REAKTUALISASI SEMANGAT PERJUANGAN
Tepatnya
hari yang kesepuluh dalam bulan yang kesebelas di tiap-tiap warsa, merupakan
hari yang dikeramatkan oleh negara kita. Hal itu ditandai dengan ditetapkannya
hari tersebut menjadi hari pahlawan. Sejarah berceloteh pada hari itu terjadi
pertempuran hebat antara arek-arek Suarabaya dengan tentara Inggris. Tokoh
perjuangan saat itu adalah Bung Tomo yang telah dihargai dengan diberikan gelar
pahlawan nasional. Tak terkecuali semua arek-arek Surabaya, serta
pejuang-pejuang yang tak terkenal lainnya patutlah kita sapa mereka dengan
predikat pahlawan.
“Terima
kasih atas jasamu wahai putra-putri pertiwi!” Pantaslah terujar dari hati dan
bukan dari corong mulut---sebab mulut tak dipercayai lagi---kita
masing-masing yang masih memiliki hati. Walau suara hati tak dapat didengar
telinga manusia, namun Tuhan akan mendengar haturan terima kasihmu.
Berbicara
cara berterima kasih, saban kebudayaan memiliki sebutan yang berbeda untuk
mengatakan terima kasih. Dalam bahasa Batak misalnya, kita mengenal mauliate, mejuah-juah dalam bahasa Karo, hatur
nuhun dalam bahasa Sunda, sauweghele dalam
bahasa Nias, kurrusumanga’
dalam bahasa Toraja, dan masih banyak sebutan lain untuk menyatakan terima
kasih dalam saban suku-suku dari Sabang sampai Merauke. Jika ditelaah lebih
lanjut, maka Bangsa Indonesia dapat disimpulkan sebagai bangsa yang tahu
berterima kasih. Hal ini berdasar pada sebutan terima kasih yang terdapat dalam
berbagai bahasa suku yang ada di Indonesia. Sungguh sebuah kebanggan disebut
sebagai bangsa yang berbudi luhur, tahu cara berterima kasih.
Namun
rasanya, kebanggaan tersebut hanya dapat dirasakan sekelip mata saja. Sebab
ucapan tersebut rasanya hanya dari mulut saja. Seperti yang saya katakan diatas
sebab mulut tak dipercaya lagi. Betapa
mudahnya ucapan terima kasih itu terlontar dari corong mulut kita. Kita
berterima kasih karena luapan kegembiraan kita atas suatu pemberian, tanpa
memikirkan kenapa kita pantas menerimanya dan kenapa harus berterima kasih.
Coba kita pikirkan mengapa nenek moyang kita menemukan atau merumuskan kata
terima kasih (dalam berbagai bahasa)?
Reaktualisasi
Reaktualisasi merupakan upaya mengaktualisasikan kembali
(KBBI aktual: menjadikan betul-betul ada). Reaktualisasi semangat perjuangan
adalah bermaksud untuk mengaktualisasikan kembali semangat perjuangan merebut kemerdekaan dulu,
untuk diimplementasikan dalam pengisian kemerdekaan Indonesia dewasa ini.
Semangat yang diaktualisasikan adalah semangat
perjuangan. Sebuah semangat yang dibarebgi dengan pengorbanan para pahlawan
dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Sementara itu saat ini kita di hadiahi
alam kemerdekaan yang diberikan kepada kita oleh para pahlawan. Apakah yang
pantas kita lakukan sebagai ucapan terima kasih kita atas pemberian tersebut.
Yang pastinya bukan dari corong mulut saja melainkan dari hati.
Kita diberi kesempatan mengecap alam kemerdekaan, bagi
saya itu sama saja dengan kita diberi kesempatan untuk berterima kasih atas
perjuangan para pahlawan. Melalui kesempatan tersebut kita dituntut untuk
mengisi kemerdekaan ini, dan melanjutkan cita-cita para pahlawan kita yaitu
untuk: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam kesempatan yang diberikan tersebut, kita mengemban
misi yang menjadikan kita sebagai penerus estafet perjuangan bangsa ini. Selama
misi itu belum terwujud, maka tugas kita belum selesai dan perjuangan masih kan
terus berlanjut.
Semangat perjuangan itulah yang harus kita terapkan dalam
menjalankan misi tersebut. Kita diuntungkan karena kita tidak harus
mengorbankan nyawa lagi sebab kita sudah merdeka. Tampaknya misi tersebut rasanya
sangat berat untuk dijalankan. Tapi jika kemerdekaan yang dulu rasanya mustahil
untuk kita dapatkan bisa kita dapatkan, tentunya hal yang sama pasti akan
terjadi. Yakinlah. Sebab “Dia
memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada
berdaya” (Yesaya
40:29 ).
Semangatlah!!!
Syalom!!!
Yudistira TS
Manaloe (Akuntansi ‘09)
Berkecimpung
di Campus Concern FE USU
Komentar
Posting Komentar