Anak muda itu jaim "katanya"
Aku hidup, aku juga muda. Dan aku pun hidup di tengah kemudahan. Yaa,
karena aku hidup di zaman ini, atau yang biasa disebut sekarang “post
modernisme”. Segala sesuatu adalah relatif itu kata zaman ini. Semua
manusia berlomba untuk merelatifkan segala sesuatunya sesuka hatinya.
Masing – masing membuat standar untuk melangsungkan kehidupannya. Seolah
tiap orang menjadi tuan atas sekitarnya. Memang tidak banyak terlihat
penindasan di sana – sini, seperti cerita kerajaan atau zaman
penjajahan. Tapi penindasan itu tetap ada “sebenarnya” meski bentuknya
yang diperhalus.
ya ketika "I"berada di centrenya (re:sIn).
Aku dengan orang – orang muda di sekitarku ada di zaman ini. Kami pun mendirikan standar – standar sendiri atas hidup yang kami jalani . Tren update di media sosial dan selfie sesuka hati adalah aktivitas yang banyak digandrungi sebagai penghias zaman ini. Tidak ada yang salah sih dari aktivitas ini. Hanya saja cerita miris terbesit disini. Di saat setiap orang melakukannya di atas batas wajar dan di saat setiap orang serasa diperhatikan oleh dunia atau sebut saja para pengikut di akun dunia mayanya. Di sinilah virus itu terinfeksi dan jadi penyakit. Di sinilah cerita membangun kerajaan sendiri dan penindasan karakter terhadap orang lain pun tertoreh.
ya ketika "I" berada di centrenya (re:sIn).
Dan ada satu fenomena tentang zaman ini yang masih menggelitik di benakku. Meskipun aku sendiri masih ragu dan masih belum menerima kalau hal ini adalah pengaruh dari zaman ini. Ketika setiap anak muda yang secara tidak sengaja dipertemukan dalam satu kelompok dan berada di sana dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun tidak menemukan kualitas hubungan yang berarti, seberarti kuantitas waktu itu. Prasangkaku sementara sih, hal ini terjadi karena masing – masing masi berada di zona nyamannya. Ketika semuanya menjaga tembok perlindungannya yang secara tidak sadar tembok itu pun menghambat akses orang lain untuk mengenal dirinya.
Ahh, sudahlah.Mungkin si penulis yang berlebihan kaliii yaa. Ahh, entahlah. Mungkin anak muda itu hanya jaim – jaim sajaa sejenak.
Bintang Tambunan
Akuntansi 2012
ya ketika "I"berada di centrenya (re:sIn).
Aku dengan orang – orang muda di sekitarku ada di zaman ini. Kami pun mendirikan standar – standar sendiri atas hidup yang kami jalani . Tren update di media sosial dan selfie sesuka hati adalah aktivitas yang banyak digandrungi sebagai penghias zaman ini. Tidak ada yang salah sih dari aktivitas ini. Hanya saja cerita miris terbesit disini. Di saat setiap orang melakukannya di atas batas wajar dan di saat setiap orang serasa diperhatikan oleh dunia atau sebut saja para pengikut di akun dunia mayanya. Di sinilah virus itu terinfeksi dan jadi penyakit. Di sinilah cerita membangun kerajaan sendiri dan penindasan karakter terhadap orang lain pun tertoreh.
ya ketika "I" berada di centrenya (re:sIn).
Dan ada satu fenomena tentang zaman ini yang masih menggelitik di benakku. Meskipun aku sendiri masih ragu dan masih belum menerima kalau hal ini adalah pengaruh dari zaman ini. Ketika setiap anak muda yang secara tidak sengaja dipertemukan dalam satu kelompok dan berada di sana dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun tidak menemukan kualitas hubungan yang berarti, seberarti kuantitas waktu itu. Prasangkaku sementara sih, hal ini terjadi karena masing – masing masi berada di zona nyamannya. Ketika semuanya menjaga tembok perlindungannya yang secara tidak sadar tembok itu pun menghambat akses orang lain untuk mengenal dirinya.
Ahh, sudahlah.Mungkin si penulis yang berlebihan kaliii yaa. Ahh, entahlah. Mungkin anak muda itu hanya jaim – jaim sajaa sejenak.
Bintang Tambunan
Akuntansi 2012
Komentar
Posting Komentar