Kepemimpinan yang Melayani

“Tugas utama pemimpin adalah mempengaruhi umat Allah untuk melaksanakan rencana Allah.” (Robert Clinton)
            Manusia sebagai makhluk sosial secara pasti akan berinteraksi antara satu manusia ke manusia lainnya. Akibatnya, dalam interaksi itu tentunya mengharuskan manusia hidup dalam berkelompok. Karena manusia harus hidup berkelompok, maka harus ada pemimpin disana, karena natur manusia memiliki hasrat menguasai, jika tak ada pemimpin sebagai pengkoordinir, maka budaya barbar yang akan terjadi. Mengenai pemimpin, alkitab mencatat pentingnya pemimpin dan pemimpin itu dari Tuhan. Rasul Paulus menyatakan dalam kitab Roma: “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”
            Muncul pertanyaan, bagaimana dengan negara-negara komunis, budaya-budaya yang tak ber-Tuhan dan aliran-aliran atau kelompok-kelompok yang tidak percaya adanya Tuhan? Bukankah dalam semua entitas itu terdapat pemerintah/pemimpinnya? Adakah jaminan setiap mahluk sosial dalam tiap entitas itu akan terkoordinir dengan tidak barbar? Kita diberi kasus memilih sistem sosial, antara sistem Tirani (otoriter namun tidak bebas) dan sistem Anarki (otoriter bebas), mana yang kita pilih? Hanya orang yang gila atau orang yang punya ilmu super untuk dapat bertahan di dunia hukum rimba memilih pilihan kedua, siapapun akan lebih memilih sistem Tirani, karena lebih terkontrol. Hal ini indikasi manusia memang tidak mau hidup barbar tanpa terkontrol. Tanpa adanya hukum sama sekali kebuasan pasti merajalela. A worse government is better than no government at all. Itulah pentingnya pemimpin. Semua pemimpin dari Allah. Allah berdaulat atas pemimpin.
            Menyadari semua pemimpin asalnya dari Allah, maka sudah seharusnya kepemimpinan itu kembali kepada Allah. Allah yang menjadi sumber kepemimpinan, sehingga jika kepemimpinan ingin berjalan dengan efektif dan efisien harus kembali kepada sumbernya itu sendiri, Allah sendiri. Kita dalam ilmu ekonomi mengenal apa yang disebut Good Corporate Governance. Hal ini hanya akan benar-benar bisa terlaksana plus eksis jika kepemimpinan Allah yang berjalan.
Lalu bagaimana sebenarnya kepemimpinan yang kembali kepada Allah itu? Jawabannya sebenarnya sederhana, namun melakukannya butuh usaha keras. Kepemimpinan Allah adalah kepemimpinan gembala. Dalam kepemimpinan gembala terdapat prinsip servant leadership atau pemimpin yang melayani. Prinsip ini juga yang telah kita ketahui bersama yang Allah lakukan melalui Yesus Kristus. Ia yang raja segala raja, Ia yang Allah turun mengambil rupa manusia untuk turun melayani kita si hina, menebus dosa kita. Inilah kepemimpinan gembala, pemimpin yang melayani.
Sebagai calon-calon pemimpin, atau bahkan sekarang anda telah memimpin, tentu hal ini harus kita contoh dari Yesus sendiri. Banyak perusahaan maupun sistem pemerintahan di dunia yang ingin menerapkan Good Corporate Governance telah mengadopsi kepemimpinan gembala ini dan dirasakan bagaimana dampaknya lebih baik dalam eksistensi pencapaian perusahaan/pemerintahan. Sedihnya justru kepemimpinan dalam gereja yang mereduksi nilai-nilai pemimpin gembala. Pendeta-pendeta tidak melayani sebagai gembala, sehingga tidak heran banyak orang yang berkata “Jika pendeta A yang melayani, saya tidak bergereja.”
Karena itu sebagai agent of change, penggerak perubahan, maka kita lah motor kepemimpinan gembala ini. Kita yang sudah ditebus, diselamatkan harus sadar bahwa kita harus memuliakan kembali Tuhan melalui kepemimpinan yang kita jalani. Mengingat kepemimpinan asalnya dari Allah, maka melalui kepemimpinan kita harus memuliakan Allah kembali. Kita harus menjadi gembala domba-domba, menggiring apa yang kita pimpin kembali padaNya. Hal ini berat, namun Tuhan beserta kita, karena itu maka sangat diperlukan hubungan yang baik dengan Allah. Kita harus menjaga hubungan ini agar dapat peka mengetahui apa kehendak Allah untuk kita lakukan dalam kepemimpinan kita. Jika demikian, maka Allah akan memampukan dan memberikan kita kesadaran sebagai pemimpin gembala. Dia memampukan kita turun kebawah mendengar aspirasi orang sekitar kita. Dia memampukan kita melakukan manajemen kepemimpinan yang berprinsip adil, transparan dan akuntabel. Dia memampukan kita melakukan semua teknis melayani dengan kuasaNya. Dia memampukan kita menjadi “pemimpin pelayan yang baik”. Hanya kuasaNya yang memampukan kita.

Karena itu, kita sudah dibukakan kepemimpinan, kita diberi gambaran kepemimpinan Kristus yang melayani. Sudah saatnya kita memimpin, menjadi pelayanNya, menjadi pemimpin yang melayani untuk membawa umat Allah kembali kepada Allah melalui kuasa kepemimpinan Allah dalam kita. Selamat menggembala, para gembala! Kuasa Tuhan bekerja atas kita. Change the world and my campus through me, Lord! Shalom.


                                                                                Immanuel MV Siregar
                                                                               Ekonomi Pembangunan 2012


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAHASISWA KRISTEN: AGEN ATAU KONSUMEN??? (Ditulis oleh ESRA SHINTIA D. PANGARIBUAN)

Resume Diskusi: Visi dan Misi USU

Kajian: Lulus Kuliah Sudah Tau Mau Kemana?