Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2015

Resume Diskusi : Economic Challenge "Bonus Demografi"

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus di tahun 2020-2030. Bonus tersebut adalah Bonus Demografi, dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Dalam hal ini kita akan analogikan dengan negara Jepang dan Eropa yang menganggap bonus demografi sebagai bonus karena membawa benar membawa berkah bagi negara tersebut. Namun, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia dengan 118  juta penduduk usia kerja namun separuhnya hanyalah lulusan Sekolah Menengah Pertama. Benarkah ini disebut bonus bagi Indoneesia atau malah sebuah bencana? Untuk menjawab hal ini, maka dalam diskusi Economic Challenge Campus Concen ini, saudari Esra Shintia sebagai moderator meminta pendapat dari keempat kementrian yang berperan cukup penting bagi persoalan bonus demografi ini. Demikianlah keempat kementrian berikut memberi pendapat dari sudut pandang mereka yang berbeda : ð Kementrian Pendidikan : Bonus demografi akan menjadi ancaman jika m...

YANG BERHARGA YANG DIBUANG : WAKTU

Pepatah bilang "waktu adalah uang". Aku bilang waktu lebih dari  uang, sebab uang bisa dicari, tapi waktu ? Hoho, tidak akan pernah terulang 30/05/2015, cuma satu kali terjadi seumur hidup. Uang bisa dicuri orang, waktu tidak akan. Itu anugerah, hak sepenuhnya, harta yang lebih dari apapun yang Tuhan beri. Setiap orang dapat sama. Presiden dapat 24 jam, karyawan juga gitu. Artis punya 24 jam, pelajar juga sama. Tukang becak, mahasiswa, dokter, supir taksi, gamers, semua orang dengan latar belakang profesi dan kesibukan dikasih waktu yang sama, 24 jam. Lah terus apanya yang buat beda ? Penggunaannya.  Kita mengeluh tentang banyaknya tugas, waktu terasa kurang, serasa kita jauh lebih sibuk dari Presiden atau menteri. Tak lama setelah mengeluh, kita saling menatap mesra dengan gadget seharian, menjadi salah jika yang dilihat adalah hal yang tidak penting, membuang waktu. Kita bilang "bingung, mau ngapain", padahal belum melakukan apapun. Pemuda-pemudi menghabiskan...

Anak muda itu jaim "katanya"

Aku hidup, aku juga muda. Dan aku pun hidup di tengah kemudahan. Yaa, karena aku hidup di zaman ini, atau yang biasa disebut sekarang “post modernisme”. Segala sesuatu adalah relatif itu kata zaman ini. Semua manusia berlomba untuk merelatifkan segala sesuatunya sesuka hatinya. Masing – masing membuat standar untuk melangsungkan kehidupannya. Seolah tiap orang menjadi tuan atas sekitarnya. Memang tidak banyak terlih at penindasan di sana – sini, seperti cerita kerajaan atau zaman penjajahan. Tapi penindasan itu tetap ada “sebenarnya” meski bentuknya yang diperhalus.  ya ketika "I"berada di centrenya (re:sIn). Aku dengan orang – orang muda di sekitarku ada di zaman ini. Kami pun mendirikan standar – standar sendiri atas hidup yang kami jalani . Tren update di media sosial dan selfie sesuka hati adalah aktivitas yang banyak digandrungi sebagai penghias zaman ini. Tidak ada yang salah sih dari aktivitas ini. Hanya saja cerita miris terbesit disini. Di saat setiap...

Bedah Film "The Book of Daniel"

Film The book of Daniel mengisahkan tentang perjalanan iman beberapa pemuda keturunan bangsa israel dari kerajaan Yehuda yang bernama Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan abednego yang berjuang untuk menyaksikan pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka ketika mereka di bawa ke babel oleh perintah Raja Nebukadnezar untuk dididik di sana selama tiga tahun yang kemudian dipekerjakan di sana. Sebuah deklarasi iman berbicara mengenai proklamasi dan demokrasi. Demikianlah Daniel dan teman - temannya memperlihatkan hal ini ketika mereka berada di babel. Baik dalam hal tekecil pun mereka berintegritas untuk tetap menaati firman Tuhan. Untuk hidup berpadanan dengan ketetapan-Nya (lih. Daniel 1:8 & Dan 1:12). Mereka pun menunjukkan sikap kepemimpinan mereka yang tidak dibatasi oleh struktur (Daniel 3:16). Bahwa jiwa pemimpin tidak berbicara tentang struktur saja. Di tiap hal kehidupan, kita dituntut oleh Allah untuk memimpin. Pemimpin yang mendeklarasikan kebenaran Allah.  Pelajaran lain dari...

Masih tentang sampah

Berbicara tentang sampah sudah menjadi hal yang sering kita dengar, kita ucap, dan bukan menjadi persoalan baru untuk kita. Walaupun sampah bukan persoalan baru dan sudah banyak penanggulang yang dicoba, contohnya di salah satu tempat yang ada di Indonesia yaitu kota medan, telah dilakukan pengelolaan sampah yang ditandai dengan dilaunchingnya Medan Bebas Sampah sejak April 2011, pemko Medan juga telah melakukan sosialisasi pengelolaan sampah melalui 3R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (penggunan kembali) dan Recycling (daur ulang) , mengembangkan sekolah berbasis lingkungan, membentuk kelompok komunitas peduli dan sadar lingkungan, serta membuat fasilitas program composting dan bank sampah, dan lain-lain. T etapi pada kenyataan yang terjadi, walaupun sudah banyak program pemerintah, namun sampah masih menjadi masalah yang penting untuk kehidupan kita, salah satu masalah yang ditimbulkan adalah banjir yang sudah menjadi langganan di beberapa kota di Indonesia per tahunnya. Banyak fa...

Mahasiswa Kekinian

Kritis, analitis dan aspiratif..Tiga  hal yang “katanya”  identik dengan mahasiswa yang notabenenya adalah kaum intelektual penggerak perubahan.  Tiba-tiba saja aku teringat dengan guyonan salah satu dosen (sebut saja AH) yang mengatakan, “kalau  teman –teman di ruang dosen tanya saya mau kemana, saya jawab aja mau membodoh-bodohi mereka  (mahasiswa). Karena apapun yang saya sampaikan di depan ini , entah itu benar atau salah, pasti kalian terima bulat-bulat sebagai kebenaran  karena kalian tidak mempersiapkan diri.” Pernyataan seperti itu bukan hanya saya dengar dari satu dosen, tapi dosen lain pun pernah mengatakan hal yang sama. Terdengar ironis memang ketika seorang dosen mengatakan mengajar sama dengan membodoh-bodohi mahasiswa. Tapi bila direnungkan lebih jauh lagi, pernyataan tersebut ada benarnya juga. Dari pengalaman saya sebagai mahasiswaselama hampir 3 tahun sangat jarang saya jumpai mahasiswa yang aktif di kelas untuk bertanya apalagi untuk men...

Melawan Cuek, Raksasa Penumpul Jiwa

Tidak terbayangkan sebelumnya aku akan makan bersama para preman, bergaul dengan penghuni area pembuangan sampah, juga menerjang arus deras demi mengantar bantuan bagi para korban banjir; orang-orang yang kelaparan, haus, dan telanjang, seperti yang digambarkan Tuhan Yesus dalam  Matius 25:35-40 . Sebelum menginjakkan kaki ke tanah Jawa, aku tidak banyak memikirkan tentang orang lain di sekitarku. Cuek. Seperti kebanyakan orang, aku punya banyak mimpi yang ingin kucapai, mana ada waktu mengurusi orang lain? Aku juga bukan orang yang sangat memuja Tuhan. Aku tak pernah meluangkan waktu untuk mengenal-Nya lebih karib. Aku merasa hidupku baik-baik saja dengan atau tanpa Dia. Namun, Tuhan kemudian membukakan mataku tentang siapa sesungguhnya aku di hadapan-Nya. Seperti secarik kain kotor yang tidak berharga. Jika bukan karena kasih Tuhan, kehidupanku ini tidak ada artinya. Aku disadarkan betapa aku membutuhkan Tuhan. Dialah yang seharusnya menjadi dasar hidupku. Dan, seiring pe...