Resume Pembekalan AKK “Youth Leadership”

 


      Pembekalan online 
dengan tema Youth Leadership” merupakan program pembekalan AKK  kedua Divisi Jaringan Campus Concern FEB USU pada Semester B. Dengan sasaran kualitas, yaitu AKK dibekali dengan kemampuan kepemimpinan dan AKK termotivasi untuk mengembangkan keterampilan non teknis (softskills) terutama dalam kepemimpinan. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada Rabu, 28 Oktober 2020

            Adapun pemateri dalam pembekalan ini adalah Daniel Hutabarat, S.E. (ketua HMD EP USU 2007-2008) dan Nicosalem Thambarin Sembiring, S.E. (Ketua KAM Peduli Kampus 2019-2020). Adapun Moderator ialah Elfri  Lidwina Ompusunggu (Manajemen 2017).

Pemaparan materi diawali oleh Abangda Daniel Hutabarat yang berbicara mengenai kepemimpinan dalam konteks “Christian Leadership”. Skill kepemimpinan sangat lah penting di era sekarang ini, terutama bagi organisasi yang harus tetap mencapai visinya disamping harus beradaptasi di era new normal. Kepemimpinan dari segi kristiani akan berbicara mengenai teknis kepemimpinan yang berbeda tentunya dari yang biasa: apa yang kita terima dari Tuhan, tidak berhenti di diri kita dalam artian bagaimana kita menjadi berkat bagi orang lain.

Dikaitkan dengan kepemimpinan adalah ketika cara kita sebagai seorang pemimpin bisa menghadirkan Tuhan disetiap waktu untuk menunjukannya di dunia ini. Secara defenisi umum pemimpin adalah a leader is someone who brings people from where they are, to where they need to be. Dan christian leadership is servant leadership anyone who wants to be great among you must be your servant…just as the Son of man came not to be served but to serve (Matthew 20:27-28).

Untuk semakin memahami konsep kepemimpinan dari Christian Leadership adalah seperti ini. Pertama, kepemimpinan kita bersifat melayani orang lain, berkorban bagi orang lain, memberi contoh dan teladan, serta membawa orang untuk melihat apa warisan yang akan kita tinggalkan nanti. Seperti Paulus yang meninggalkan banyak tulisan-tulisan di dalam perjanjian baru. Inti dasarnya adalah kepemimpinan yang sebagaimana Kristus yang rendah hati penuh kasih (Filipi 2:5-7) dan kepemimpinan yang memancarkan buah-buah roh (Galatia 5:22-23). Jadi ketika kita diberi kesempatan pemimpin, servant leadership yang kita tunjukkan kepada dunia ini walaupun tetap menyadari itu adalah hal yang tidak mudah dan dengan konsekuensi yang ada.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam melayani di masa pandemi adalah membangun komunikasi dengan orang yang kita layani terutama rekan sepelayanan kita.  Menurut teman-teman bagaimana cara yang efektif untuk berkomunikasi terhadap rekan tim di masa new normal ini?

Menurut Abangda Daniel Hutabarat, salah satu caranya adalah dengan mengenali kepribadiannya dengan itu kita dapat dengan sungguh-sungguh menghubunginya. Cara yang sedemikian dapat kita lakukan kalau mau kita mau memberi diri, hati dan pikiran.

            “disitulah perlunya kepemimpinan. Dengan mengenal tujuan (visi) itu akan menggerakkan             pemimpin untuk bisa mengatasi setiap situasi”, tambah Abangda Nicosalem Thambarin Sembiring.

Jika Abangda Daniel Hutabarat membahas kepemimpina dari sudut pandang kekristenan, Abangda Nicosalem Thambarin Sembiring mengjelaskan konsep kepemimpinan dari sudut pandang masa kini, “Leadership in Our Era”. Dihubungkan pada awalnya dengan organisasi, yaitu bagaimana sebuah kepemimpinan yang efektif dalam organisasi?.

 Visi organisasi bersifat jangka panjang dan ditandai dengan adanya kerjasama. Ketika kita sudah paham konsep organisasi kita akan bisa menelaah kepemimpinan. Di dalam organisasi akan ditemui banyak perbedaan latar belakang sekaligus itu akan menjadi tantangan bagi seorang pemimpin. Bagaimana seorang pemimpin akan memimpin untuk menjadikan sebuah kerjasama yang efektif dalam organisasi? Sikap yang akan dihadapi seperti orang-orang yang mencerminkan ketidakdisiplinan, tidak bisa diatur, tidak bertanggungjawab dan lain-lain. Nobody can teach character.

 African Proverb berkata, If You want to go fast, Go alone, If You want to go far, Go together. Jadi hal pertama yang bisa kita buat untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif adalah kita sendiri yang harus mengubah karakter kita. Poinya mengarah ke fakta dimana effective leaders are good communicators. Dengan meliputi unsur kejujuran. Honest is foundation of effective communication and teamwork: authentically and consistency. Bukan berarti good communicators tidak berbicara apa adanya. Disini lah pentingnya nilai kejujuran (honesty). Yang dimana kepemimpinan itu berbicara tentang membawa dan menunjukkan keorisinalitas dari seorang pemimpin. Dalam komunikasi yang baik tentunya mengandung empat unsur berikut agar bisa mencerminkan kepemimpinan yang efektif, yaitu confident, persuasive, assertive, dan empathy.

 Sama seperti ketika Covid-19 ini yang tidak mempunya pedoman penyelesaian, begitulah sebaiknya pemimpin harus percaya diri dalam ciri kepemimpinannya dalam organisasi terutama di tengah situasi new normal ini.

Whataver you do to fix your organization’s problem in this session is always true..

Believe yourself…



 

TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia (Ulangan 28 : 13).

Maka berakhirlah sesi pemaparan dari kedua pemateri, lalu dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama para audiensi. Dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

Diawali oleh Anita (mahasiswa ekonomi pembangunan 2019) yang bertanya mengenai  proses pergeseran sikap bang Nico setelah memimpin di KPK. Abangda Nico  menjelaskan bahwa dahulu beliau adalah pribadi yang individualis dan punya self center yang kuat tapi stetlah terjun kedalam sebuah proses kepemimpinan,  sekarang beliau lebih memiliki sikap rendah hati.

Veronika Sinaga (mahasiswa manajemen 2019), menanyakan, “bagaimana seorang pemimpin strategis dapat menghadapi serangan-serangan yang dianggap susah untuk dijawab? Lalu bagaimana tanggapan bang Nico terkait sebuah wadah yang tidak ada pemimpinnya? Contohnya FEB kita, yang bisa dikatakan vakum untuk sebuah kepemimpinan”.

“Pastikan bahwa apa yang kita anggap sebagai kebenaran kita gunakan sebagai senjata dalam sebuah kepemimpinan. Kita tidak boleh berkeluh kesah dengan apa yang sedang terjadi, meainkan ambil tindakan. Pertama, kita berjuang menjadi pemimpin yang tidak terstruktur (ikuti pemira online, aktif berpendapat dalam organisasi). Kedua , kita tetap pegang prinsip ora et labora”, ungkap bang Nico

Yeta (mahasiswa ekonomi pembangunan 2019), menanyakan, “adakah hubungan tipe kepribadian yang ekstrover, introver, dan ambivert untuk menjadi pemimpin yang hebat?”

“Untuk menjadi pemimpin yang hebat dibentuk melalui proses. Proses megalahkan bakat. Proses itu adalah tentang bagaimana membangun mindset dan karakter untuk mencapai tujuan. Dan tidak terlepas dari melibatkan Tuhan untuk merealisasikannya”, jawab pemateri.

Juni Manurung (mahasiswa manajemen 2019), “apakah ada bahaya jerat dalam kepemimpinan Kristen? khususnya dunia mahasiswa”.

“Setiap teori kepemimpinan memiliki kekurangan dan kelebihan. Ketika pemimpin sudah memiliki pusat dari Kristus maka sudah mengalami kebaharuan di firman Tuhan, bahwasanya tidak ada bahaya jera. Kepemimpinan Kristen adalah firman Tuhan. Patron kita adalah kristus. Yang salahnya adalah adanya kompromi terhadap nilai kebenaran,” ungkap pemateri.

Renaldi Surbakti (mahasiswa akuntansi 2018), “bagaimana teknik pengambilan keputusan yang dilakukan pemimpin jika dihadapkan dengan 2 opsi yang sama-sama penting dan berharga untuk sebuah organisasi, lalu kita dikatakan sebagai pemimpin yang berhasil seperti apa, indikatornya apa?”.

“Kepentingan suatu hal tidak bisa lepas dari persepsi. Namun salahnya bukan terletak disitu. Yang baiknya adalah pertimbangkan nilai kepentingan itu bukan hanya untuk diri sendiri dan jangan lupa untuk seperti Raja Salomo yang selalu meminta hikmat dalam pertimbangannya,” jawa pemateri.

 

Sampai pada penghujung acara, kedua pemateri telah selesai menanggapi setiap pertanyaan peserta lalu diskusi pun diakhiri dengan doa bersama. Pertisipan dalam diskusi ini terdiri dari 28 AKK, 14 pengurus CC & 4 alumni. Dengan demikian sasaran kuantitas dari program kedua divisi jaringan tercapai. Berdasarkan hasil kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi sasaran kualitas program juga menjelaskan bahwa partisipan memahami materi mengenai leadership yang disampaikan oleh kedua pemateri. Berdasarkan hal tersebut sasaran kualitas dari program ini tercapai. Divisi Jaringan berterimakasih kepada setiap orang yang terlibat dalam pembekalan ini dan berharap semakin banyak AKK yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan Campus Concern FEB USU selanjutnya. 


 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?