pentingnya buku. Banyak
alasan mengapa orang sepertinya tidak menggubris buku lagi diantaranya banyaknya
tempat-tempat dan hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Manusia lebih senang berinteraksi langsung dengan orang dibandingkan dengan
membaca.
Kini, banyak
alasan untuk menghindari ajakan untuk
membaca buku. Tapi jika kita tinjau
lebih jauh lagi tanpa membaca buku niscaya kita tidak bisa mengisi diri. Mari mengisi
diri dengan hal yang sederhana
terlebih dulu. Sadar untuk mengisi diri dari hal membaca buku dan mari bersama membudayakan
membaca untuk menjadi generasi penerus bangsa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar