Ungkapan “Kado Cinta” Bagi Indonesia
Sebuah pepatah berkata “Cinta itu
dari mata turun ke hati”. Dari melihat lalu dianalisis sehingga turun ke hati menjadi
rasa cinta. Namun, pepatah ini tidak lengkap karena tidak ada makna bertindak
untuk mengungkapkan cinta di dalamnya. Bakal jadi apa cinta jika tak
diungkapkan?
Seharusnya, cinta itu dari mata
turun ke hati dan bergerak ke tangan. Jadi cinta melihat dengan mata lalu
dirasakan didalam hati dan yang lebih penting, diungkapkan lewat tangan
(tindakan nyata). Cinta itu diungkapkan kepada setiap hal yang patut kita
cintai. Apalagi di momen seperti saat ini (valentine)—yang sudah menjadi budaya
dunia. Orang-orang memanfaatkan momen bulan Februari ini untuk mengungkapkan cintanya
kepada pasangan, keluarga, sahabat, atau hal apapun yang dicintainya. Orang-orang
mengambil momen valentine untuk “beraksi nyata” bagi cintanya. Salah satu yang
patut bahkan wajib kita cintai (namun sering kita lupakan) adalah Indonesia. Negara
kita butuh ungkapan “kado cinta” yang tulus dari kita, pemuda Indonesia.
Pemuda Indonesia adalah barisan yang
harus terdepan mencintai Indonesia. Cinta itu diawali saat pemuda dengan
matanya “melihat” kondisi Indonesia. Sangat banyak kekayaan yang dimiliki
Indonesia, mulai dari alam sampai budaya masyarakatnya. Lalu setelah melihat
dengan mata, pemuda “merasakan”
Indonesia dengan hatinya. Merasakan semua kearifan lokal Indonesia yang sangat
potensial dikembangkan. Merasakan budaya majemuk Indonesia yang luar biasa. Dan
akhirnya pemuda Indonesia mengungkapkan “kado” cinta lewat tangannya. Pemuda
mengungkapkan cintanya kepada Indonesia lewat usaha dan tindakan nyatanya.
Itulah kondisi ideal pemuda Indonesia.
Nyatanya saat ini, kebanyakan pemuda
Indonesia hanya cinta Indonesia di bibir saja. Matanya tidak lagi melihat
budaya yang dimiliki Indonesia, justru tertuju pada budaya barat yang dianggap
lebih maju. Hatinya tidak lagi merasakan Indonesia, tidak lagi “Pancasilais”
(berhati Pancasila—mencintai Indonesia). Dalam hatinya semakin lemah semangat
ketuhanan, persatuan, gotong royong dan keadilan seperti yang ada dalam
“hatinya” Pancasila. Tangannya, kebanyakan tidak lagi mengung-kapkan cinta
sebagaimana mestinya. Pemuda mengagungkan budaya barat, tercipta mental saling
menjatuhkan untuk jadi yang terdepan. Tak heran, terjadi konflik kepemudaan
dimana-mana.
Contoh sederhana yang nyata kita
lihat adalah dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kebanyakan pemuda saat ini merasa
lebih hebat jika mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Bahasa
Indonesia kehilangan panggung karena pemuda Indonesia kurang mencintai
bahasanya sendiri. Selain itu, dalam hal konsumsi barang-barang kebutuhan.
Merek-merek “luar” memiliki pesona tersendiri di mata dan hati mayoritas pemuda
saat ini. Akibatnya, tangannya lebih memilih dan membeli barang luar negeri
ketimbang produk lokal. Tak heran, di berbagai pusat perbelanjaan merek luar
lebih ramai ketimbang merek lokal. Gengsi membelenggu jiwa pemuda. Apalagi
dalam hal penghayatan terhadap budaya dan adat istiadat, kebanyakan pemuda
Indonesia saat ini sangat lemah. Orang menggunakan bahasa daerah dianggap
kolot. Tradisi-tradisi lokal adalah kuno, sampai kehilangan tempat di jiwa
pemuda. Pemuda saat ini tidak antusias dalam beradat-istiadat. Budaya barat
merampas “keIndonesiaan” pemuda. Hal ini adalah contoh yang sebenarnya
sederhana, namun tanpa kita sadari membentuk mental kita yang kurang cinta
Indonesia. Mental Pancasila kita menjadi lemah sehingga membuka pintu lebar
bagi merebaknya masalah dan konflik yang lebih besar seperti yang dipaparkan
pada paragraf sebelumnya.
Jangan biarkan mental cinta
Indonesia kita seperti ini terus. Di bulan ini, kita ambil momennya untuk
memberi kado cinta pada Indonesia. Kita “bungkus” kado kita dengan menggunakan
kembali bahasa Indonesia yang baik dan benar. Juga, kita kembalikan panggung
produk lokal dengan lebih memilih dan membeli produk-produk dalam negeri
ketimbang produk luar. Selain itu juga, kita gali dan junjung lagi kearifan
budaya lokal kita, karena budaya kita adalah kebanggaan kita.
Cinta bukan cinta jika tak
diungkapkan lewat tindakan nyata. Lihat kondisi Indonesia, rasakan dengan hati
dan beraksi nyata dengan tangan. Selamat berjuang menjadi kado valentine bagi
Indonesia.
Immanuel Siregar
Ekonomi Pembangunan 2012
Ekonomi Pembangunan 2012
Komentar
Posting Komentar