Training: “The Art of Persuasive Public Speaking”
Training berjudul “The Art Of Persuasive Public
Speaking” merupakan program pertama dari Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU
semester A tahun 2023. Adapun sasaran kualitas dari program ini yaitu peserta
training (AKK) mengetahui cara public
speaking sesuai dengan metode/kerangka yang disampaikan, peserta training
(AKK) termotivasi untuk mampu melakukan metode public speaking yang baik dan benar, peserta diskusi (AKK)
termotivasi untuk mengemukakan pendapat.
Training dilakukan pada hari Sabtu, 25 Maret 2023
pukul 15.00 WIB melalui aplikasi conference
video, Zoom Cloud Meeting. Moderator diskusi adalah Mutia Vira Chisma
(Manajemen FEB USU 2020). Pembicara Training ini adalah Mentari Delita
(Certified MC/TV Presenter by Talkinc Corporation). Training diawali dengan
ibadah singkat dengan lagu dan doa pembuka serta pengenalan Campus Concern
secara singkat yang dibawakan oleh moderator. Selanjutnya moderator
mempersilakan pembicara untuk memaparkan materi.
Agenda:
1.
Mengenal public speaking
2.
Seni “Persuasi” dalam public speaking
3.
Enam “Modal” public speaking
4.
Membangun kepercayaan diri dan rasa “takut”
Public speaking
adalah lebih dari sekedar sebuah seni berbicara di depan umum. Dimana Public speaking itu merupakan sebuah
seni untuk membuat lawan bicara itu memahami apa yang kita sampaikan. Jadi stop point jika seseorang menyampaikan dengan baik dan menarik serta
lawan bicara nya mengerti apa yang kita sampaikan, maka itulah definisi dari public speaking.
Seni
persuasi dengan public speaking, dimana dalam mempersuasi atau mempengaruhi orang
lain sesuai dengan opini yang kita inginkan ada tiga syarat yaitu:
1.
Ethos
Kredibilitas
pembicara itu harus menunjukkan sebagai seorang yang berintegritas dengan
karakter yang baik.
2.
Pathos
Menarik
bagi emosi pendengar berusaha untuk membuat mereka senang dan membangkitkan
minat.
3.
Logos
Menggunakan
logika dan penjelasan yang rasional, serta bukti nyata.
6 Modal public speaking yaitu:
1. Persiapan
diri: kenalin audiens, melakukan riset tentang audiens (umur,jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dll. Selanjutnya membuat suasana yang nyaman, survei mengenai tempat
dilaksanakannya penyampaian materi supaya dapat membiasakan diri.
2. Persiapan
materi: sebelum menyiapkan materi, terlebih dahulu memposisikan diri sebagai
pendengar. Kedua, pahami tujuan agar lebih mudah untuk memilah bahan materi dan
memilih informasi yang mendukung presentasi. Ketiga, klasifikasi materi agar
lebih jelas dan tidak membosankan. Keempat, sertakan supportive material:
grafik, demonstrasi, analogi, dll.
3. Cara
penyampaian: buka dengan sesuatu yang dapat membangun hubungan dengan audiens.
Pastikan atensi yang diperoleh dari audiens positif. Kuasai dan jangan
menghafal materi. Persiapan fisik: rileks, bertenanga dan selalu siap siaga.
Buat cerita dan hafalkan “Pitch”.
4. Elemen
persuasi: bukti berupa fakta, pilih alur: deduktif (spesifik ke general) atau
induktif (general ke spesifik). Selanjutnya, berikan masalah dan
penyelesaiannya, menyatakan permasalahan-melakukan analisis-mencari alternatif
penyelesaian dan memberikan solusi terbaik. Berikan dampak emosional karena
emosi merangsang pemikiran seseorang.
5. Tone of voice:
jangan terlalu cepat ketika berbicara dengan audiens karena akan terdengar
gugup dan sulit dimengerti. Jangan terlalu lambat: karena akan membuat bosan
dan ngantuk. Ukur tempo bicara dalam satu menit, lalu hitung jumlah kata yang
diucapkan selama itu. Kecepatan bicara yang paling efektif untuk presentasi
adalah sekitar 140 kata per menit- sedikit lebih lambat dari ucapan percakapan
normal. Smilling voice: membantu
menghubungkan dengan audiens, smilling
voice akan memenangkan pikiran anda.
6. Ekspresi
dan bahasa tubuh: berdiri tegak, pastikan terlihat siap dan percaya diri, ekspresi
wajah dan bahasa tubuh harus sesuai dengan pesan yang disampaikan. Selanjutnya
membuka tangan dengan menunjukkan kesan yang ramah. Eye contact membuat
audiens merasa dihargai.
“Membangun Percaya diri”
dan mengatasi rasa “Takut” dengan cara tampil
menarik (rapi dan sopan), berinteraksi dengan audiens, menikmati presentasi,
berlatih di depan kaca, melakukan kontak mata, dan temukan motivasi.
Teknik menjawab
pertanyaan “sulit” dimana jangan ragu
mengulang pertanyaan dan berikan opini pribadi berdasarkan pengalaman, lalu
arahkan pertanyaan tetap pada, dan jujur bahwa tidak tau jika tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah pemaparan, maka dilanjutkan dengan
praktik, dimana pembicara mengajak 6 orang peserta training untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh pembicara selama 1 menit. Setelah dilakukan
praktek dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
·
Pertanyaan pertama diajukan
oleh Adriel yaitu, “Bagaimana contoh atau pun cara penyampaian cerita dan menghapalkan
pich dimana pich seperti yang telah dijelaskan adalah sesuatu kata yang di
ulang-ulang dan ditekan-tekan agar audiens mengingat kata-kata yang ditekankan pada saat kita berbicara?”
“Dengan cara kita membangun kedekatan
secara emosional, contohnya membangun kedekatan dengan mengajak bercerita, lalu
kedua masuk ke pich nya dan yang ketiga memberikan solusinya.” jawab pembicara.
·
Pertanyaan kedua diajukan
oleh Angel, “Bagaimana caranya agar tetap fokus dengan
apa yang kita sampaikan? Pertanyaan kedua bagaimana cara untuk memperbaiki hal
tersebut?” “Terlebih dahulu, kita harus mengetahui tujuan public speaking itu untuk apa. Kedua, tahu apa yang ingin
diraih dari audiensnya dengan membuat mereka percaya dengan menunjukkan
kelebihan yang kita punya. Ketiga, klasifikasikan hal-hal yang mau kita
bicarakan, misalnya kita punya 4 hal yang kita suka dari diri kita lalu susun 4
poinnya dengan point-point yang singkat dan kuasai apa yang ingin kita
sampaikan. Selanjutnya, elaborasi kata-kata dengan banyak membaca supaya dapat
banyak kosa kata baru atau banyak nonton orang pidato atau nonton orang public
speaking,” jawab pembicara.
Pertanyaan
lanjutan dari Angel, “Mengenai
penekanan intonasi dan pronunciation cukup berpengaruh dalam meningkatkan atensi
dari audiens ke announsher, maka
bagaimana sebaiknya teknik-tekniknya ataupun caranya supaya yang mendengakan
kita terfokus perhatiannya dan tertuju kepada kita?” “Terlebih dahulu
penjelasan dari prenounciation
adalah sesuatu yang harus dilatih yaitu melalui berbicara dengan jelas dan
mulut terbuka dan smilling voice itu sangat membantu. Itu bisa disiasatin dengan cara
ketika kita berbicara, gigi atasnya kelihatan, itu akan membantu kita berbicara
lebih jelas. Kedua soal penekanan kita harus tau hal apa yang mau ditekankan
dan direndahkan,” jawab pemateri.
·
Pertanyaan ketiga dari Welfria, “Bagaimana cara kita mengatasi kepanikan ketika diserang oleh salah
satu pertanyaan yang sulit yang membuat kita langsung panik?” “Pertama kita
harus menarik nafas terlebih dahulu, senyum dulu agar tidak terlihat panik.
Kedua, jika pertanyaannya keluar dari topic, maka sampaikan bahwa “Pertanyaannya
bagus ya, hanya saja kita saat ini lebih mengarah kepada masalah yang ini.
Mungkin di next pertemuan saya akan menjawab pertanyaan dari mas/mbak ataupun
jika saya mempunyai informasi lebih soal hal itu nanti aku bisa rightout lagi ke mas/mbak lewat Whatsaap atau lewat
email,” trik menghadapi orang-orang yang mungkin membuat kita grogi, dengan
cara ketika kita present anggap
saja kita adalah orang yang paling tahu dan orang yang di depan kita itu tidak
tau apa-apa. Dengan cara tersebut kita lebih percaya diri,” jawab pemateri.
·
Pertanyaan keempat dari Steven, “Jelaskan kegunaan dan prakteknya serta biasanya kontak mata digunakan
saat apa?” “Membuat kontak mata dengan audiens bisa membuat mereka mendengar
kita dan kita membuat mereka merasa dihargai. Praktiknya seperti apa, biasanya
ketika kita mberikan pertanyaan ataupun menyapa audiens yang kita tuju maka
kita melihat mereka.maka mereka akan memperhatikan kita” jawab pemateri.
·
Pertanyaan kelima dari Mutia, “Apakah kakak menyadari bahwa kakak bisa public speaking maka dari itu kakak belajar jadi mc atau host,
atau memang keperluan kak?” “Saya memulai public speaking itu di kelas 1 SMP yaitu diusia 13 tahun, pertama
ikut lomba-lomba dari sekolah. Disitu awalnya karena guru saya yang menganggap
saya mungkin mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan teman-teman saya dalam
bidang public speaking, dan
dari situ saya terus berlatih sampai akhrinya saya masuk ke dunia pekerjaan dan
mulai ikut casting-casting untuk
menjadi host. Namun hampir semua ditolak dan itu yang membuat saya down. Tapi disaat saya menyerah,
tiba-tiba saya diterima dan saya mencoba kembali dan terus berlatih, dan setiap
saya public speaking saya
bertanya kepada orang-orang kurangnya dimana. Jadi jangan pernah ragu untuk
bertanya dan jangan pernah ragu untuk mencari orang yang bisa mengkritik kita
dan jangan berkecil hati, justru orang-orang yang mengkritik kita itu yang ingin
melihat kita benar-benar maju. Jadi jangan capek buat evaluasi diri,” jawab
pemateri.
Pertanyaan
lanjutan dari Mutia, “Bagaimana agar tidak deg-deg an saat
menjadi moderator atau pun host dan mc?” “Pertama kita harus melihat mengapa
orang-orang menujuk kita, itu berarti kita punya sesuatu, maka dari itu kita
harus percaya pada diri kita. Kepercayaan diri itu dimulai dari diri sendiri,
bagaimana orang lain mau percaya kalau kita sendiri kurang percaya diri, dan yang
selalu saya terapkan deg-deg an dan insecure
itu bagus, karena ketika seseorang tidak deg-deg an dan insecure maka orang itu menyepelekan dan biasanya orang-orang
yang menyepelekan itu adalah orang-orang yang tidak mau belajar lagi, jadi
kalau kamu masih punya rasa deg-deg an, rasa takut salah, semuanya diolah saja
karena semua itu adalah hal yang positif,” jawab pemateri.
Sebagai closing
statment pembicara menyampaikan bahwa public
speaking itu bukan soal kemampuan orang mc, presenter, announcer tetapi public speaking itu adalah sebuah kemampuan yang harus dimiliki
setiap orang. Jadi berusahalah untuk bisa jadi pembicara yang baik, positif dan
menyenangkan dan yang terakhir mencari motivasi untuk diri sendiri supaya bisa
terus belajar dan belajar untuk menjadi orang yang positif.
Kegiatan training pun berakhir dan ditutup dengan doa dan
sesi foto bersama serta penyerahan sertifikat kepada pemateri. Dalam kegiatan training
ini dihadiri oleh 25 partisipan (23 AKK dan 2 AKPIPA). Dari segi kuantitas
diskusi ini tidak tercapai. Dari segi kualitas, terdapat tiga sasaran kualitas.
Pertama peserta training (AKK) mengetahui cara public speaking sesuai dengan metode/kerangka yang disampaikan.
Kedua peserta training (AKK) termotivasi untuk mampu melakukan metode public speaking yang baik dan benar.
Ketiga peserta diskusi (AKK) termotivasi
untuk mengemukakan pendapat.
Komentar
Posting Komentar