Resume Diskusi: Mau Dibawa Kemana FEB ?
Diskusi Campus Concern pertama di semester A yang dilakukan pada tanggal 1 April kemarin dihadiri oleh
35 AKK FEB USU dengan judul diskusi “Mau Dibawa Ke Mana FEB?”. Dimulai sedikit terlambat, yaitu pada pukul 15.45 hal ini dikarenakan harus menunggu pemateri yang masih beribadah. Pada diskusi kali ini Campus Concern
mengundang pihak PEMA FEB sebagai
pemateri, puji syukur kepada Kristus, Gubernur FEB langsunglah yang
hadir dan
memaparkan materi di diskusi kita.
- Birokrasi
- Pelayanan dan Fasilitas
- Transparansi
Masalah birokrasi dikampus saat ini
sedikit banyaknya disebabkan oleh kekosongan jabatan dekan dan pembantu dekan.
Adanya sentralisasi kekuasaaan di rektorat menyebabkan adanya kekosongan
kekosongan jabatan di setiap fakultas, hal ini dilatarbelakangi oleh belum
stabilnya kondisi rektorat karena rektor yang beberapa bulan lalu baru dipilih.
Sejak tanggal 31 Maret 2016, SK jabatan Dekan dan Pembantu Dekan sudah habis. Pembantu Dekan I,
Pak Fahmi Natigor Nasution yang terpilih menjadi wma di rektorat, Pembantu
Dekan II, Pak Arifin Lubis yang SK-nya tidak diperpanjang, Pak Ami Dilham yang merangkap PD I dan
PD II. Tentu hal ini berdampak ke mahasiswa. Karena kekosongan jabatan ini,
banyak dosen yang awalnya mengambil mata kuliah tambahan diluar mata kuliah wajib
untuk diajar mengembalikan mata kuliah tambahan tersebut, dikarenakan honor jam
berdiri per SKS-nya yang tidak dibayar. Hal ini menyebabkan banyak kelas yang
disusutkan atau bahkan kelas yang sempat berjalan beberapa minggu harus ditutup
karena dosen mogok belajar. Sampai minggu ini, mahasiswa
masih bertanya Kemana Dosen Kami?
Tidak hanya masalah birokrasi kampus,
di diskusi kali ini juga membukakan masalah-masalah yang selama ini masih
terjadi di kampus kita. Masalah yang pertama, seperti yang telah kita bahas di
atas yaitu masalah struktur dekanat. Yang selanjutnya, sistem yang tidak
terkoordinasi, masalah dosen mogak mengajar, kuota dosen dan mahasiswa yang
tidak sebanding, fasiltas belajar mengajar yang kurang, kefakuman HMJ, masa
transisi ketua prodi kepala jurusan, masalah penyusutan
kelas, dosen yang berkubu-kubu, sampai yang terakhir
pungutan liar di kampus.
Permasalahan dosen yang mogok
mengajar, kuota dosen dan mahasiswa yang tidak sebanding serta fasilitas
belajar mengajar yang tidak
mendukung membukakan persoalan baru,
yaitu adanya wacana ditutupnya D3 dan Ekstensi. Salah satu
hal yang melatarbelakangi hal ini disebabkan oleh Bapak Prof. Runtung
Sitepu selaku Rektor USU yang ingin tetap
mempertahankan status Badan Hukum USU. Salah satu
syarat untuk mempertahankan hal tersebut ialah 80% dari seluruh jurusan yang ada di setiap Fakultas USU harus berakreditasi A. Kenyataan bahwa banyaknya D3 di USU yang masih berakreditasi C
sedikit menghambat hal ini. Akreditasi C ini juga ada kaitannya dikarenakan tidak ada ada yang namanya dosen tetap di D3 dan minimnya sarana dan prasarana yang menjadi penunjang proses berjalannya perkuliahan di D3.
Sebagai Agent of Change kita harus kristis dan peduli
terhadap persoalan-persoalan di kampus. Apakah sekadar peduli saja sudah cukup,
bagaimana dengan solusi permasalahannya? Untuk itu, pihak PEMA se-USU bersama
dengan ketua HMJ se-USU akan mengadakan audiensi di tanggal 8 April mendatang dengan pihak Rektorat untuk membahas persoalan di
kampus saat ini. Oleh karena itu sebagai mahasiswa terlebih mahasiswa Kristen
harus tetap menyuarakan suara perubahan itu, meski suara itu tidak mau
didengar. Tetap suarakan suara perubahan itu dan jangan berhenti.
HIDUP MAHASISWA!
HIDUP MAHASISWA!
Change The World and My Campus
Through Me Lord!
Komentar
Posting Komentar