Training: Leadership
TRAINING
LEADERSHIP
Training berjudul
“Leadership”
merupakan program ketiga dari Divisi Jaringan Campus Concern FEB USU yaitu Pembekalan AKK yang kedua dan
diadakan di semester A tahun 2023. Adapun sasaran kualitas dari program
pembekalan ini adalah AKK dibekali untuk memahami pentingnya organisasi dan
memiliki kemampuan kepemimpinan, AKK termotivasi untuk terjun ke peran
strategis dan AKK termotivasi untuk mengembangkan keterampilan non teknis (softskills)
terutama dalam berpikir kritis. Tujuan kegiatan training ini adalah peserta diskusi (AKK) dibekali
mengenai pemahaman dan pengetahuan mengenai kepemimpinan, peserta diskusi (AKK) dibekali
untuk mengenali tipe/gaya kepemimpinan dan penerapannya dan peserta diskusi (AKK)
termotivasi untuk mengemukakan pendapat.
Training
dilakukan pada hari Jumat, 19 Mei 2023 pukul 15.00 WIB di ruang GB 313 FEB USU. Moderator acara
ini adalah Kristin Olive T Manurung (Akuntansi 2020) dan pembicara training ini adalah
Fernando Tambunan yang merupakan seorang Dosen STT Baptis Medan, Wakil Ketua
YPDPA SUMUT, Pimpinan Jemaat HKI Maranatha Tanjung Morawa dan Ketua Bidang
Teologi PGLII Kota Medan. Training diawali dengan ibadah singkat dengan
lagu dan doa pembuka serta pengenalan Campus Concern secara singkat yang
dibawakan oleh moderator. Selanjutnya moderator mempersilakan pembicara untuk
memaparkan materi.
Kepemimpinan
(leadership) adalah tentang bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain,
bawahan atau pengikut agar mau mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan
bukanlah kemampuan meraih suatu posisi dan memaksa orang lain mengakuinya,
memberikan perintah-perintah juga bukan usaha untuk memperoleh pengikut, tetapi
kemampuan menggerakkan orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin tidak perlu
mempromosikan diri agar diangkat atau diakui oleh orang lain untuk menjadi
pemimpin. Pemimpin bukanlah “cap” yang dikenakan pada diri sendiri, tetapi
penghargaan yang diberikan orang lain kepada diri seorang pemimpin. Jadi dari
hal ini, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah usaha dan proses memberi
keteladanan, mempengaruhi orang lain, mendidik orang lain dan membawa orang
lain dalam suatu komunitas demi tercapainya tujuan tertentu. Menurut Sukarno,
seorang pemimpin adalah orang yang kepribadiannya memancarkan karisma sehingga
banyak orang mengikut dia sedangkan, menurut Bill Gates seorang pemimpin adalah
orang yang kompetensinya menonjol yang menghasilkan karya besar.
Kepemimpinan
adalah cara (proses) pemimpin mempengaruhi, mengajak, mendorong, mengatur,
memberdayakan yang dipimpin untuk memahami, menyikapi dan memiliki visi dan
misi bersama (pemimpin), sehingga seluruh jajaran digetarkan dan digerakkan
oleh pemimpin untuk ikut serta memberikan yang terbaik bagi terwujudnya visi
dan misi bersama atas dasar falsafah dan sistem nilai yang dianut. Manajemen
adalah keseluruhan upaya (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan,
pengawasan), untuk menentukan dan mencapai tujuan secara efektif, melalui
pengerahan sumber daya secara optimal, atas dasar kaidah yang dianut. Asal tumbuh
kembangnya karakteristik untuk kepemimpinan yang efektif berasal dari bawaan
lahir, hasil binaan dan pengaruh masa kecil, pendidikan formal, dan dari
pengalaman kerja hal ini di dukung oleh motivasi, nilai-nilai pribadi,
kemampuan dan keterampilan, reputasi dan prestasi, komunikasi dan networking,
keahlian dan pemahaman organisasi.
Prinsip-prinsip
dasar dalam teori kepemimpinan yaitu pertama, prinsip kepercayaan yang merupakan
dasar penting dalam membangun hubungan yang kuat antara pemimpin dan anggota
timnya. Kedua, prinsip integritas yaitu menekankan pada pentingnya seorang pemimpin untuk
bertindak dengan jujur, etis, dan konsisten dengan nilai-nilai yang dianut. Ketiga, prinsip komunikasi
efektif yaitu prinsip penting dalam kepemimpinan yang memungkinkan pemimpin
untuk menyampaikan informasi dengan jelas, mendengarkan dengan empati, dan
membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim. Keempat, prinsip delegasi yaitu melibatkan
kemampuan seorang pemimpin untuk mengalokasikan tugas dan wewenang kepada
anggota tim yang sesuai dan yang terakhir prinsip pengembangan tim mengacu pada
upaya seorang pemimpin untuk membantu anggota tim tumbuh, mengembangkan potensi
mereka, dan mencapai kinerja yang optimal.
Dalam
kepemimpinan, terdapat beberapa tipe/gaya kepemimpinan yang umumnya digunakan
oleh pemimpin dalam berinteraksi dengan anggota timnya yaitu otokratis (outoctatic/
authoritarian leadership) yang ditandai dengan pemimpin yang
memegang kendali penuh dan mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan anggota
tim. Gaya kepemimpinan ini cocok dalam situasi yang membutuhkan keputusan
cepat, ketegasan, dan ketertiban. Selanjutnya ada kepemimpinan demokratis yang
melibatkan partisipasi aktif anggota tim dalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan demokratis
mendorong diskusi, memberikan ruang bagi pendapat dan ide-ide dari anggota tim,
dan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif. Selanjutnya
ada kepemimpinan bebas/ laissez-faire, kepemimpinan
laissez-faire ditandai dengan memberikan kebebasan dan otonomi kepada
anggota tim untuk mengambil keputusan dan mengelola pekerjaan mereka sendiri, gaya
kepemimpinan ini sesuai dalam situasi di mana anggota tim memiliki tingkat
keahlian dan motivasi yang tinggi, serta membutuhkan ruang untuk berkembang dan
terakhir ada gaya kepemimpinan melayani/servant leadershep.
Tidak
ada gaya yang benar-benar sempurna. Gaya tergantung kebutuhan dan situasi dalam
organisasi, situasi tertentu membutuhkan gaya yang tertentu. Maka seorang
pemimpin harus mampu mengadaptasi terhadap gaya-gaya yang ada demi kebutuhan
organisasi, yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus
yakni kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk
menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas. Kemampuan
untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan
analisa terhadap situasi. Kemampuan berkomunikasi (communication skills)
yakni kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya
kepemimpinan yang kita terapkan.
Mengenali
perubahan dan mampu melakukan perubahan dalam dunia yang terus berkembang merupakan
hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan organisasi. Fungsi kepemimpinan
diperlukan ketika seseorang dihadapkan pada suatu keadaan yang memerlukan
perubahan yang menuntut suatu inovasi. Seseorang yang pemimpin harus siap dalam
menghadapi perubahan (adaptive leader). Kompetensi yang dimiliki
oleh adaptive leader terdiri dari tiga, yaitu kemampuan untuk
mengamati (observe), kemampuan untuk menginterpretasi/mengartikan (interpret)
dan yang terakhir kemampuan untuk bertindak/mengintervensi (intervene).
Setelah mampu membedakan apa yang menjadi persoalan dalam lingkup pekerjaannya,
seorang adaptive leader harus mampu menerjemahkan atau
memaknai persoalan tersebut. Cara mudah dan umum bisa dilakukan dengan metode
pertanyaan 5W + 1H (What, Why, When, Where, Who dan How). Kemampuan Intervent adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk dapat mengambil tindakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi orang lain sebagai seorang
leader yaitu dari keteladanan (walk the talk), cara menghargai/memuji, menggetarkan/menyemangati,
memberi perhatian/pengertian (empathy) dan mendengarkan dengan baik,
pandangan dan masukan. Kunci menjadi seorang leader sukses adalah
memiliki visi, misi dan panggilan yang menggetarkan, kepribadian berakhlak mulia, integritas tak
bercacat, semangat berkobar berbuat terbaik, komunikator inspirasional, keteladanan
holistis (walk the talk), kerelaan berkorban, pembelajar seumur hidup
dan mobilisator kerja sama dan sumber daya
Setelah
sesi diskusi, moderator membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama yaitu dari
Regina, yaitu “Saya kan berasal dari wilayah yang
bisa dibilang ada teroris dan lingkungan di dalamnya juga keras. Jadi gaya kepemimpinan seperti apa yang bisa
diterapkan dalam hal ini karena pimpinnanya juga berkonflik. Jadi menurut bapak bagaimana peran pemuda
dalam hal ini dan tipe atau gaya kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan?” “Daerah
berkonflik dibutuhkan seorang pemimpin yang tegas. Saat seorang pemimpin menerapkan
model pertama yaitu otokrasi karena untuk orang-orang seperti itu dibutuhkan
ketegasan. Di negara kita dalam beberapa waktu belakang ini muncul
kelompok-kelompok yang menganggap diri paling benar karena di masa sebelumnya
mereka diberikan peluang terlalu bebas dan tidak ada tindak tegas. Jadi dalam
hal ini, langkah pertama yaitu perlu dilihat adalah akar masalahnya saat kita
sudah mengetahui akar masalahnya baru kemudian kita memilih tipe/gaya
kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan. Jika memang dalam situasi itu terjadi
konflik karena orang-orang di dalamnya kurang bertanggungjawab maka gaya
kepemimpinan otokrasi dapat itu dilakukan untuk menunjukkan sikap tegas”, jawab pemateri.
Kemudian,
Moderator kembali membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan kedua adalah dari Beatrice, yaitu “Apa yang bisa
menjadi panduan untuk seseorang yang masih baru saja menjadi pemimpin dalam
sebuah organisasi? karena terdapat momen di mana seseorang pemula yang baru
saja menjadi seorang pemimpin kebingungan dalam memulai dari mana dulu?” Pemateri menjawab pertanyaan Beatrice
yaitu "Hal yang terpenting itu adalah mengenal visi dan misi. kita bergerak
dari sana. ketika sudah mengenal visi dan misi dan makna yang sebenarnya bukan
hanya sekadar kalimat kosong. Apalagi sudah diketahui apa yang menjadi tujuan
dalam jangka pendek dan jangka Panjang sudah semakin mudah kita untuk memulai
dari satu per satu hal- hal apa saja yang terlebih dahulu diselesaikan. Lalu
yang kedua, kenali
kepengurusan/keanggotaannya, dengan itu kita bisa semakin dapat mengerti
menempatkan diri mereka berada di posisi di mana dan dengan segala permasalahan
juga semakin mudah melakukan pendekatan. Yang ketiga, ketika sebagai seorang pemula kita juga
bisa melakukan sharing kepada senior dan yang paling penting ketahui apa yang
menjadi kelemahan di kepengurusan sebelumnya untuk dapat dilakukan perbaikan di
periode berikutnya”.
“Terima kasih banyak kepada pemateri kita yang
sangat luar biasa bang Fernando Tambunan sudah menyampaikan materinya dan
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh teman-teman” jawab moderator. Setelah sesi tanya jawab dilanjutkan dengan
sesi training dimana peserta dibagi menjadi 2 kelompok untuk
mendiskusikan suatu kasus mengenai gaya kepemimpinan yang dirasa cocok untuk
menyelesaikan kasus yang diberikan, selanjutnya perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusi mereka setelah itu, pemateri menilai dan mengumumkan pemenang kelompok
terbaik dan yang menjadi kelompok terbaik yaitu kelompok Regina, Mutia dkk dan
dilanjut dengan closing statement oleh pemateri.
Sebagai closing statement, pemateri menyampaikan
“Jadi, seorang pemimpin atau leader yang
baik adalah seseorang yang memiliki visi atau misi yang akan dicapai dan
memiliki kharisma sebagai seorang pemimpin. Kalau teman-teman tau mengenai St.
Teresa dia adalah salah satu gambaran seorang pemimpin yang baik dan
menginspirasi beliau merupakan seorang Birawati yang membantu kaum miskin dan
orang-orang yang sakit. Dengan kegigihannya dia dikenal sebagai contoh leader
yang berintegritas. Tidak ada gaya yang benar-benar sempurna. Gaya atau tipe
kepemimpinan tergantung kebutuhan dan situasi dalam organisasi, situasi
tertentu membutuhkan gaya tertentu atau khusus, maka seorang pemimpin harus
mampu mengadaptasi terhadap gaya-gaya yang ada demi kebutuhan organisasi,
misalnya petugas pemadan kebakaran butuh gaya otokrasi . Ditengah – tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan
oleh adanya perilaku staf/individu yang berbeda – beda). Inilah
yang dimaksud dengan situasional leadership. Terakhir,
seorang leader harus bisa mengenali perubahan dan mampu melakukan perubahan dalam dunia yang terus
berkembang, perubahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan
organisasi. Fungsi kepemimpinan diperlukan ketika seseorang dihadapkan pada
suatu keadaan yang memerlukan perubahan. Perubahan ini menuntut suatu inovasi.
Setelah closing
statement, moderator membuka sesi ice breaking berupa kuis
kepada peserta sekaligus pengumuman pemenang pertama dan selanjutnya BPH
menyerahkan sertifikat penghargaan kepada narasumber dan mengadakan sesi foto
yang dipandu oleh BPH.
Kegiatan
diskusi pun berakhir dan ditutup dengan kuis, doa, serta sesi
dokumentasi. Dalam kegiatan training ini
dihadiri oleh 23 partisipan (21 AKK dan 2 non AKK). Dari segi kuantitas diskusi
ini tidak tercapai. Dari segi kualitas tercapai. Adapun sasaran kualitas dari
program pembekalan ini adalah AKK dibekali untuk memahami pentingnya organisasi
dan memiliki kemampuan kepemimpinan (tercapai), dan AKK termotivasi untuk
mengembangkan keterampilan non teknis (softskills) terutama dalam
berpikir kritis (tercapai).
Komentar
Posting Komentar