SERASEHAN "SELF EFFICACY" 2023
RESUME SARASEHAN
“Self Efficacy”
(Pentingnya Self Efficacy Untuk Optimalisasi Potensi Sebagai Mahasiswa)
Sarasehan bertema “Self Efficacy” merupakan program kedua dari Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU semester A tahun 2023. Adapun sasaran kualitas dari program ini yaitu peserta sarasehan (AKK) dibukakan mengenai pentingnya self efficacy bagi mahasiswa, peserta sarasehan (AKK) termotivasi meningkatkan self efficacy untuk mengoptimalkan potensi dirinya sebagai mahasiswa, peserta diskusi (AKK) termotivasi untuk mengemukakan pendapat.
Sarasehan dilakukan pada hari Sabtu, 14 April 2023 pukul 13.30 WIB melalui aplikasi conference video, Zoom Cloud Meeting. Moderator Sarasehan ini adalah Agnes Tiovany (Manajemen FEB USU 2021). Pembicara Sarasehan ini adalah Guursweet Kaur (Human Resourse Staff at Columbia Asia Hospital Aksara). Sarasehan ini diawali dengan ibadah singkat yaitu dengan lagu dan doa pembuka serta pengenalan Campus Concern secara singkat yang dibawakan oleh moderator. Selanjutnya moderator mempersilakan pembicara untuk memaparkan materi.
Agenda:
1. Mengenal self efficacy
2. Faktor-faktor pembentuk self efficacy
3. Cara meningkatkan self efficacy
Self efficacy adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugasnya atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (Albert Bandura). Self efficacy terbagi menjadi dua jenis yaitu terdapat self efficacy tinggi dan self efficacy rendah. Tingkat self efficacy rendah dapat diukur contohnya tidak konsentrasi saat belajar, tidak mengerjakan tugas dengan baik, mendapatkan nilai yang rendah saat ujian, pesimis, tidak termotivasi untuk meningkatkan kemampuan diri, sedangkan tingkat self efficacy tinggi diukur melalui contohnya termotivasi untuk belajar, berusaha mengerjakan tugas secara maksimal.
Empat faktor pembentuk self efficacy yaitu:
Pengalaman
Pengalaman di masa lalu akan membentuk self efficacy yang tinggi ataupun rendah.
Modeling sosial
Lingkungan sosial sangat berpengaruh bagi self efficacy diri, mulai dari circle pertemanan yang positif akan membentuk self efficacy yang tinggi.
Persuasi sosial
Kata semangat dan pesan positif dari orang-orang sekitar yang akan membantu diri membentuk self efficacy.
Kondisi psikologis
Kondisi mental pada suatu situasi tertentu sangat berpengaruh pada self efficacy.
Empat hal tersebut yang akan menentukan seseorang mempunyai self efficacy tinggi atau rendah.
Cara meningkatkan self efficacy
Terdapat tiga cara yang dapat dilakukan mahasiswa untuk meningkatkan self efficacy.
Mulai dari target yang kecil (realistis)
Mulai dari tujuan yang paling simple dan dilakukan secara konsisten. Ketika target kecil tersebut sudah tercapai maka akan mudah untuk melangkah ke target yang lebih besar.
Amati dan belajar dari orang lain
Belajar dari pertemanan/circle yang akan memotivasi diri untuk maju.
Melihat dari pengalaman masa lalu
Menjadikan pengalaman masa lalu sebagai acuan untuk belajar baik dari segi kesalahan dan perbaikan kedepannya.
Untuk menggapai self efficacy yang tinggi membutuhkan tahap dan proses. Saat berada pada self efficacy yang rendah sering kali seseorang mengatakan “saya tidak bisa melakukannya” dan “saya tidak mau melakukannya” namun agar dapat berproses kita harus memulainya dengan mengatakan “saya mau melakukannya,” kemudian akan muncul rasa keingintahuan diri dengan memulai diri untuk mengatakan “bagaimana cara melakukannya,” kemudian kita harus mempunyai tekad dengan mengatakan “saya akan mencobanya” melalui proses itu maka akan muncul rasa percaya diri dan akan mulai untuk mengatakan “saya bisa melakukannya/mengerjakannya” kemudian akan muncul kata “saya akan mengerjakannya” melalui tiap tahap tersebut seseorang akan mudah meraih kesuksesan.
Setelah pemaparan, maka dilanjutkan dengan sesi sharing dan tanya jawab, dimana terdapat 7 orang penanya .
Pertanyaan pertama diajukan oleh Yola yaitu, “Seberapa besar pengaruh self efficacy terhadap kompetensi mahasiswa?” “Terkait self efficacy dan kompetensi diri, self efficacy adalah kumpulan dari kepercayaan diri, motivasi, kompetensi, dan seluruh hal-hal positif yang dimiliki oleh seseorang. Apakah itu berpengaruh? Sudah pasti berpengaruh karena kompetensi ini merupakan salah satu dari self efficacy kita. Misal yang ingin diperbaiki dari kondisi psikologis kita, ada tujuan yang kita lakukan saat sedang bersemangat. Misal mencoba memahami suatu materi pastinya tujuan kita adalah untuk mendapatkan nilai yang tinggi, otomatis secara berproses kompetensi diri juga semakin lebih baik dengan adanya evaluasi. Ketika hasil yang diperoleh sesuai dengan keinginan diri maka self efficacy pun akan meningkat,” jawab pemateri.
Pertanyaan kedua diajukan oleh Agnes, “Jika didalam kelas dengan kondisi semua tidak tahu terkait materi, sehingga harus memaksa kita untuk belajar otodidak namun hal tersebut sulit, bagaimana caranya agar bisa berkembang walaupun sama-sama tidak tahu?” “Kita membentuk self discussion group, ketika melakukan otodidak kita bisa belajar dengan menggunakan berbagai media seperti Youtube, Google yang berisikan jurnal. Ketika telah mendapatkan hasil lalu berdiskusi untuk lebih memastikan jawaban kita, bisa bertanya pada dosen. Sehingga ketika dalam kondisi sama-sama tidak paham maka itu menjadi suatu motivasi tersendiri untuk mau belajar,” jawab pemateri.
Pertanyaan lanjutan dari Agnes, “Ketika dalam kondisi sama-sama tidak paham semua gambarannya abu-abu. Bagaimana cara untuk mengembangkannya?” “Ketika dalam kondisi tersebut kita bisa bertanya kepada orang lain yang lebih paham misal dengan bertanya ke senior. Sebenarnya hal tersebut tergantung kepercayaan dan kemauan diri untuk memahaminya, tidak dibenarkan untuk mengutarakan persepsi negatif bahwa diri sendiri tidak mampu memahami materi tersebut. Karena banyak media yang dapat digunakan” jawab pemateri.
Pertanyaan ketiga dari Steven, “Seberapa besarkah pengaruh self efficacy ini terhadap mahasiswa?” “Sangat besar dimana tolok ukur self efficacy ini dengan melihat bagaimana cara diri merespon situasi yang menyenangkan ataupun yang tak menyenangkan. Cara mengukurnya dengan melihat self efficacy yang tinggi/rendah,” jawab pemateri.
Pertanyaan keempat dari Nely, “Self efficacy berhubungan dengan tingkat kepercayaan diri, bagaimana jika sudah terlanjur merasa nyaman pada zona tertentu, dan dikejutnya dengan kehadiran zona yang tidak nyaman, dan bagaimana cara meningkatkan kepercayaan diri?” “Hal tersebut berhubungan dengan target yang ingin dicapai, ketika ingin maka harus terbentuk perubahan diri. Harus mempunyai tolak ukur yang pasti karena dengan demikian kita akan berusaha mengenali cara diri melakukan perubahan tersebut misal dengan mencapai terlebih dahulu target yang ingin dicapai. Mulai dengan hal yang mudah dicapai. Hal tersebut akan membentuk self confidence yang membuat self efficacy lebih tinggi,” jawab pemateri.
Pertanyaan kelima dari Riris, “Terkait pertanyaan Steven terdapat informasi efficacy yang rendah, apa saja penyebab self efficacy yang rendah dan bagaimana cara mengetahui bahwa diri mempunyai efficacy yang rendah, dan bagaimana cara meningkatkannya?” “Terdapat empat faktor yang membuat self efficacy rendah terkait modeling sosial, persuasi sosial, kondisi psikologis dan pengalaman. Cara meningkatkannya yaitu dengan memulai dari yang simple, tujuan yang bisa digapai, dan mau belajar dari orang sekitar serta evaluasi diri untuk lebih baik,” jawab pemateri.
Pertanyaan keenam dari Juni, “Terkait dari pertanyaan Nely, ketika sudah keluar dari zona nyaman dan sudah melakukan semaksimal mungkin namun tetap saja mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan ekspetasi, bagaimana pendapat kakak dari hal tersebut, dan bagaimana cara untuk menumbuhkan niat untuk melakukan perkembangan?” “Dalam hal tersebut yang perlu dilakukan yaitu koreksi diri, menurunkan ekpetasi, melakukan evaluasi, hindari persepsi negatif,” jawab pemateri.
Pertanyaan ketujuh dari Samuel, “Menurut pengalaman pemateri apakah orang yang memiliki efficacy yang tinggi sering juga mengalami rasa kurang percaya dan bagaimana cara membedakan orang yang memiliki efficacy yang tinggi atau rendah ketika menghadapi situasi tersebut?” “Self efficacy bukan suatu proses yang instan, banyak dari orang yang mempunyai self efficacy tinggi merasa kurang percaya dan membuat self efficacy nya turun,” jawab pemateri.
Sebagai closing statement pembicara menyampaikan bahwa mulailah dari menetapkan target/ tujuan, mulailah mengerjakan hal yang kecil, membuat group discussion, cobalah untuk menyukai mata kuliah walaupun tidak menjadi favorit.
Kegiatan sarasehan pun berakhir dan ditutup dengan doa dan sesi foto bersama serta penyerahan sertifikat kepada pemateri. Dalam kegiatan sarasehan ini dihadiri oleh 23 partisipan. Dari segi kuantitas diskusi ini tidak tercapai. Dari segi kualitas, terdapat tiga sasaran kualitas. Pertama, peserta sarasehan (AKK) dibukakan mengenai pentingnya self efficacy bagi mahasiswa. kedua peserta sarasehan (AKK) termotivasi meningkatkan self efficacy untuk mengoptimalkan potensi dirinya sebagai mahasiswa, ketiga peserta diskusi (AKK) termotivasi untuk mengemukakan pendapat.
Komentar
Posting Komentar