RESUME SARASEHAN "PERAN ORGANISASI INTRA TERHADAP KAMPUS"
Sarasehan “Peran
Organisasi Intra Terhadap Kampus” telah terlaksana dengan baik pada
tanggal 16 Maret 2018 di Jambur FEB USU, pukul 15.05 WIB. Adapun MC pada
Sarasehan ini adalah
Jesica Pradipta (Akuntansi stambuk 2016), gitaris ialah Juniar Silaban (Ekonomi Pembangunan stambuk 2016), dan David
Ginting (Manajemen stambuk 2015) selaku moderator.
Sarasehan ini
mengundang tujuh pemateri dari ketua organisasi intra yang ada di kampus yaitu
Muhammad Iqbal (Ekonomi Pembangunan 2014 selaku Gubernur FEB USU), David
Alexander (Akuntansi Stambuk 2014 selaku ketua HMA) , Muhammad Arief (Manajemen
Stambuk 2014 selaku ketua HMM) , Taufiq Rahman (Ekonomi Pembangunan Stambuk
2014 selaku ketua HMD-EP), Hari
Indra Lesmana (D3 Keuangan stambuk 2015 selaku
PLT
Ketua HMK), M.
Firza
Urmahan (D3 Akuntansi
stambuk 2015 selaku
Ketua HMD Akuntansi), Nurul
Apriyanti (D3 kesekretariatan stambuk 2015 selaku Dewan Penasihat Hideaki)
Sarasehan diawali
dengan ibadah singkat oleh
MC dan gitaris, kemudian dilanjutkan
dengan diskusi yang dibawakan oleh moderator. Pembahasan peran organisasi
terhadap kampus dipaparkan
oleh
setiap pemateri dengan durasi 15 menit. HMM memaparkan bahwa organisasi intra kampus
berperan
untuk
meningkatkan hubungan seluruh anggota, membentuk aktivitas akademik yang aktif
dan kreatif, dan sebagai sarana untuk menyampaikan pendapat untuk mahasiswa
manajemen. Masalah yang dihadapi oleh organsiasi ini adalah sulitnya meminta
izin kepada WD III untuk melakukan kegiatan yang dilakukan HMM serta banyak
sekali mahasiswa manajemen yang apatis.
Pemateri kedua dilanjutkan
oleh Gubernur FEB USU. Ia mengatakan bahwa organisasi intra adalah representatif dari
mahasiswa itu
sendiri.
Peran organisasi intra kampus berperan
besar
dalam
realisasi pengerjaan program kampus dan kinerja dekanat, penilaian akreditasi
kampus dinilai dari representatif mahasiswa. Masalah yang dihadapi oleh PEMA
sendiri saat ini adalah dekanat yang oportunis. Dekanat dianggap memerlukan organisasi
intra hanya
saat ada keperluannya saja, namun tidak memberi umpan balik yang baik ketika organisasi intra membutuhkan
peran
dekanat.
Di samping
itu, Gubernur PEMA FEB juga
mengadvokasi seputar koperasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Sebelumnya, koperasi
diajukan
sebagai
penerapan
ilmu yang diperoleh
mahasiswa yang dikelola
oleh
mahasiswa pula. Namun
pada
kenyataannya, koperasi FEB
USU tidak jelas kepemilikannya
dan
bahkan
dikenakan
sewa
bagi
mahasiswa yang ingin
mempergunakannya. Ia juga
mengeluhkan janji yang diingkari
Dekanat
akan
pengadaan RAK.
Pemateri ketiga
dilanjutkan oleh ketua HMA. HMA sendiri pernah mengalami vakum pada 2011, kemudian aktif kembali pada tahun
2016. Sehingga Peran HMA masih dalam proses membangun. Peran HMA tidak berbeda
dengan HMJ lainnya.
HMA memiliki 8 bidang dan saat ini HMA melakukan edukasi yang tidak didapatkan
di bangku kuliah seperti teknik persidangan, latihan dasar kepemimpinan, dsb. Masalah
yang dihadapi HMA antara lain kurangnya kesadaran dan kontribusi mahasiswa
akuntansi dalam pembangunan Himpunan.
Pemateri keempat
dilanjutkan oleh HMD EP. Peran
organisasi intra yaitu
sebagai
pelayan
mahasiswa, jembatan
antara
mahasiswa
dan
dekanat.
Masalah
yang dihadapi HMDEP adalah mahasiswanya yang apatis, RAK yang tak kunjung dipenuhi oleh dekanat, dan penanganan kerusakan ruangan sekret yang tidak
jelas.
Pemateri kelima oleh D3
keuangan. HMK vakum sejak tahun 2014.
Masalah yang di hadapi dikampus adalah UKT yang tidak sesuai, koperasi yang
tidak tepat guna, dan sulitnya
mendapatkan izin dari dekanat untuk melakukan kegiatan. Demikian pula yang disampaikan
oleh
pemateri
keenam, HMD Akuntansi, dan
pemateri
ketujuh, HIDEAKI.
Setelah pemateri
menjelaskan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi interaktif antara peserta
dengan pemateri dan durasi waktu pada sesi ini adalah 30 menit. Pertanyaan
pertama (Jessica
Pradipta, Akuntansi 2016) yaitu “Apa yang diharapkan
organisasi intra terhadap
mahasiswa
selaku
anggota
biasa?”. HMA menjawab
bahwa
ia
bias
berkontribusi
aktif
dalam program kerja para
pengurusaktif.
Pertanyaan kedua (Dimas) adalah “Mengapa
kelihatannya
ada
kesenjangan
antara S1 dan D3? Dan apa
yang diharapkan antara keduanya?”. PEMA, HMJ S1 dan HMJ D3 menyimpulkan
bahwa
kesenjangan
itu
sungguh
tidak
ada.
Yang diharapkan
adalah
perlunya
kolaborasi
dalam
suatu
pengadaan
kegiatan.
Kemudian pertanyaan ketiga (Muara) adalah “Hal konkret
apa yang dilakukan
oleh
organisasi intra supaya
mahasiswanya
tidak
apatis? Bagaimana
dengan
anggaran dana yang
diturunkan oleh Dekanat, apa sungguh tidak ada?”. HMA menjawab
dengan
pengadaan
sosialisasi
Himpunan
kepada
mahasiswa
baru, pengajuan
berkas
skripsi
dengan
persetujuan
himpunan. HMM menjawab
dengan
pengadaan English Club, SOUND,
futsal bersama, dsb. HMDEP menjawab dengan mengadakan seminar yang dibutuhkan
mahasiswa, yang nantinya
sertifikat
ini
digunakan
dalam
syarat
pengajuan
sempro. Pad
aakhirnya, PEMA menyimpulkan
bahwa
banyak
faktor yang mempengaruhi
keapatisannya
mahasiswa. Sedangkan
pada
persoalan
anggaran, organisasi intra mengaku
tidak
memperolehnya
sepeser pun.
Sesi Sarasehan diakhri
dengan closing statement oleh setiap pemateri. Kemudian moderator menutup
Sarasehan dan mempersilahkan MC mengambil alih forum. Acara Sarasehan
ditutup
dengan menyanyikan lagu pujian dan doa penutup.
Pengurus melakukan
evaluasi bersama setelah peserta meninggalkan jambur. Bersyukur kepada Tuhan,
baik sasaran kualitas dan kuantitas untuk program ini tercapai. Adapun sasaran kuantitas yang diharapkan
adalah 34 AKK, peserta
diskusiini adalah 46 AKK dan 6 non AKK (tidak termasuk peserta yang ikut
mendengar di sekitar
Jambur).
Adapun sasaran kualitasnya ialah AKK mengetahui organisasi intra, peran
organisasi intra , dan masalah apa yang sedang dihadapin oleh setiap organisasi
intra. Semoga setelah mengikuti sarasehan ini, peserta yang hadir diharapkan
semakin peduli terhadap kampus.
Komentar
Posting Komentar