Resume Diskusi : Suaramu Untuk Ekonomi
Jumat 09 Oktober 2015,
Diskusi perdana Campus Concern FEB USU untuk semester ini dimulai pukul 15.32.
Sedikit lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan yaitu pukul 15.00 melihat jumlah peserta diskusi yang masi
sedikit & cuaca yang kurang mendukung.
Adapun topik diskusi
kita kali ini yaitu membahas tentang pemira yang sebentar lagi akan
dilaksanakan di lingkungan FEB USU, tepatnya 20 oktober 2015 mendatang. Hal ini
tentu menambah antusias para peserta mahasiswa yang mengikuti diskusi kali ini.
Diskusi pun dibuka oleh
moderator kita, sdra.Immanuel Siregar yang kemudian materi dibawakan oleh
saudara Septon Malau,S.E. Pemateri pun
kemudian menjelaskan esensi dari Pemira itu sendiri yang merupakan
sebuah peregenerasian pemimpin mahasiswa.
Adapun tiga poin penting tentang Pemira sendiri yaitu:
1.
Merupakan perwujudan demonstrasi, Trias
Politica
2.
Untuk PEMA di kawasan USU sendiri hanya
ada eksekutif & legislatif.
3.
Asas dari Pemira itu sendiri adalah
LUBER JURDIL (Langsung,Umum,Bebas dan Rahasia)
Pemira tidak bisa dipisahkan dari politik. Politik yang
selama ini sarat akan kekotoran. Kotor dalam hal moral, berbagai kepentingan
kelompok bahkan individunya sendiri. Karena itu penting untuk memandang politik
secara esensial. Secara esensial politik merupakan aspek kehidupan manusai yang
mempunyai pola manajemen kolektif, lokus bertemunya beragam kepentingan dan
aspirasi manusia. Pada prinsipnya, karater manusia adalah keinginan untuk hidup
bersama. Manusia manapun tidak mungkin hidup sendiri tanpa bersinggungan dan
ditopang manusia lain.
Sebagai mahasiswa yang intelek dan telah dibenarkan
oleh Kristus, apakah penting untuk berandil di dalamnya? Apakah Kristus
menghindari politik?
Jawabannya adalah tidak. Politik yang tidak
berpandangan jauh ke depan yang tidak mencerminkan Kristus. Politik yang kotor
yang tidak menggunakan wewenang dan kekuasaan dengan sewenang – wenang. Politik
yang tidak bekerja berdasarkan moral yang dapat dipertanggungjawabkan.
Max weber pernah menuliskan bahwa berpolitik adalah
sebuah panggilan hidup. Keluhuran sebuah panggilan haruslah diikuti oleh
kualitas hidup politisi tersebut.
Karena itu penting bagi seorang mahasiswa yang telah
mengenal Kristus utnuk berpartisipasi dalam politik. Khususnya saat ini,
berpoliti di dalam kampus.
Mari berinisiatif untuk pertama sekali mengenal para
pemimpin yang maju dalam pemilihan raya nanti. Untuk mengenal mereka dan yang
mereka tawarkan untuk pembaharuan yang tentunya membangun kampus kita.
Mungkin akan sulit untuk melihat setiap calon yang
benar – benar memiliki tujuan untuk kepentingan bersama itu. Karena secara
kasat mata, masing – masing calon jelas mengusung visi – misi yang kelihatan
meyakinkan untuk dijalankan ke depan. Masing – masing memiliki visi – misi yang
baik bahkan hebat untuk dipertaruhkan ke depan yang menyentuh kepentingan
bersama di kampus. Karena itu perlu bagi kita untuk memantau dan menguji para
calon dalam menuju Pemira.
Golput (Golongan Putih) jelas bukanlah tindakan yang
mencerminkan moral yang baik dalam berpolitik. Ketika pun kita tidak simpatik
pada akhirnya atas pemimpin yang terpilih, setdaknya kita dapat
bertanggungjawab untuk memberikan pendapat kita nantinya. Golput sendiri juga
mencerminkan keapatisan akan masa depan. Sebagai seorang mahasiswa, apalagi
kita masih muda, tidaklah patut untuk menjadi bagian ini. Mari kobarkan
semangat muda untuk mengkritisi keadaan sekitar, khususnya kampus tempat lalu lalang
hidup kita sekarang ini. Mari untuk memikirkan ke depan untuk kebaikan kampus. Mari
untuk juga menyebarkan semangat kita terhadap rekan – rekan sejiwa muda kita
untuk ikut mengambil bagian dalam beraspirasi memberikan suara.
Komentar
Posting Komentar