Resume FGD : Indonesia Terancam Kehilangan Petani! Harus berbuat apa?
FGD (Forum Group Discusion) online yang
berjudul “Indonesia Terancam Kehilangan Petani! Harus berbuat apa?” merupakan program ketiga Divisi
Diskusi Campus Concern FEB USU pada semester B tahun 2021. FGD online ini telah dilaksanakan pada hari Kamis, 4
November 2021 pukul 19.00-21.00 WIB melalui aplikasi Zoom Meeting. Diskusi dikuti oleh 31 orang AKK. Moderator FGD adalah Yuni Retha Hutabarat (Akuntansi 2019)
sedangkan pemateri dalam FGD ini adalah Reyhan Dhani Gara yang merupakan
CO-Founder akupetani.Id, yang memiliki pemahaman yang cukup
luas di bidang pertanian.
FGD diawali dengan ibadah singkat
dari moderator, dilanjutkan dengan pembukaan oleh moderator. Setelah itu,
moderator mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi FGD sesuai topik
yang akan dibahas. Sebagai pembuka dari pemateri, pemateri mengapresiasi
penyelenggara acara yang berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, namun peka
terhadap keadaan petani Indonesia. Materi pembuka membahas tentang global trends in agriculture , di mana
perkiraan di tahun 2050 akan terjadi peningkatan kebutuhan makanan di dunia.
Bisa dilihat dari populasi growth
saat ini yang berada di angka 7 miliar dan akan mengalami peningkatan sebesar
9,6 miliar. Jadi kebutuhan semakin meningkat tetapi lahan semakin menipis.
khususnya di Indonesia, salah satu program priorotas pemerintah adalah
pembangunan SDM mulai dari segi pertaniannya seperti “jago tani Banyuwangi”
dsb. Pemateri lebih lanjut menjelaskan
krisis penerus petani dengan memaparkan kondisi berdasarkan data, di mana sekitar 63% anak petani padi tidak ingin
menjadi petani, 54% anak petani hortikultura tidak ingin menjadi petani, 50%
petani padi tidak ingin anaknya menjadi petani dan 73% petani hortikultura
tidak ingin anaknya menjadi petani.
Kemudian krisis petani ini berdapak
pada lemahnya ketahanan pangan. Dilihat dari kondisi saat ini, ketidakpastian
waktu tentang kapan pandemi akan berakhir berpotensi mengganggu ketersediaan,
stabilitas, dan akses pangan. Kemudian berkaitan dengan lahan yang semakin
berkurang menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai ketahan pangan. Indonesia
yang dijuluki negara agraris, kepemilikan lahannya hanya 0,2 hektare/petani itu
sama dengan dua kali lebih kecil dari pada Jepang yang 2 hektare/petani, 15.000
kali dari australi, dan 70 kali dari Uni Eropa. Dengan populasi yang semakin
banyak, lahan semakin berkurang otomatis ketahanan pangan semakin terancam. Hal
tersebut yang membuat kita tidak bisa tinggal diam saja. Kemudian pemateri
menjelaskan Indonesia agritech ecosystem
pertanian yaitu pertanian 1.0 tradisional, 2.0 mekanisasi, 3.0 sistem informasi
dan 4.0 pertanian presisi.
Setelah pemaparan materi, moderator
membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama
oleh Ryan F. Panggabean untuk pemateri yaitu: “Di daerah saya seorang sarjana yang kembali ke kampung halamannya namun
berkegiatan sebagai petani akan menerima olokan dari masyarakat sekitar. Kira -
kira pernahkan pemateri mengalami fenomena seperti itu? dan apa tanggapan
pemateri terhadap situasi tersebut?”.
“Yang disampaikan oleh Ryan
merupakan dasar yang membuat saya mendirikan akunpetani.id akibat keresahan
saya dan tim terhadap fenomena tersebut maka kami membuat akupetani.id .
Berdasarkan isu yang sudah ada petani merupakan suatu profesi yang cukup sulit
untuk di jadikan sebagai profesi. Menjadi petani memang sulit, namun saya
tanamkan dalam diri saya meskipun sebagai petani saya tetap mampu untuk
melengkapi kebutuhan keluarga saya. Petani juga mampu untuk mencukupi kebutuhan
saya dan keluarga saya. Hal ini yang harus kita tanamkan dalam diri kita”,
jawab pemateri.
Pertanyaan kedua oleh Johan Silaen, “Melihat situasi saat ini, banyak petani
yang cukup melarat, namun pemateri menyampaikan bahwa petani akan memiliki
peluang besar. Menurut pemateri apa yang menyebabkan fenomena petani melarat
tersebut terjadi?”
Pemateri menjawab “Terkait dengan peluang
adanya isu di tahun 2020 bahwa kita akan menyambut peningkatan populasi manusia
di dunia dan membutuhkan makanan dari pertanian. Di Indonesia tanah cukup subur
, seperti lagu yang menyatakan tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Kendala yang
menimbulkan petani menjadi melarat menurut saya membutuhkan waktu yang lebih
banyak untuk membahasnya. Akan tetapi dari yang saya lihat peningkatan
kebijakan di bidang pertanian sudah lebih baik saat ini dibanding tahun
sebelumnya. Tantangan saat ini adalah pendidikan para petani yang merupakan 60
% hanya lulus SD (Sekolah Dasar), sehingga perkembangan keahlian dalam bertani
kurang mendukung dan menjadi kendala dalam pertanian. “
Kemudian, peserta FGD akan dibagi ke
breakout room untuk mengadakan
diskusi singkat berdasarkan suatu permasalahan yang akan dibagi oleh panitia.
Sebelum memasuki breakout room,
moderator mengadakan ice breaking
berupa tebak gamba.setelah itu, Peserta
dibagi ke dalam beberapa room. Masing-masing peserta yang ada di breakout room
akan mempresentasikan hasil diskusi mereka di dalam main room. Presentasi pertama dipaparkan oleh room 1 yang mengangkat case mengenai ketidaktertarikan anak
muda pada profesi petani. Adapun solusi
yang ditemukan oleh kelompok satu antara lain: Pemerintah dan mahasiswa
mengadakan penyuluhan kepada para petani untuk memanfaatkan tekonologi dengan
baik.
Presentasi berikutnya adalah
pemaparan dari room 3 dengan case Pengetahuan mengenai motede
pertanian. Adapun solusi yang ditawarkan berdasarkan masalah yang diantkat
adalah: menggencarkan pelatihan dan pemberian insentif bagi petani. Contohnya:
Penumbuhan wirausaha pada pertanian (PWMP). Menciptakan generasi dinamis dan
menguasai iptek, karena sektor pertanian perlu inovasi, teknologi dan
kreatifitas. Champaign bahwa petani
bisa menjadi bisnis yang menghasilkan laba besar dan menjadi sebuah profesi.
Meningkatkan kualitas pendidikan di bidang pertanian pada perguruan
tinggi. Kemudian dilanjutkan oleh
pemaparan peserta room 2 yaitu yang mengangkat case
mengenai Lahan yang kurang (akibat kawasan industri dan pemukiman penduduk).
Solusi yang disampaikan adalah : lahan dibuat lebih minimalis dan memaksimalkan
lokasi/tempat, menanam sayuran yang tidak memerlukan lahan banyak seperti
tanaman hidroponik, memberikan subsidi kepada petani seperti alat teknologi yang
ramah modal, pendampingan dari pemerintah seperti penyuluhan, perlunya
kesadaran dari mahasiswa khususnya lulusan di bidang pertanian untuk
berkontribusi di bidang tersebut, memasarkan produk lokal, memaksimalkan
penyuluhan ilmu dari mahasiswa kepada petani misalnya sebagai konsultan.
Hasil diskusi berikutnya dipaparkan
oleh room 4 yang mengangkat case mengenai Dampak Urbanisasi Terhadap
Pertanian. Poin-poin solusi yang ditemukan oleh kelompok 4, diantaranya:
pendidikan harus ditingkatkan dan rasa cinta untuk membangun desa melalui
sektor pertanian harus ditingkatkan, pemerintah harus berperan besar dalam
fenomena ini, mensosialisasikan masyarakat Indonesia bahwa profesi petani bukan
profesi rendahan.
Setelah sesi pemaparan dari
masing-masing room , pemateri
memberikan tanggapannya mengenai pemaparan hasil diskusi tiap room. Beberapa poin yang di catat oleh
pemateri yaitu: yang pertama profesi petani dianggap kurang sejajar dengan
profesi yang lainnya sehingga kurang menarik bagi pemuda pemudi Indonesia untuk
terjerumus di dalamnya. Ke- dua dari
segi pendidikan, ke- tiga dari urbanisasi dan ke- empat yaitu kebijakan
pemerintah. Pemateri menambahkan mengenai pemanfaatan agritech ecosystem sebagai langkah yang paling komplit dengan
pemanfaatan Agritech Ecosystem,
karena ketika hal ini sudah sinkron maka berbagai solusi yang sudah dibahas
oleh teman teman mahasiswa akan tercapai. Berkaitan dengan “apa yang harus di
lakukan sebagai mahasiswa” yakni dengan melakukan pendekatan kepada
petani-petani di sekitar tempat tinggal. Memberikan sosialisasi mengenai
pertanian bahkan menggunakan aplikasi doktertania
sebagai pendukung pertanian.
Di akhir diskusi, pemateri
menyampaikan closing statement. Pertanian
menjadi sesuatu yang sangat penting bagi Indonesia saat ini dan harapan kedepan
agar teman-teman mahsiswa dapat berkontribusi. Aktualisasi diri dengan ilmu
yang sudah dimiliki meskipun dari bidang ekonomi namun dapat masuk ke ekonomi
pertanian. Pemateri mengajak mahasiswa untuk bercocok tanam karna dengan
menanam bagi saya merupakan salah satu cara termudah untuk menikmati indahnya
hidup.
Sebelum diskusi ditutup moderator
mempersilahkan operator untuk memberikan cendramata berupa sertifikat
penghargaan kepada pemateri. Diskusi pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh
moderator dan sesi foto yang dipimpin oleh operator. Adapun sasaran kuantitas
yang diharapkan adalah 34 AKK. Yang hadir sebanyak 38 peserta (31 AKK dan 7 Non-AKK) sehingga hasil yang diharapkan
secara kuantitas tidak tercapai, sedangkan sasaran kualitas tercapai.
<3
BalasHapusBagus bangetttt
BalasHapus