RESUME SARASEHAN "Mahasiswa dan Pergerakan Mahasiswa"
Sarasehan luring berjudul “Mahasiswa dan Pergerakan
Mahasiswa” merupakan program kedua dari Divisi Diskusi Campus Concern FEB USU
di semester B tahun 2022. Adapun sasaran kualitas dari program ini adalah
peserta diskusi (AKK) dibukakan untuk memahami peran mahasiswa dan
pergerakannya, peserta diskusi (AKK) termotivasi untuk aktif dalam
menyelesaikan permasalahan di dalam kampus dan di luar kampus dan peserta
diskusi (AKK) termotivasi mengemukakan pendapat.
Sarasehan dilakukan pada hari Jumat, 11 November 2022
pukul 13.30 WIB secara luring di ruangan GBR 105 Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Moderator diskusi adalah Poniman Lase (Ekonomi Pembangunan 2021). Pemateri
diskusi adalah Timothy Atmanegara Mea (Ekonomi Pembangunan 2018). Sarasehan
diawali dengan ibadah singkat dengan lagu dan doa pembuka serta pengenalan
Campus Concern secara singkat yang dibawakan oleh moderator. Selanjutnya
moderator mempersilakan pemateri untuk memaparkan materi.
Mahasiswa adalah istilah yang diberikan bagi orang
yang mengemban pendidikan baik di perguruan tinggi, sekolah tinggi ataupun
politeknik baik di swasta ataupun negeri. Mahasiswa terkait dengan identitasnya
dan memiliki nilai-nilai. Secara karakter dan pendidikan, mahasiswa lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa. Beberapa cara menjadi mahasiswa antar lain
dengan melalui SNMPTN, SBMPTN ataupun SMM. Seleksi dilakukan untuk menyaring
orang-orang yang terbaik. Mahasiswa di pandang masyarakat sebagai kaum
intelektual. Tugas utama mahasiswa adalah belajar (akademik), membentuk
karakter (sifat), dan pengalaman (dari berorganisasi, prestasi dan lainnya).
Beberapa sejarah pergerakan mahasiswa dimulai dari
tahun 1908, 1928, 1945, 1955, 1966, 1972, 1980, 1998 (menghasilkan reformasi),
dan lainnya. Setiap pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa selalu
mengeluarkan output. Setiap pergerakan
mahasiswa selalu menghasilkan output
dan pergerakan mahasiswa merupakan peringatan bagi pemerintah ataupun institusi
untuk menyampaikan isi hati masyarakat. Pergerakan mahasiswa terjadi karena
adanya tuntutan dari masyarakat.
Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk belajar namun,
harus peka terhadap kondisi bangsa dan negara. Hal ini akan menjadi problem jika mahasiswa kurang memiliki
rasa yang menyebabkan sikap apatis terhadap persoalan yang ada sehingga
mahasiswa tidak ikut dalam pergerakan mahasiswa. Oleh sebab itu perlu
menyebarkan rasa yang ada agar mengubah mindset
mengenai peran mahasiswa.
Setelah pemaparan materi, moderator membuka sesi tanya
jawab. Pertanyaan pertama oleh Johan kepada pemateri yaitu: “Bagaimana nasib dari pembahasan PEMA?”.
“Sudah pernah membentuk aliansi FEB dan sudah bertemu dengan dosen dan
melakukan rapat. Hasil rapat itu kami berdebat dan Nasib dari PEMA sudah pernah
dijanjikan akan dibentuk pada bulan sepuluh tetapi akhirnya tidak ada PEMA. Jadi
apa yang harus dilakukan selanjutnya? Ini yang membuat sulit karena saat ada
yang berjuang yang lainnya tidak berjuang, teman-teman yang berjuang ini akan
hilang kemana. Rasa sudah ada tapi tidak di follow up. Contohnya adanya isu-isu nasional yang besar lama-lama
tenggelamkan”. Jawab pemateri.
Pertanyaan kedua dari Leo, yaitu “ada mahasiswa seolah-olah dia peduli tetapi dibelakang tidak, bagaimana
kita mengetahui motif rasa yang ada? Dan bagaimana mengubah mindset orang yang
tidak peduli karena tetap berfokus akan pengembangan dirinya?”. “Yang pertama,
abang bersyukur abang orang percaya dan di salah satu firman menyatakan dia
diberikan hikmat. Diberikan kepada kita hikmat supaya tahu ini ada motif yang
lain, tapi kalau secara pengalaman, abang melihat dari setiap aksi dari orang
itu pengorbanan. Untuk merubah mindset atau apatis. Orang tidak terlahir
menjadi apatis tapi bertumbuh menjadi orang yang apatis. Apa yang membuat dia
tumbuh menjadi orang apatis? circle. Jadi, ketika kita ketemu orang yang punya
mindsetnya seperti itu kita bawa dia keluar dari mindsetnya itu “
Pertanyaan ketiga dari Aurora, yaitu “Apakah dengan adanya kampus merdeka akan
mematikan pergerakan mahasiswa?”. “Jadi abang termasuk orang yang kontra dengan
kegiatan kampus merdeka. Jadi, kalian dipaksa untuk fokus sama akademik.
Semester satu belajar, semester dua belajar, kemungkinan kalian ikut organisasi
untuk nambah CV. Semester tiga ikut beasiswa, semester lima atau tingkat tiga
program MBKM. Kampus dan pemerintah memaksa kalian untuk ikut MBKM yang tentu
itu menghambat pergerakan. Kalau di UGM ada sksnya. Jadi,kalau pemerintah
memang ingin seperti itu, jangan dihilangkan tentang pergerakan mahasiswa.
Itulah yang menyebabkan mahasiswa jadi tidak peka. Sarannya sebelum kampus
merdeka ada baiknya untuk mengikuti pergerakan”, jawab pemateri.
Pertanyaan terakhir dari Beatrice, yaitu “Bagaimana alur untuk demo? Trus yang kedua
itu, kita tahu mahasiswa ada demo dijalanan tapi akhirnya mereka merusak citra
mereka sendiri sebagai mahasiswa seperti merusak fasilitas padahal untuk
kepentingan mereka juga tapi kenapa dirusakkan, mereka juga menggunakan
bahasa-bahasa yang sebenarnya mereka ingin mengkritik pemerintah tetapi menggunaka
kalimat sarkas yang tidak baik. Jadi, menuruku itu salah satu hal yang membuat
pemerintah tidak percaya. Menurut abang gimana?”. “Jadi yang pertama tentang
alur demo. Kita cari isu dulu. Isu bisa di dapat dari channel, bisa anggota
dewan yang ngasih bentuk draft. Draftnya dikirim baik itu ke organisasi, LSM
ataupun mahasiswa. Kemudian mahasiswa baca dan melihat kondisi disesuaikan
dengan keadaan masyarakat. Membuat agenda itu minimal tiga. Disitu ada proses
yang namanya konsolidasi. Teman-teman disitu bertemu dengan petani, buruh.
Konsolidasi untuk pertemuan instrumen-instrumen yang terdampak dari isu itu.
Terus ada pembahasan menentukan pimpinan. Kemudian ada lagi membahas manajemen.
Manajemen aksi, risiko, kendali. Jadi, tidak pernah ada instruksi dari pimpinan
untuk keos. Jadi, untuk orang-orang yang anarkis itu biasanya ditandai”, jawab
pemateri
Sebagai closing
statement dari Pemateri, Pemateri menyampaikan “Apapun yang didapatkan di kampus di kembalian kepada masyarakat. Jaga
akal sehat”. Selanjutnya Moderator melalui pengurus menyerahkan sertifikat
penghargaan kepada Pemateri dan mengadakan sesi foto yang dipimpin oleh
moderator.
Kegiatan sarasehan pun berakhir dan ditutup dengan doa
serta sesi foto bersama. Dalam kegiatan diskusi ini dihadiri oleh 30 partisipan
(22 AKK, 2 AKPIPA dan 6 non AKK). Dari segi kuantitas sarasehan ini tidak
tercapai. Dari segi kualitas ada tiga sasaran kualitas. Sasaran kualitas
pertama peserta diskusi dibukakan untuk memahami peran mahasiswa dan
pergerakannya (tercapai). Sasaran kualitas kedua peserta diskusi termotivasi
untuk aktif dalam menyelesaikan permasalahan di dalam kampus dan di luar kampus
(tercapai). Sasaran kualitas ketiga peserta diskusi termotivasi mengemukakan
pendapat (tercapai).
Komentar
Posting Komentar